"anak teladan??" || 45

20.3K 1K 12
                                    


netra bening itu terbuka sepelan mungkin, membiaskan cahaya masuk ke retina matanya, mengerjap beberapa kali sampai ia sudah cukup sadar untuk bangun.

poni rambutnya yang memanjang menutupi kening nya hampir mencapai mata, ridwan menyugar rambutnya kebelakang.

wajah tanpa eskpresi dengan muka bantal itu langsung berubah masam ketika mengingat yang terjadi kemarin malam, kepala nya mendadak pening mengingat itu.

ridwan mengerang kesal karena merasa nyeri di bagian bawahnya, gempuran si piton nya raihan memang tidak main-main.

membalikkan tubuh tanpa busana nya yang tertutup selimut, ia melihat ke belakang, raihan yang masih setia menutup matanya dengan tangan melingkar di pinggang nya dengan erat.

mata ridwan menatap tajam, alisnya mengerut, bibir nya bergumam sebal, tangan nya terangkat dan menjentik bibir tebal raihan mendapat reaksi berjengit dari si empu tubuh.

jentikkan jari itu tidak berhasil membuat raihan bangun, ia masih berkelana dalam mimpi.

entah mengapa kali ini ia lebih merasa kesal dibanding lelah, manusia yang pikiran nya kotor ini benar-benar membuat nya kesal malam tadi.

bagaimana tidak? mereka melakukan itu sampai pukul 3 pagi, tanpa henti atau istirahat, dan itu semua berawal dari ide gila raihan memakai kan nya dress putih seksi itu.

"bangun, bajeng" ujar ridwan menepuk nepuk dada bidang raihan, mendorong tubuh kokoh itu meski hanya tergerak sedikit.

raihan menggumam terganggu, menahan tangan yang sedari tadi menepuk-nepuk nya, matanya masih terpejam erat dengan alis yang menukik tajam, menarik lengan itu sampai badan ridwan tergeser mendekat.

"diem sayang.." suara berat itu terdengar pelan, nadanya masih setengah sadar. ridwan mencibir, dirinya yang sakit-sakit an malah raihan yang sok lelah.

"bodoh, gue gamau bolos sekolah lagi rain, bangun njing" ridwan berkata dengan nada setengah merengek, ia tidak bisa bangkit karena lengan yang memeluk nya sangat berat untuk di singkirkan, tenaga nya belum terisi.

raihan berdehem, membuka matanya lalu mencuri ciuman di bibir tipis ridwan yang tidak berhenti mengucapkan seribu kata kematian untuknya, seingat raihan bibir itu kemarin malam mengeluarkan desahan dan bukan nya makian.

tapi tak apa, cinta membuat makhluk adam ini buta dan tuli, mau bagaimana pun ia cinta membabi buta dengan ridwan.

selagi kata-kata mutiara itu diperuntukkan untuknya seorang tidak apa.

ridwan mendorong wajah raihan yang terus memberikan ciuman-ciuman menggelikan di seluruh wajahnya, mendengus kesal kelewat jengah.

"jauh jauh, babi" usir ridwan menghalau wajah nya dengan kedua tangan yang disilangkan, melindungi diri dari wajah mesum raihan.

"iya, iya. si anak teladan." raihan tertawa dengan wajah dungu nya, memberikan kecupan sekilas di lengan ridwan lalu ia berlari takut terkena amuk.

ridwan menggeram, menatap jengkel manusia yang berwajah tanpa dosa itu sedang memakai celana dalam nya tapi memandangnya dengan alis terangkat dan senyuman tengil.

bangkit dari posisi tiduran nya, ridwan duduk di kasur, berdumal sendiri ketika ia ingin berdiri tapi kesusahan.

melihat itu tentu saja raihan tidak akan membiarkan kekasihnya susah tanpa dibantu, akan dipandang seburuk apa dirinya oleh ridwan jika tidak membantu si maung manis ini.

raihan segera meraih bahu dan pinggang ridwan untuk membantu nya berjalan, yang sebelumnya di tepis oleh ridwan tapi ia tetap bersikeras dan kemudian dalam sekali tarikan mengangkat tubuh ridwan sampai si empu menyumpah serapah.

