Empatpuluhenam

195 13 3
                                    

Selamat Datang Di Duniaku.

Jangan Lupa Vote dan Komen.



















Selamat Membaca!

.


.




.











"Masuk gih, nanti kamu telat" ucap Bio setelah menarik rem tangan mobilnya.

Pagi ini, Bio baru saja menghentikan mobilnya tepat di depan halaman kampus Arun.

"Abis dari sini kakak mau kemana?" tanya Arun.

"Saya ke Cafe. Kemungkinan hari ini saya gak bisa jemput kamu, gak papa kan?" tanya Bio.

Arun menganggukan kepala, "jangan sering-sering kak, aku juga bisa sendiri" jelas Arun.

Bio mengacak pucuk kepala Arun, "ishh, nanti rambutnya berantakan!" Protes Arun sambil menurunkan tangan Bio dari atas kepalanya.

Bio tertawa karena gemas melihat ekspresi marah Arun yang di tambah pipi Arun bersemu merah.

"Aku turun dulu, kak Bio hati-hati di jalan" Arun menyodorkan tangannya didepan Bio.

Kening Bio berkerut hal tersebut tidak lepas dari pandangan Arun, "kamu ..."

Arun langsung meraih tangan kanan Bio dan diletakan diatas telapak tangan kanannya, "mau salim, biar sopan" ujar Arun langsung memperjelas maksudnya.

"Byee kakk" ucap Arun sambil melambaikan tangan setelah berhasil menutup pintu mobil dari luar.

Bio langsung membunyikan klakson dan pergi melajukan mobilnya. Sedangkan Arun masih berdiri ditempat dan menatap mobil Bio yang mulai hampir tidak terlihat.

"Udah aku duga, ada yang aneh sama kamu" ucap seseorang dari arah belakang Arun.

Arun langsung memutar tubuhnya dan melihat siapa orang tersebut, "A ... Akbar?" ucap Arun terbata-bata.

"Kenapa? Kamu mau jelasin sesuatu kan?" tanya Akbar.

Arun langsung menarik tangan Akbar meningalkan tempat tersebut. Akbar hanya diam dan pasrah saat dirinya terus dibawa oleh Arun sampai mereka tiba di taman kampus tersebut.

Tidak terlalu ramai namun juga tidak sepi. Ada beberapa mahasiswa yang duduk, mengerjakan tugas sampai tiduran di taman tersebut.

"Sejak kapan lo ada dibelakang gue?" tanya Arun dengan wajah serius.

"Sejak kamu keluar dari mobil itu" balas Akbar.

Arun langsung memijat keningnya pelan, "itu mobil pak Bio kan?" tanya Akbar.

Arun langsung menatap Akbar. Entah memang Akbar tidak tahu atau bertanya untuk meyakinkan prasangkanya.

Jika Arun berbohong makan akan lebih beresiko, "iya, itu mobil pak Bio. Dan tadi ... gue dianterin pak Bio" ucap Arun dengan tegas.

WHY ME?//WHY NOT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang