♪⁴

7.6K 664 36
                                    

*+:。.。 HAPPY READING。.。:+*





Yelo menggeliat dalam tidurnya, merasakan hawa dingin saat kaki yang hanya dibalut celana pendek sepaha itu menyentuh benda keras di bawah tubuh. Perlahan, mata bulat Yelo terbuka kemudian mengerjap guna menyesuaikan cahaya.

Jika kalian berfikir Faustin membawa Yelo ke kamar atau sofa setelah membuat bocah itu menangis ketakutan. Itu salah besar. Remaja 17 tahun itu meletakkan asal tubuh Yelo di depan pintu gudang. Mengingat kembali pesan Carlos jika akan menempatkan kamar Yelo di gudang bekas, membuat Faustin berpikir demikian.

"Ughh Yelo kok malah tidur si."

Yelo menegakkan tubuh perlahan. Menatap sekeliling dimana ada beberapa bawahan Carlos yang berlalu lalang. Semua terlihat menggunakan seragam yang sama dimasing-masing pekerjaannya.

Yelo menatap pakaian yang di kenakan. Nampak jauh lebih baik milik para maid dan pengawal jika dibandingkan. Baju yang Yelo pakai sudah koyak di beberapa bagian, ukurannya juga kebesaran di tubuh mungil Yelo, membuat bahu kurusnya sering kali nampak saat bajunya melorot sana sini.

"Yelo kok bisa di sini ya?" Tangan kecil nan bantetnya menggaruk pipi, kebiasaan saat merasa bingung. Kemudian menyentuh kepala yang di perban, perih dan pusing masih lumayan terasa.

Yelo menurunkan tangan. Kedua lengan Yelo beralih memegangi setiap sisi ujung bajunya yang kumuh dan kebesaran. Kembali mengamati sekitar seraya mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu.

Beberapa detik wajah Yelo langsung berubah drastis. Tangan Yelo memegang pipinya dengan bibir yang membulat terkejut.

"UWAHHH YELO KAN MAU DI MAKAN SAMA ORANG!!!! Bisa-bisa nya gembel ini malah ketiduran!!!!"  Yelo heboh sendiri sembari menyalah kan diri. Tak menyadari banyak pasang mata yang menatap aneh dirinya.

Bocah yang belum genap menginjak usia 10 tahun itu langsung meringsut, bersembunyi di balik guci besar. Wajahnya ketara nampak ketakutan.

"Yelo harus kabur dari  sini, Yelo ngga mau daging Yelo di makan orang."

Kepalanya celingukan mengawasi sekitar. Merasa tak ada orang, tungkai kecil yang tidak beralaskan apapun itu berlari cepat tak tentu arah. Yelo tidak tahu di mana pintu keluar berada. Yang penting berusaha dulu saja.

Tidak ada yang tahu terdapat Faustino, si putra tengah Carlos yang mengamati gerak-gerik Yelo dari lantai dua sedari awal. Dalam genggaman lengan kekarnya terdapat botol susu yang sebelumnya ia minta untuk dibelikan.

"Apa yang sebenarnya bocah gembel itu lakukan?"

Ujung bibir Faustin terangkat, terkekeh tanpa sadar melihat tingkah konyol Yelo yang berlarian tak jelas. Bocah mungil itu sampai tak sengaja menabrak tembok hingga tubuhnya menggelinding.

Namun, di menit selanjutnya wajah Faustin berubah datar. Mendapati Yelo yang mulai mendekati pintu keluar. Tungkai kecil itu semakin cepat, begitu semangat menemukan jalan keluar.

Faustin membanting kuat botol susu di genggamannya, membuat semua isi mengalir tumpah. Dengan cepat merogoh saku celana mengambil ponselnya.

"Kunci semua gerbang, jangan biarkan pengemis kecil yang baru Papa bawa keluar!!" titah tegas Faustin pada kepala pengawal yang berjaga.

***

"UWAHHH Yelo capek banget, Yelo ngga suka taukk!!"

Yelo merengek kesal seraya menghentak-hentakkan kakinya. Wajah bulat Yelo menatap nanar jauhnya halaman Carlos menuju gerbang. Bibirnya mulai mencebik dalam dan bergetar. Kalau sebal kenapa sih bawaannya Yelo ingin nangis.

Yelo Where stories live. Discover now