Saudara Tiri

15 4 0
                                    

Rendy mengambil kasar segelas air mineral yang disodorkan El untuknya, lantas menghabiskannya dalam tiga tegukan. Air mukanya terlihat datar dan tidak bisa ditebak. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun sejak dibawa ke ruang BK tadi. Melihat El saja, Rendy tampak enggan sekali.

Tak ada siapa pun selain mereka berdua di ruang BK. Pak Aidan yang menyarankan hal itu meski banyak pihak jelas-jelas menentangnya setelah tahu bahwa segala fitnah yang menimpa El selama ini adalah perbuatan Rendy. Menurut direktur mereka itu, masalah El dan Rendy ini sebaiknya diluruskan dulu antara mereka berdua. 

"Lo yakin kalau lo nggak salah?" Setelah membiarkan cowok itu beberapa lama, akhirnya El buka suara. Rendy hanya melirik sepintas, lalu berdeham tidak peduli.

"Mama gue gak mungkin selingkuh." El menggeleng lemah. Ia belum bisa menerima fakta tersebut. Ia perlu penjelasan, dan El tahu Rendy menyimpan banyak jawaban atas pertanyaan yang seketika bermunculan di benaknya. Namun cowok ini sejak tadi enggan menjawab. Tampak sibuk dengan pikirannya sendiri.

El menghela napas kasar. Ia mengambil segelas air mineral satunya di atas meja, lantas meneguk separuhnya. Sudah nyaris lewat lima belas menit, namun Rendy tidak mau berbicara sepatah kata pun. 

"Ren?" Nada El mulai terdengar mendesak. "Lo mau apa sebenarnya? Lo berusaha keras buat bikin gue menderita. Hal-hal gak masuk akal pun lo lakuin demi buat gue jatuh. Lo mau balas dendam? Karena apa? Apa yang udah gue lakuin ke lo?"

Netra El mengarah lurus pada Rendy yang malah menatap kosong ke depan. Sorot mata penuh harapnya memperlihatkan bahwa ia amat membutuhkann jawaban dari Rendy segera. Sesedikit atau sekecil apa pun itu, ia yakin pasti akan berharga. Mungkin boleh jadi menjadi petunjuk akan semua yang ia alami selama masih tinggal bersama keluarganya.

"Lo tau, Ren, Papa gue gak pernah bersikap baik sama gue." Rendy spontan mendelik saat mendengar penuturan El. Kenapa malah gadis ini yang bercerita? Lagi pula, ia sama sekali tidak butuh cerita apa pun darinya. "Papa benci sama gue, gue tahu itu sejak kecil. Papa selalu nyiksa gue. Pun pembantu gue yang namanya Yola. Mereka berdua seakan kerja sama untuk buat gue menderita, tanpa gue tahu apa tujuannya. Dan pada satu kejadian, akhirnya gue tahu kalau Papa cinta sama Kak Yola. Papa gak pernah mencintai Mama, menyayangi gue, dan dengan brengseknya menelantarkan kami  begitu saja."

Mau tak mau, Rendy akhirnya menoleh pada El yang menerawang ke luar jendela ruangan. Ada segaris perasaan yang tidak bisa Rendy artikan menyorot dari kedua mata hitamnya. "Gue tau, ada alasan kenapa Papa membenci gue, bahkan Mama. Dan mungkin, dengan lo bersedia bercerita apa yang lo tau, semua yang terjadi di masa lalu akan terasa lebih jelas dan itu akan membuat perasaan gue lebih lega."

Sekali lagi gadis itu menghela napas berat. Rasa sesak mendadak menyelimuti dadanya. Mengenang masa lalu tidak pernah mudah bagi El, sekali pun sekarang dia sudah berusaha untuk menerimanya. 

"Mama lo selingkuh sama papa gue." Suara berat Rendy akhirnya memecah keheningan di ruangan itu. El mengangkat kepalanya, menatap cowok itu tidak percaya. "Papa gue dan mama lo pacaran sejak SMA. Mereka terpaksa pisah karena perjodohan dengan orang lain pilihan keluarga masing-masing. Tapi papa gue gak kayak papa lo yang terang-terangan nunjukkin ketidaksukaannya sama mama lo. Papa gak pernah egois, Papa berusaha untuk mencintai Mama, membahagiakan Mama, walau nama mama lo gak pernah terhapus dari hatinya."

Rendy berdeham pendek. "Setelah beberapa bulan putus kontak, papa gue dan mama lo gak sengaja ketemu dalam sebuah meeting perusahaan. Mereka jadi sering ketemuan sejak saat itu, tanpa ada yang tahu. Mereka menghabiskan banyak waktu berdua. Mungkin Papa lo akhirnya tau, tapi mama gue nggak. Tapi di satu titik, mereka hilang kendali dan melakukan sesuatu yang harusnya gak pernah mereka lakukan."

Kita & Luka {Tamat}Where stories live. Discover now