♪¹⁸

4.6K 667 61
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*























"GILAAA CALOSS GILA UTIN GILAA ANI-ANI GILAA. SEMUA GILA EMANG YELO DOANG YA YANG WARAS?! PUSING DECH PALA YELO JADINYA!!"

"itukan? Itukan yang kalian mau? Kalian mau Yelo teriak-teriak kaya setan kelaparan biar kalian bisa marah-marah ke Yelo? Iyakan??!!!! Huh hah huh hah!"

Napas Yelo terengah-engah setelah mengoceh tiada henti dari tadi. Yelo melampiaskan emosi sendiri dalam kamar kedap suara. Setelah perdebatan antara Carlos dan Felipe satu jam lalu, Yelo baru menyadari sesuatu. Jika Felipe pergi dari rumah ini, lalu  ...

"SIAPA YANG BAKAL JADI PAWANG  YELO DI SINI HAHH?!! TOLONG SIAPA YANG BISA MENJADI PAWANG YELO MENGHADAPI SETAN CALOS DAN ITIK-ITIKNYA ITUU? APA YELO HARUS BERSEMEDI DI TELAPAK KAKI GUNUNG UNTUK MENGHADAPI DEDEMIT SEPERTI CALOS?!!"

Suara teramat cempreng itu begitu menusuk telinga. Jangan berharap lebih Yelo menjadi sosok pendiam dan penurut dalam kurun waktu lama. Seperti katanya dulu Yelo anak terong tahan banting dan tahan karat dari serangan apapun.

Mantan gembel seperti Yelo tidak akan hancur hanya karena kecewa. Yelo sudah menghadapi berbagai rintangan kerasnya hidup. Yah, mungkin hanya ada retak saja. Tapi, tidak akan mampu merebohkannya. Mungkin.

"CALOS BAJINGA— Akkh!!" Seruan dari bocah 10 tahun dihenti paksa saat nyeri di pinggang kanan bawahnya. Belum sampai situ, aliran dari cairan merah kental berbau amis mencul. Yelo kewalahan.

"Ugh pusing pala Yelo." Tubuh Yelo kembali terasa lemas. Yelo merosotkan tubuh di lantai. Tidak berani untuk di atas ranjang. Nanti Carlos datang dan mengomel.

Tangan kecil Yelo merogoh laci nakas. Felipe pernah bicara kalau obat nya berada di sana. Benar, Yelo menemukannya. Tapi, ada beberapa obat dan Yelo tidak tahu mana yang harus di minum.

Yelo berniat meneguk semua obat, tapi teringat bahwa obat yang dibeli Felipe pasti mahal. Dengan tangan gemetar Yelo meminum satu buah obat. Tidak langsung terasa. Cukup lama obat bereaksi. Yelo hampir meledakkan emosi.

Napas Yelo terengah. Bingung. Tubuhnya setelah datang ke sini terasa lemah. Yelo memang sering sering sakit, tapi kian hari semakin membuatnya kewalahan. Kembali teringat ucapan Felipe bahwa dia sakit.

Sakit apa? Separah itu kah. Tapi Yelo sudah sering merasakan sakit dari dulu. Hampir dia tidak bisa membedakan sakit apa saja yang dia derita. Nanti juga sembuh sendiri. Pikir Yelo selalu seperti itu.

Mata sayu Yelo mengamati ruangan yang teduh, suasana senyap menyelimuti setiap sudut. Cahaya redup dari Matahari yang ditutup tirai menyoroti dinding kosong, menciptakan bayangan-bayangan samar di sekitarnya. Di atas lantai dingin, Yelo merasa sepi, merasakan kesendirian yang menyelinap perlahan-lahan ke dalam lubuk hatinya.

"Jangan kaya gini, Yelo udah biasa sendiri. Jangan berharap apapun. Kita beda, Yelo terlalu rendah berharap apapun. Jangan  ... jangan berpikir sesuatu yang mustahil Yelo," tuturnya lirih pada diri sendiri.

Perlahan kelopak matanya mulai tertutup. Disaat seperti ini pikirannya akan berkelana kemana saja. Yelo berpikir, kehadiran dirinya di tengah-tengah kelurga ini terasa seperti sampah yang mengotori indahnya lautan.

Di rumah ini, di kamar ini, walau ruangan yang kini Yelo tempati penuh dengan barang-barangnya, tetapi Yelo merasa terisolasi, terpisah dari segala yang hidup di luar sana. Kenangan-kenangan yang menghantui, serta kehampaan yang menyertainya, membuatnya terasa seperti orang asing di tempat sendiri. Ya, dia memang orang asing.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yelo Where stories live. Discover now