"BANGSAT! TURUNIN GUE RAIN! WOI!"

begitulah kira-kira suara menggelegar yang menggetarkan hati raihan, si pelaku gendongan tanpa izin itu hanya cengengesan dan berjalan sedikit berlari ke kamar mandi.

melenggang membawa masuk ridwan di gendongan nya, raihan menutup pintu dengan kaki nya, tidak bisa mengunci tapi tidak akan ada juga yang masuk.

Ridwan berjalan mendahului nya, di depan tapi masih di dalam jarak pengawasan raihan di belakang nya, calon istrinya itu merajuk dan tidak mau berjalan berdampingan menuju gerbang sekolah.

raihan sesekali terkekeh melihat tingkah ridwan yang sedari tadi menendangi batu-batu kecil di jalanan dengan rasa kesal, apa-apaan menggemaskan sekali.

memperlaju langkah nya ketika sudah tepat di depan gerbang, raihan merangkul pundak ridwan yang tentu di balas mata yang menyipit tidak senang.

raihan memilih pura-pura tidak melihat tatapan itu, mengobrol dengan santai dengan si ketua osis di depan gerbang.

ayolah, tangan raihan itu memberatkan pundak nya, sudahlah tas nya yang berat ditambah dengan tangan penuh dosa ini nyangkut di bahu nya.

"tumben, kemakan angin apaan lo bedua?" ujar si ketua osis ber name tag lana itu, ia bersandar di pintu gerbang sambil tersenyum tipis.

pemandangan dua maut ini datang sebelum bel berbunyi itu langka, bahkan serasa baru kali ini.

raihan tertawa renyah menanggapi, mengeratkan rangkulan nya sampai ridwan mendekat "kemakan angin malam pertama."katanya lalu tersenyum lebar yang hanya ditanggapi lirikan malas dari ridwan.

lana mencibir, tertawa kecil setelah nya lalu membiarkan dua pasangan seiras itu masuk ke lingkungan sekolah.

raihan dan ridwan berjalan beriringan di lorong sekolah, sesekali dengan raihan yang menyapa guru-guru yang ditemui dengan senyuman lebar nya.

lagi, bukan cuman lana yang heran, bahkan guru-guru itu kebingungan dengan sapaan dari dua murid berandal tak tau malu itu.

sampai hal ini jadi bahan perbincangan di ruang guru, mungkin mereka ingin tau jenis keajaiban apa yang menimpa kedua makhluk itu.

pasalnya, raihan ini rabun dengan wujud manusia, ia tidak hapal orang-orang sekitar karena matanya hanya berpusat pada ridwan seorang.

ia seolah terlalu sibuk untuk menyapa orang lain bahkan guru sendiri.

ridwan ikutan heran dengan wajah Raihan yang sedari tadi berseri-seri, berbeda dengan dirinya yang menahan ringisan sambil berjalan.

mengingat itu ia jadi kesal, kaki nya melangkah lebih cepat lalu menyelipkan kedua tangan nya di saku celana, bibir tipis berwarna plum merah kesukaan raihan itu mengerucut sebal .

melihat pasangan yang sudah di klaim nya sehidup semati itu berjalan lebih cepat, raihan mengejarnya lalu berteriak dengan nada mendayu, tertawa dengan kekanakan selama melangkah mengejar ridwan.

"honey!! my babe sweetheart bride!~"

teriakan itu tentu berhasil membuat ridwan berjalan setengah berlari menghindari raihan, sontak siswa-siswi disekitar hanya bisa bertutup telinga ria.

ridwan mendecakkan lidah nya, melangkah kan tungkai nya berbelok di tikungan lorong tapi sial nya karena menatap ke arah belakang ia tertabrak sesuatu yang terasa empuk tapi keras.

oh itu tubuh manusia ternyata, ridwan mengaduh lalu mendongak menatap siapa yang jadi korban tabrakan.

jantungnya berpacu hebat, nafasnya tercekat dengan binar mata yang bergetar, ridwan sontak memundurkan langkahnya sebagai reflek.

"—ridwan, huh?"

pria tinggi dihadapannya menyunggingkan senyuman, senyuman tajam yang membuat ridwan menunduk takut.

tbc.

guess who?

anw baru inget buat publish chapter ini, kemarin gue ketiduran.

see yaa in next chapter!




"Bad boy × Sange boy! " || BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang