♪¹²

7.7K 749 43
                                    

*+:。.。HAPPY READING。.。:+*























Hangat sinar baskara pagi mulai memasuki kediaman besar Laurencius melalui celah-celah kecil disetiap inci. Suara gelatuk langkah kaki para maid yang sibuk mengerjakan tugas sudah menjadi rutinitas. Biasanya, para tuan rumah akan menunggu santai dikamar. Menunggu waktu tiba untuk sarapan bersama.

Namun, kedatangan sosok baru setelah beberapa saat lalu menjadi pembeda dengan hari lain. Kini, bukan suasana pagi hangat yang menenangkan dengan suara kokok ayam yang bersahutan, justru teriakan cempreng memekak telinga diiringi umpatan keras khas bocah kematian.

Hantaman benda jatuh yang sengaja dibanting menggelinding dari lantai tiga. Beberapa maid berjingkit kaget. Mendongak, mendapati anak laki-laki hendak berlari ditangga.

Beberapa melototkan mata khawatir. Kemeja putih kebesaran hingga paha atas juga wajah basah dan sembab oleh air mata membuat iba.

"Yelo jangan berlari ditangga!!"

"Bacot Kingkong!!"

Carlos berserta Felipe dan Faustin segera menyusul Yelo yang bersiap meluncur dipegangan tangga. Sebelum akhirnya digagalkan oleh Carlos. Pria itu memeluk erat Yelo yang memberontak digendongnnya.

"Diam, kau bisa jatuh." Carlos berjalan menuju lift diikuti Felipe dan Faustin.

"Halah, seneng kan Calos kalau Yelo gelinding ditangga. Biarin aja mati biar gentayangin Calos." Yelo menggigit kuat telinga Carlos hingga mengeluarkan sedikit darah. Terdapat jejak gigi kecil Yelo ditelinga Ales yang memerah. Lumayan ngilu rasanya.

"TURUNINNNN!!!" Tiba-tiba saja Yelo berteriak tepat di sisi telinga Carlos. Pria itu reflek memejamkan mata menikmati dengungan dari gendang telinga. Suara cempreng nan nyaring Yelo ternyata bocah itu jadikan senjata.

"Nakal hm." Felipe dibelakang Carlos mencubit pipi tirus Yelo. Delikan tajam dan sentakan kasar langsung Felipe dapatkan.

"Jangan sentuh Yelo dasar menjijikan." Yelo mendecih menirukan gaya bicara Lonnie membuat tiga pria Laurencius terkekeh pelan.

"Yelo lagi ngga ngelawak ya anjing kalian."

Faustin reflek menyentil pelan bibir Yelo. Heran. Mudah sekali umpatan keluar dari mulut sang adik.

"Adek, mulutnya." Faustin niat menegur. Tapi delikan tajam justru ia dapatkan ditambah nyinyiran Yelo membuat Faustin tercubit hatinya.

"Dih, sokap deh Utin kingkong. Siapa adek-adek?!" sengit Yelo. Ditabok wajah rupawan Faustin yang berdiri tak jauh dari Carlos. Jejek merah membentuk telapak tangan tercetak apik diwajah Faustin membuat si empu meringis.

Carlos pun tak lepas begitu saja. Rambut yang sudah tertata rapi klimis kini berubah tak beraturan akibat ulah si bocah kematian. Tangan kurus Yelo tak hentinya menjambak kuat surai sedikit pirang Carlos disetiap kesempatan. Beberapa helai rambut juga sudah terlepas dari akarnya.

Yelo Where stories live. Discover now