♪¹⁰

7.8K 645 27
                                    

*+:。.。 HAPPY READING。.。:+*






Suara pecahan kaca terdengar kencang hingga lantai dua. Teriakan yang diselingi umpatan saling bersahutan antara dua insan berbeda kelamin di lantai dasar. Ketiga anak laki-laki di atas sana menyaksikan dengan takut bagaimana kedua orang tuanya bertengkar.

Si sulung Felipe memeluk erat kedua adiknya sembari mengucapkan kata penenang. Tak peduli dengan tubuhnya yang juga bergetar hebat. Felipe, di usianya yang menginjak usia 10 tahun itu berusaha menjadi sosok Kakak yang baik untuk adiknya.

"Kakak ... Mama Papa kenapa lempar-lempar barang, Lonnie ndak suka hiks."  Si bungsu yang berusia 5 tahun mendongak, menatap kedua kakak nya dengan wajah sembab. Anak itu nampak begitu ketakukan sembari menutup rapat telinga dalam dekap sang kakak.

"Lonnie ndak suka Dede bayi, Lonnie ndak mau punya Dede. Mama Papa berantem gara-gara bayi di perut Mama. Lonnie ndak suka dia hiks." Wajah sembab Lonnie semakin basah akibat derai air mata yang terus mengalir.

"Ngga apa-apa, Papa Mama cuma lagi capek kok. Kita masuk kamar ya," tutur Felipe berusaha menenangkan kedua adiknya.

Ia melirik adik pertamanya, Faustin. Anak itu terlihat diam dengan Isak tangis yang tertahan. Felipe tahu, si tengah merasa takut tak resah. Hanya saja, Faustin merupakan anak yang lebih memilih diam dari pada mengungkapkan apa yang ia rasa. Faustin takut memperkeruh suasana.

"Hiks engga~ Mama engga~ hiks takut Papa pukul Mama, Lonnie takut Mama sakit ...." Lonnie mengencangkan tangisnya di dada Felipe. Suara teriakan di bawah masih terdengar nyaring membuat ia semakin ketakutan.

"Sssttt gapapa, Papa ngga akan pukul Mama. Lonnie sama Tino ke kamar ya?"

Felipe mengangkat tubuh kecil Lonnie ke gendongannya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Faustino yang terasa dingin. Anak itu hanya diam sembari terisak tertahan. Felipe tahu, adik pertamanya berusaha agar tak memperkeruh suasana.

"Temenin adek di kamar ya?" titah Felipe diangguki oleh Faustin. Ia berjalan keluar kamar, berniat menghampiri kedua orang tuanya.

SREKK

Saat sampai Felipe langsung dihadiahi pecahan kaca yang menggores tajam pelipisnya. Membuat darah segar mengalir melewati sisi wajahnya. Nampak wajah terkejut dari Carlos dan sang mama, Meisila.

"KAMU APA-APAAN SIH, LIHAT! ANAK AKU JADI LUKA!!" Meisila berjalan cepat mendekati Felipe. Ia memeluk si sulung sembari mengusap darah yang mengotori wajah.

"KAMU YANG BUAT AKU JADI SEPERTI INI!! MAKSUD KAMU APA TIDUR SAMA LAKI-LAKI LAIN HAH?!!" teriak Carlos melempar puluhan foto yang berisi sang istri di kamar bersama orang lain.

Melihat itu Meisila menajamkan pandangan. Ia masih berusaha menahan emosi agar tak kembali meledak di hadapan putranya. Ia tak ingin Felipe mengalami trauma akibat melihat ia dan Carlos berseteru.

"Berapa kali aku bilang itu semua ngga benar! Kamu jangan bodoh dong!!!"

Carlos mengeratkan rahang. Kedua tangannya terkepal erat. Dirinya sudah di kuasai emosi saat ini. Tak peduli dengan hadirnya Felipe di depannya. Ia hanya ingin melampiaskan emosi atas rasa kecewa dengan apa yang ia lihat. Tak sadar bahwa hal ini merupakan titik awal kehancuran keluarga nya.

Yelo Where stories live. Discover now