♪¹⁷

4.1K 611 71
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*























Di pagi yang masih redup, cahaya masuk ke dalam lorong-lorong rumah sakit dengan lembutnya. Suara langkah kaki perawat dan dokter mengisi udara, menciptakan irama yang familiar namun sarat dengan tanggung jawab yang besar.

Di lorong-lorong itu, terdapat sentuhan kesunyian yang hening, namun juga kegelisahan yang tak terucapkan dari para pasien dan keluarga mereka. Bau antiseptik melintasi ruang-ruang rawat, mencampur dengan aroma kopi dari mesin penjual yang bekerja keras.

Di kamar-kamar, terdapat harapan yang bersemi, di samping rasa khawatir yang tak terelakkan. Di tengah semuanya, pagi itu menjadi awal dari perjalanan pemulihan bagi banyak orang, serta momen ketenangan bagi yang menunggu kabar tentang kesembuhan orang yang mereka cintai.

"Yelo minta!" Dua tangan kecil Yelo memanjang. Berusaha meraih cup milik Felipe yang berdiri disamping brankar nya. Kedua alis tipis Yelo menukik kesal.

"Orang pelit nanti suka sembelit. Bool nya rapet karena makan-makanan haram." Yelo mending kan jari tengah andalannya. Kesal lantaran Felipe tidak mau berbagi minuman yang nampak menggiurkan. Padahal biasa saja, hanya Yelo yang lapar mata.

"Jorok banget mulutnya." Felipe menyentil pelan bibir si bungsu. Gemas dengan tiap kata yang keluar. Tapi lucu melihat wajah kesal Yelo. Pantas Lonnie senang sekali menjahili.

"Anak kecil ga boleh minum kopi, nanti kamu sembelit yang ada bukan Kakak." Bibir yang maju seperti Bebek itu Felipe tarik pelan membuat si empu mengaduh. Langsung saja Felipe mendapat tabokan maut Yelo. Bekas kemerahan sedikit nampak.

"Tangannya bau eek. Cebok yang bener udah gede," ujar Yelo kesal dibalas tawa oleh Felipe.

"Nakal banget, ga jadi pulang ah. Males." Felipe pura-pura ngambek. Membuang muka ke sembarangan arah. Menghindari tatapan Yelo yang sudah melotot tidak Terima.

"DASAR ITIK CALOS TUKANG KIBUL. KATANYA MAU PULANG HARI INI ANJI— Hmpp!!"

Mulut Yelo dibekap kuat. Panik saat suara cempreng Yelo menggelegar di seluruh ruangan.

"Kebiasaan banget, dipancing dikit langsung ngamuk."

"Biarin. Repot amat orang tua." Yelo bersedekap dada sambil menaikkan dagu kesal. Ekor matanya melirik Felipe yang senyum-senyum tidak jelas.

"Cepet ayuk pulang, malah kaya orang gila," sinis Yelo. Dia yang hendak turun dari ranjang lumayan tinggi segara Felipe menahan.

"Kakak gendong aja ya?" Felipe bertanya. Tapi tidak menunggu Yelo membalas. Langsung saja laki-laki itu mengangkat Yelo ke gendongan koala.

"Yelo sih engga nolak punya babu gratis." Yelo mengedikkan bahu dengan wajah sombong. Merasa wajahnya begitu rupawan sampai pria setampan Felipe suka rela melakukan hal demikian padanya.

Felipe hanya tersenyum. Dia sudah mengurus semua administrasi serta keperluan Yelo. Langkah kakinya sudah sampai di lobi rumah sakit. Yelo mulai memberontak minta turun. Felipe menuruti. Tangan Yelo dia genggam cukup erat.

Yelo Where stories live. Discover now