chapter 05: ridwan crush

61.6K 4.8K 33
                                    


"deana."jawab ridwan singkat msmbuat raihan cengo beberapa saat.

"dea? dea cewe dikelas kita? yang itu? serius lu?"tanya raihan bertubi-tubi dengan eskpresi berlebihan nya.

speechless parah raihan denger nya, deana kan sering hang out bareng mereka berdua. sama-sama satu kawan tongkrongan lah.

"iya, emang disini yang namanya deana putri alesnatricia ada berapa banyak, hah?"ucap ridwan dengan nada jengkel.

"woah, bahkan lu ampe hapal namanya? keren, gue aja gatau namanya sepanjang itu."ujar raihan tidak menyangka, lagi-lagi ber ekspresi lebay dengan suara nyaring nya yang malu-maluin.

"lu nya aja yang malesan buat tau nama-nama anak kelas."balas ridwan lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain lagi dengan raihan yang ikut sibuk melanjutkan makannya.

"ga begitu penting."raihan terkekeh ringan menanggapi ucapan ridwan.

mata raihan tidak sengaja menangkap siluet 3 orang yang bersembunyi di belakang kelas dekat tempat duduk mereka di kantin.

sudut bibirnya terukir untuk membentuk senyuman, mengetahui siapa yang sedang diam-diam bersembunyi disana, sudah pasti itu dea, mira, ayza kan? siapa lagi manusia-manusia yang suka menjadi detektif dadakan dan bisa nongkrong di sudut manapun.

"terus lo ga ada niatan buat nembak dia?"pertanyaan raihan membuat atensi ridwan segera teralihkan.

"gue...ga mikirin ampe situ, mending kek gini aja sih bagi gue."sahut ridwan yang diangguki paham oleh raihan.

"yakin lo? keduluan ama orang lain mampus."ucap raihan, ridwan merenggut kesal mendengar itu.

"ya gue tau, tapi gimana caranya gue nembak dia sedangkan anaknya selalu bilang 'gabisa aku masih mau nyelesain pendidikan' kek gitu."ujar ridwan frustasi ketika mengingat ucapan orang yang ia suka bila ditembak orang.

"ya iya juga."bukannya membantu ini raihan malah membenarkan hal itu dan terlihat ikut bingung.

"terus gimana? lu mau nyerah gitu?"tanya raihan yang tentu mendapat gelengan dari ridwan.

"engga lah. susah nyari orang kek dia, gabakal gue lepas kalo udah gue dapat."jelas ridwan dengan semangat membara, senyuman lebar banget.

"nah, yaudah noh orangnya langsung tembak aja."suruh raihan sembari menunjuk 3 siswi yang sedang duduk di kursi kantin tak jauh dari mereka.

keliatan banget sih daritadi tiga cecunguk itu ngelirik mulu ke arah sini, entah apa maksudnya.

"masa ga bawa apa -apa sih, bego."ucap ridwan gemas dengan sikap raihan yang terlalu santai dan bodoh dikit, kadang banyak juga.

"yaudah pesan gopud trus beliin makanan kesukaannya, dijamin lu bakal diterima deh."ujar raihan  menyarankan pada ridwan, terlampau enteng.

"tapi gue gatau makanan kesukaannya."dengan polosnya ridwan berkata, menatap lurus netra tajam raihan yang salah tingkah diperhatikan seperti itu.

"..yeilah, kemarin pas kita disuruh bikin proyek lukisan itu kan dia malah bikin buah semangka, lu beliin aja buah itu."saran raihan lagi.

"hm, dapat semangka dimana ya?"ridwan membuat pose berfikir yang entah kenapa malah terlihat menggemaskan, di mata raihan tentu saja.

saking gemes nya pengen raihan kokop aja ini bocah satu.

"di kantin kan ada yang jual rujak, minta potongin buah semangka nya aja terus kasih Ice cream vanilla yang sering dia beli di atas potongan buah semangka."

raihan berucap dengan percaya diri nya bahwa hal itu akan berhasil, ngide aneh nya emang kadang diluar nalar. dikira mau bikin masakan apaan.

"oh iya bener juga." ridwan reflek menjentikkan jarinya lalu berlari kecil ke arah tukang rujak.

raihan yang melihat itu hanya menatap temannya bangga apalagi mengikuti saran petuah sang legenda pakboy, lagian jarang sekali melihat ridwan menyukai seseorang.

ternyata sahabat kecil nya sudah dewasa, bisa punya gebetan juga pula.

ridwan berjalan ke arah kang rujak, tapi langkahnya tidak langsung ke hadapan kang rujak itu melainkan berbelok ke arah lain, senyuman miring terukir di wajahnya.

memangnya raihan pikir ridwan akan benar-benar melakukan hal bodoh itu? tidak akan. sebaliknya ia akan melakukan hal yang lebih sederhana namun merujuk ke pemaksaan.

tangannya terulur untuk merogoh saku celana, mendapat kan ponselnya Ridwan menekan kontak seseorang yang bertuliskan ' deana'

Jari tangannya menekan tombol panggilan pada kontak itu, lalu tak lama telepon tersambung.

"halo?"

terdengar suara lembut namun tegas dari sebrang sana.

"lu dimana?"tanya Ridwan to the point, ia tak mau mengulur waktu.

"di..kelas(?) kenapa?"

nada bicara orang di sambungan telepon terdengar penasaran.

"datang sekarang ke belakang kelas 2 IPS, ga ada penolakan atau alasan"

setelah berucap seperti itu ridwan menutup telepon nya secara sepihak.

"hah? tapi–"

belum sempat orang disebrang sana melanjutkan ucapannya sudah terpotong karena ridwan memutuskan panggilannya.

ridwan yakin jika orang itu sekarang sedang menyumpah serapahi nya, entah kenapa senyuman puas terbit diwajahnya.

apa karena berhasil membuat gadis dingin itu jadi kesal dan tidak bisa melawan sebab tempat mereka yang berbeda?

Tbc.

definisi untuk chapter ini...
singkat saja:)
gue benar kan? woiya dong pacar rin gtu loo

"Bad boy × Sange boy! " || BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang