[17] ~ Rules

13 0 0
                                    

Pria dengan setelan jas hitam dan mantel biru dongker itu memasuki ruangan divisi desain grafis sambil tersenyum tanpa disadarinya. Semua orang yang ada di dalam sana menatapnya seperti melihat matahari di malam hari. Dia terlalu cuek untuk menyadari tatapan rekan kerjanya itu, dia hanya berjalan saja hingga terduduk di ruangannya.

Dia berhenti tersenyum ketika melihat wajahnya dari layar komputer yang masih mati. Tangannya langsung memencet tombol di CPU dan pantulan wajahnya hilang dari layar. Kemudian pikirannya terarah pada tugas baru dari divisi pemasaran yang meminta typography untuk produk baru yang akan launching.

"Tugas untuk Dira," gumamnya sambil mencari file proposal yang mereka kirim.

Tangannya berhenti mengetik, menyebut nama Nadira membuatnya salah tingkah.

"Nadira, pacar pertama saya," dia tertawa sendiri.

Akibat terlalu menghayati perannya sebagai pacar Nadira, Gio yang sudah terlanjur tertawa menggemaskan itu baru menyadari tingkahnya sejak tadi diperhatikan 4 orang di luar. Ekspresi Gio berubah menjadi datar lagi dan dia memburamkan kaca ruangannya.

Setelah menemukan file yang dicarinya, dia langsung mengirim file itu ke email Nadira. Dan juga mengirim pesan kepada gadis itu.

Giovano

Filenya sudah saya kirim. Semangat bekerja.


Tak lama gadis yang berstatus pacarnya sekarang itu membalas pesannya.

Nadira Jodoh
Baik terima kasih Pak Gio. Semangat bekerja juga❤️

"Ah.." Gio meleleh melihat emoji hati yang dikirim pacarnya itu.

Giovano

Ya❤️❤️


***


Bapak Bos Gio
Ya❤️❤️

"Astaga, ternyata dia tau cara kirim emoji," Nadira tertawa kecil melihat pesan yang dikirim Gio.

Ting! Ada pesan lain yang masuk.

Fajira
Rugi banget lo gak masuk kerja hari ini

Nadira

Ada apa nih? Ada yang traktiran?


Fajira
Bukan... Si gigi aneh banget, dateng-dateng senyum kek orang gila. Pas di ruangan ketawa-ketawa gak jelas. Rugi banget lo gak ikutan gibah

"Haha!" Nadira tertawa lagi mendengar cerita dari Fajira.

Nadira
Lagi kasmaran kali tuh bos lo

Kemudian tawanya berubah menjadi senyuman manis. Dia menyadari betapa bahagianya dirinya dan Gio sekarang. Hal itu juga menunjukkan bahwa Gio memang serius dengan ucapannya dan dalam dua bulan ini pria itu mampu membuktikan semua ucapannya. Nadira berharap kebahagiaan ini tidak hanya sekejap, dia ingin Gio menjadi pertama dan terakhirnya.

***


Nadira terduduk di bangku taman depan rumah besar itu. Tentunya dia tidak sendirian, ada banyak mata yang tengah memerhatikannya sekarang, mereka siluman kelelawar yang diminta Gio untuk menjaga rumah dan Nadira, dengan gaji yang tidak kecil tentunya. Mau tidak mau Nadira harus terbiasa dengan itu hingga situasinya membaik.

Gerbang rumah itu terbuka, sebuah mobil hitam muncul dari sana. Tak lama kemudian dari mobil itu keluar pria tampan berjas hitam dengan lapisan mantel biru dongker serta kacamata hitam menggantung di hidung mancungnya. Pria itu berjalan ke arah Nadira sambil tersenyum manis, Nadira pun membalasnya.

My Love is an AhoolWhere stories live. Discover now