card game || 54

8.5K 500 27
                                    

sehabis dari hotel tadi, kedua nya kembali ke festival pukul setengah satu malam. agak terlambat tentu nya, tapi mereka tidak melakukan apapun yang merujuk ekhem ekhem.

habis acara ini niat nya mau balik lagi ke hotel, buat ngelakuin kegiatan pasangan, err cuddle misal nya.

baru sampai pun ternyata acara api unggun sudah selesai, hanya tersisa para kaka tingkat pengurus yang masih santai disekitar api unggun nya.

ridwan, fajar, alfi dan Jion sedang main kartu di atas batang kayu yang mendadak beralih fungsi menjadi meja.

ekspresi mereka sengit, ya jelas nama nya juga bocah pasti jiwa persaingan nya tinggi.

tak lama terdengar tawa nyaring dari ridwan, ia melempar-menggebrak batang kayu itu sembari menepuk-nepuk paha nya puas sambil tertawa.

"uno! hahahaha, duluan gue."ejek ridwan membuat jion hampir menonjok nya kalo saja alfi tak menahan.

"bangsat anak setan lu." jion memberontak dari pegangan alfi, mata nya seperti ada efek api-api membuat ridwan merinding tapi tak berhenti mengejek nya.

"lah lo aja yang kroco."

diikuti tawa fajar melihat tingkah absurd kedua nya tapi tidak dengan alfi yang masam karena fajar tak mau membantu nya.

"woy anjrit minimal bantu gua lah."alfi memegang tangan jion yang ngamuk.

"males."tanggap nya fajae lalu bersila duduk kembali menonton peradu bacot mereka. alfi menghela nafas melepaskan pegangan nya pada jion.

"ngapa sih, lu dari awal kalah mulu jion jion."ridwan berjongkok di atas batang kayu itu, mencolek dagu jion dengan senyum lebar nya.

Jion menepis tangan ridwan yang nyolek dagu nya ngasal, menatap tak terima lalu mengibarkan perang.

"gak bisa! sekali lagi main, yang kalah harus bisa bikin si biksu ketawa, gimana!? terima atau terima?"tantang jion, mau tak mau fajar dan alfi mengikuti saja dengan senang hati.

toh mereka berdua yakin, yakin menang maksudnya.

ini sebenarnya hanya taruhan antara ridwan dan jion.

ridwan mengusap-usap dagu nya dengan jari jempol dan telunjuk, seolah berfikir walaupun sebenarnya ga mikir.

kalo kalian ingin tau, biksu atau sebut saja itu gelaran-panggilan konyol mereka pada satu paling alim di pengurus osis, ketua kerohanian.

padahal agama nya mah kristen protestan tapi malah di panggil biksu, bukan karena dia kalem tapi karena di botak plus sangat amat kalem.

"oke, siapa berani?" ridwan tersenyum miring, melirik jion dan tertawa melihat reaksi pemuda mudah marah itu.

lalu mulai lah putaran permainan uno mereka, tentu ternyata ambisi sengit jion ga sia-sia.

ridwan satu-satunya yang kalah hanya mendengus lalu tertawa geli beserta lain nya yang mulai menyoraki agar menjalankan hukuman.

berdiri dari duduk nya yang beralaskan sendal jepit hijau nya itu, ridwan menepuk pantat nya dulu sebelum melangkah ke perkumpulan wibu, maksudnya kerohanian.

dengan tampang songong nya ridwan langsung duduk di samping mateo, biksu.

"oi, lu-"

ucapan ridwan terputus karena matt menatap nya dengan tangan ditangkup kan memberi salam ala thailand, curiga selanjutnya bakal bilang sawadekha.

ridwan mengerjap, semakin meragukan agama pria botak ini. diam-diam ridwan melirik kesal teman-teman nya yang menahan tawa dari sana.

"heh.."ridwan menyunggingkan senyum meremehkan, "lo mau dengerin pantun ga?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

"Bad boy × Sange boy! " || BLWhere stories live. Discover now