[20] ~ Bird Cage

18 0 0
                                    

"Yang?" Gio memanggil Nadira yang sedang menonton televisi di ruang tengah sambil menikmati minuman sogokannya.

"Hm?" Timpalnya tanpa menoleh.

Gio pun duduk di sampingnya dan ikut melihat layar televisi. Dia terkejut ketika ada sosok seperti dirinya tampil di layar itu dengan ekor di belakangnya dan mata merah.

"Itu Lee Dong Wook yang orang-orang bilang aku mirip dia?" Tebaknya asal.

"Hooh," jawab Nadira sambil menoleh untuk membandingkannya. "Mirip sih, tapi gantengan Lee Dong Wook," simpulnya.

"Ooo gitu ya sekarang?"

Nadira menyengir, "Bercanda."

"Dasar," tak ada bosannya Gio mencubit pipi Nadira.

"Ish, ini pipi lama-lama meluber kamu cubit tiap hari!" Nadira memukul lengan pria itu dengan tangan kecilnya.

Tepat setelah itu terdengar suara ketukan pintu ruang tengah dan memanggil nama Gio dari balik sana. Gio hafal itu suara Felix, mungkin dia sudah mendapatkan informasi soal vampire ataupun Dennis. Sebelum dia pergi dari sana, dia tak lupa mengusap lembut puncak kepala Nadira.

"Segera tidur ya, aku keluar sebentar," ucapnya lembut.

Nadira pun tersenyum, "Kamu juga."

Gio melenggang pergi dari hadapan Nadira dan tak lupa menutup pintunya kembali. Dia mengajak Felix menuju ruang kerjanya, agar tidak seorang pun mendengar percakapan mereka berdua, terutama Nadira. Sesampainya di ruang kerja, Gio mengunci pintu dan semua ventilasi.

Sebuah tembok rahasia terbuka dan terlihat sebuah ruangan penuh buku di setiap sudutnya. Itu adalah ruangan rahasia yang hanya Gio dan Felix saja yang tau, ruang yang penuh dengan buku catatan dan informasi yang Gio tulis.

"Ada informasi apa?" Tanya Gio usai menutup kembali pintu tersembunyi itu.

"Pagi tadi ada vampire bodoh yang menerobos ke taman rumah," ucapannya itu membuat Gio naik pitam.

"Kemana aja kalian?!" Dia marah, kenapa bisa seorang vampire bodoh menerobos keamanan rumahnya.

Felix menunduk, dia merasa bersalah. "Kami terkecoh dengan seorang pengemis yang ada di gerbang, sampai tidak sadar pertahanan samping kami sudah diterobos."

"Pengemis?"

"Sepertinya dia juga komplotan vampire yang bertugas mengecoh kami, maaf Gio ini kelengahan saya."

Gio mendengus, "Yasudahlah kesalahan kali ini saya maafkan. Perketat lagi pertahanan rumah ini! Kalau perlu tambah pasukan, saya siap bayar mereka."

"Ada informasi mengenai Dennis?" Gio mendekat pada Felix.

"Tentang Dennis, saya rasa dia bukan hal yang membahayakan anda dan Nadira. Salah satu anak buah saya sudah mengikutinya beberapa hari ini dan tingkahnya seperti manusia pada umumnya," jelasnya.

"Vampire lebih licik daripada kita, jangan lupakan hal itu."

"Dia makan bawang."

"Bawang?" Gio sedikit kebingungan dengan ucapan Felix.

"Vampire tidak bisa makan bawang, jadi bisa dipastikan Dennis bukan bagian dari mereka," Felix memperjelas ucapannya.

"Oh," Gio baru paham. "Bagus dia bukan vampire. Tapi dia sangat mengancam hubungan saya dengan Nadira, selalu saja dia berusaha mendekatinya," jelasnya.

"Mungkin Dennis hanya tertarik pada Nadira, bukan berniat melukai."

Ucapan Felix ada benarnya, bahkan benar sekali. Dennis sudah terang-terangan mengatakannya bahwa dia menyukai Nadira di depannya. Ini akan jadi tugasnya menjaga Nadira dari pria tidak jelas itu, dia tidak akan membiarkannya maju selangkah pun mendekati kekasihnya.

My Love is an AhoolWhere stories live. Discover now