Lima

892 25 1
                                    

Selamat datang di dunia ku!!

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca!

.
.
.






"Ini kunci motor kamu. Makasih" ucap Bio.

Arun langsung menghentikan kegiatannya mengelap meja di cafe tersebut lalu melihat ke arah Bio. "Sama-sama pak" balas Arun sambil memasukan kunci tersebut ke dalam kantong apron miliknya.

Arun kembali melanjutkan kegiatannya, tapi berbeda dengan Bio yang masih setia berdiri.

"Ehm, sebagai ucapan terima kasih saya lagi" ujar Bio penuh penekanan, membuat Arun melihat Bio kembali. "Bensin kamu saya isi full" lanjut Bio.

"Eh! Gak usah pak. Biar saya aja, hari ini jadwal saya isi bensin" ucap Arun.

"Udah saya isi! Lain kali kalo isi bensin jangan sesuai jadwal, kamu cek aja karna bensin motor bakal cepet abis kalo kamu sering pake motornya. Kamu kira bensin unlimited!" balas Bio dengan nada bicara sedikit tinggi.

Arun mengerutkan dahinya, "Kok bapak marah-marah, kan saya gak nyuruh buat bapak isi bensin motor saya!" ujar Arun yang mulai tersulut emosi.

"Saya itu cuman kasih tau kamu, kalo kemaren malem kamu yang kehabisan bensin gimana? Untung saya yang bawa motor kamu" ujar Bio lalu meninggalkan Arun.

Arun tidak ingin membuat hari ini menjadi hari terburuknya. Arun lebih memilih melanjutkan pekerjaannya. Namun baru beberapa menit, Arun melihat sepasang sepatu tepat didepannya saat ini.

"Apalagi sih pak?!!" tanya Arun dengan nada ketus.

"Arun?" ucap Akbar, "Kamu baik-baik aja kan?" tanya Akbar dengan nada khawatir.

Arun menggigit bibirnya dengan ekspresi kagetnya, "Eh, Akbar. Gue kira pak Bio" ujar Arun.

"Kamu berantem sama pak Bio?" tanya Akbar.

"Enggak"

"Kenapa kamu ngomongnya ngegas?"

"Enggak, biasa aja"

"Kenapa pulang duluan?"

"Ha? Oh iya helm gue di lo kan?" tanya Arun saat mengerti arah pembicaraan Akbar.

"Kamu pulang naik apa?" tanya Akbar tanpa menjawab pertanyaan Arun.

"Ish, gue tanya juga, Malah gak dijawab!" ujar Arun.

"Emangnya pertanyaan awal aku, kamu jawab juga?" ucap Akbar dengan santai.

Arun menghela napas sambil merapikan apron miliknya yang sedikit kusut, "Gue ada urusan tadi makanya pulang duluan dan gue naik ojol makanya helm gue titipin lo. Kasian soalnya mamangnya bawa helm kalo gak dipake, terkesan gak menghargai" jelas Arun.

"Kenapa kamu gak bilang ke aku dulu? Terus aku telponin juga gak diangkat" ujar Akbar.

"Gue buru-buru, makanya gak sempet kasih tau lo sama angkat telpon lo itu" balas Arun.

WHY ME?//WHY NOT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang