♪⁵

7.5K 612 22
                                    

*+:。.。 HAPPY READING。.。:+*






Senin pagi merupakan waktu sibuk mayoritas manusia di dunia. Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Entah yang tengah sibuk sekolahnya atau dengan dunia kerja. Tak jauh berbeda juga dengan Yelo saat ini.

Bocah yang tak lebih dari pusar para pekerja wanita itu ikut menyibukkan diri dari subuh tadi. Ikut membersihkan kediaman Carlos bersama para maid,  juga membantu memasak menu sarapan hari ini. Yelo juga mulai belajar teknologi untuk memasak yang jauh lebih canggih dari yang ia tahu. 

Beberapa pekerja memperlakukan Yelo cukup baik dari kemarin, hari dimana Yelo datang. Namun, sebagian lagi juga ada yang selalu menatap tak suka padanya. Yelo tidak apa, wajar saja. Ia hanya pengemis beruntung yang tiba-tiba menjadi saudara majikan mereka.

"Bibi, terima kasih banyak bajunya. Yelo suka tau," kata Yelo tersenyum manis. Sang maid mengusap lembut surai Yelo yang ternyata sangat lembut ditangannya.

"Sama-sama, cuma baju bekas kok. Adek emang ngga bawa baju satupun?" tanya maid yang kiranya baru berusia kepala tiga. Pasalnya dari Yelo datang siang itu sampai subuh tadi belum ganti baju.

"Yelo tiba-tiba dibawa ke sini sama om-om jelek itu, jadi Yelo ngga bawa apapun ke sini, bibi. Yelo ngga suka sama mereka."

Telunjuk mungil Yelo mengarah pada Carlos yang kebetulan lewat. Pria itu melirik tajam Yelo, membuat bocah itu langsung meringsut tubuh ke maid yang kini menunduk hormat.

"Apa liat-liat?!!" Yelo mengangkat jari tengahnya pada Carlos seraya menjulurkan lidah. Melihat Carlos yang langsung berancang-ancang hendak mengejarnya membuat Yelo langsung melarikan diri dari sana.

"Calos jelek kaya monyet!!" teriak Yelo setelah jauh dari jangkauan si empu.

Urat leher Carlos menonjol menandakan pria itu menahan emosi. Tangan kekarnya terkepal erat. Dalam hati terus mengumpati Yelo. Berani sekali anak itu mengacungkan jari tengah padanya.

"Bocah sialan, akan ku bunuh kau!!"

Maid yang sebelumnya bersama Yelo bergetar ketakutan. Melihat aura gelap yang Carlos pancarkan. Ia menundukkan dalam. Semakin tertekan saat suara Carlos menyerpa indera pendengarannya.

"Kau," tunjuk Carlos pada maid tersebut.

"Y-ya Tuan?" tanya maid menahan gemetar.

"Kunci gudang tempat bocah itu tidur. Jangan beri makan hingga malam. Kau paham?!"

Ada rasa tak tega mendengar perintah tuannya. Namun, bila tak dituruti nyawa yang menjadi taruhannya. Mau tak mau maid tersebut mengangguk pelan.

Ekor matanya melirik Carlos yang mulai berjalan keluar kediaman. Dalam hati merasa prihatin pada Yelo. Padahal gudang masih berisikan barang-barang yang tak di gunakan, dan sekarang menjadi tempat Yelo mengistirahatkan tubuh ringkihnya. Di dalam ada satu kasur tipis untuk Yelo tidur. Malam ini, terpaksa bocah itu harus tertidur di atas dinginnya keramik.

"Bagaimana Tuan Carlos tidak kasihan pada bocah itu. Padahal wajahnya sangat lucu."

Sedangkan bocah yang tengah di bicarakan kini sibuk mengoceh sendiri pada tukang kebun yang tengah melaksanakan tugasnya. Kaki kecil Yelo mengikut setiap langkah di belakang tukang kebun yang menyapu.

Yelo Where stories live. Discover now