Duapuluhdelapan

546 14 0
                                    

Selamat Datang Di Duniaku.

Jangan Lupa Vote dan Komen.

Selamat Membaca!

.

.

.

"Kamu baik-baik aja? Hah?".

Bio dengan keadaan panik tanpa berpikir panjang langsung mendekati Arun lalu memegang kedua sisi wajah Arun. Arun yang diperlakukan seperti ini secara tiba-tiba hanya bisa menampilkan wajah sedihnya sambil menatap Bio.

"Sa ... kit" rintih Arun.

"Apa? Apanya yang sakit? Hemm?" tanya Bio.

Bio melepaskan tangannya yang menangkup wajah Arun saat meraskan adanya gerakan.

Arun mengangkat kedua jari-jari tangannya dan Bio bisa melihat dimana kedua telunjuk Arun terluka bahkan telunjuk sebelah kanannya masih mengeluarkan darah.

"Astaga!" ucap Bio kaget.

Tanpa basa basi Bio langsung mengeratkan kembali perban yang pudar tadi sedangkan Arun hanya bisa diam dan memperhatikan Bio melakukan semunya.

Begitu telaten dan sangat lembut meski sesekali Arun mengaduh saat terasa sedikit sakit, "kenapa bisa sampe kayak gini?" tanya Bio saat tangannya masih berusaha membungkus telunjuk sebelah kiri Arun.

Arun menarik napas untuk menghilangkan suara tangisnya, "tadi mau ambil minum, tiba-tiba tangannya kram. Gelasnya jatoh, nanti gue ganti gelasnya" ujar Arun.

Tangan Bio merekatkan kapas itu dengan hansaplast, "saya nanya kejadiannya bukan suruh kamu buat ganti rugi" ucap Bio.

Arun langsung menarik tangannya dari paha Bio karena sudah selesai diobati, "waktu mau beresin pecahannya gak sengaja kena" ujar Arun melanjutkan penjelasannya.

"Sapu rumah ini kamu gadaikan?" tanya Bio.

Arun menatap sinis Bio, "kamu bisa pake sapu, kalo gitu itu namanya kamu cari penyakit sendiri" ujar Bio.

"Gue spontan aja, gak kepikiran" balas Arun tidak ingin kalah.

"Ujungnya cuma bisa nangis" gumam Bio yang masih bisa didengar jelas oleh Arun.

"Gue gak minta lo buat bantuin gue bungkus lukanya. Kalo memang lo gak ikhlas gak usah! Jangan pura-pura baik!" ucap Arun jengah.

"Lo yang masuk ke kamar gue! Gue gak minta! Gue gak berharap juga lo peduli apalagi sampe liat gue nangis" Arun mulai merasa emosinya kian meningkat dan seperti akan meledak.

"Lo kira ini gak perih? Lo pikir gue akting? Coba aja sana jari lo goresin" ucap Arun

"Kalo emang lo ..."

Grep!

Bio langsung membawa Arun kedalam pelukannya. Hal itu mampu membuat Arun berhenti mengomel dengan segala emosinya.

Meski begitu Arun tetaplah keras kepala, "lepasin gue! Lepas!" Arun terus memberontak minta dilepaskan dari pelukan Bio.

"Saya cuma mau kamu mengakui kalo kamu juga lemah Arun. Jangan berpura-pura lagi" ujar Bio tanpa melepaskan pelukannya.

WHY ME?//WHY NOT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang