Delapan

706 18 0
                                    

Selamat datang di duniaku!!

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca!

.
.

.
.

Arun berangkat kuliah sekitar pukul sembilan pagi. Selama di kampus tidak banyak yang Arun lakukan, hanya sekedar menghadiri kelas dan beristirahat.

"Akhir-akhir ini monoton banget hidup gue!" Keluh Arun sambil menerawang jauh kedepan.

"Nih"

Akbar muncul dihadapan Arun sambil menyodorkan sebungkus roti rasa nanas. Rasa kesukaan Arun.

Arun menatap Akbar, "Gue udah kenyang" balas Arun.

"Kamu gak pernah bisa nolak nanas kan?" ujar Akbar.

Arun mengambil roti tersebut dari tangan Akbar, lalu membukanya.

"Kamu yakin, gak mau balik ke cafe?" tanya Akbar.

"Kenapa? Lo disuruh bujuk gue? Suruh bos lo itu" tanya Arun dengan nada ketus.

Akbar menggeleng, "Enggak, aku nanya aja"


Duar!

Ke ge'eran!

"Oh" balas Arun singkat.

"Beneran?" tanya Akbar meyakinkan.

"Lo kayaknya pengen banget gue balik lagi kesana"

"Bukan maksud aku mau maksa kamu Run, aku cuma mau meyakinkan aja" jelas Akbar.

"Meyakinkan? Kenapa?" tanya Arun dengan ekspresi bingung.

Akbar menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal, "Bella, mau coba masukin lamaran disana. Gatiin kamu".

Arun terkejut.

Ke ge'eran lagi!

"Ohhh, yaudah. Suruh aja daftar itu maksudnya ngelamar, semoga beruntung" ucap Arun sedikit menahan emosinya.

"Tapi bentar deh, dia mau kerja? Yakin?" Tanya Arun.

"Dia mau belajar katanya"

"Belajar sambil pacaran!" Gumam Arun.

"Kenapa Run?" tanya Akbar.

"Eh, enggak. Iya coba aja Bella daftar. Pasti keterima kok" ucap Arun dengan senyuman.

"Tapi aku ..."

Arun langsung bangkit dari duduknya, "Bar, gue duluan ya. Thanks rotinya, lain kali gue ganti" ucap Arun lalu berlari kecil meninggalkan Akbar.

"Mabur bae terus!" ucap Akbar kesal.
Sedangkan di lain tempat, dua orang laki-laki duduk sambil membicarakan hal yang serius. Menurut Ilham, tidak dengan Bio. Dia menganggap ini bukan lah hal yang harus dipermasalahkan.

WHY ME?//WHY NOT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang