28

108K 9.6K 178
                                    

"Jay, ayo ketemu Xan~ kangen tau!" Lagi-lagi Stela merengek ingin bertemu dengan Xan.

Jay menghela nafas kesal, padahal hari ini jadwal Stela untuk mengajarnya. Tapi dengan tampang memelas bak anak anjing yang minta dipungut Jay hanya mengangguk. Efek buchin beda.

Stela tersenyum senang, ia segera naik ke atas motor Jay. Tanpa sadar melingkarkan lengannya pada pinggang kokoh lelaki yang lebih muda dari Stela itu. Jay tersenyum tipis dibalik helm full face nya
"Helm nya sendiri sudah di klik?"

"Udah kok, ayo jalan! Kita kan harus beli camilan dulu" kata Stela kesal, ia jelas tanpa sadar semakin memeluk Jay. Membuat Jay menahan nafasnya, astaga jantungnya!

"O-oke"

Motor itu melaju, meninggalkan halaman parkir sekolah Stela. Tak lama setelah itu mereka berdua berhenti disalah satu minimarket, guna membeli makanan ringan untuk Xan.

"Memang kita mau beli apa? Bukannya uangnya untuk bayar uang bulanan sekolah?" Tanya Jay bingung.

Stela menoleh dengan wajah yang dibuat segarang mungkin, menatap Jay kesal. "Jay gimana sih? Kan disini yang cowok itu kamu, kenapa aku yang bayar? Ya, Jay lah yang bayar" ucap Stela sambil melengos pergi sambil membawa troli, meninggalkan Jay yang ternganga dengan sikap Stela yang baru dilihatnya.

"Gadis itu berubah" ia tersenyum tipis, ia cukup senang dengan Stela yang sudah tidak se-canggung saat mereka pertama kali bertemu.

>>><<<

"Uhm, cakit~" bocah laki-laki itu bangun dari posisi tidurnya, terus mengeluh sakit pada punggungnya. Ia menyibak selimut tebal itu agar kakinya bisa turun ke bawah, walau nyatanya kakinya tidak sampai ke bawah.

"Tenapa tin-gi cekali?" Tanyanya kesal, ia memutar tubuhnya menjadi tengkurap, menurunkan kakinya terlebih dahulu dengan tangan yang menggenggam erat selimut itu agar tidak terjatuh.

Tap! Xan berhasil, ia terjatuh terduduk di lantai. Salah kasurnya yang terlalu tinggi, membuat Xan jadi susah untuk turun. Ia mengusap punggung tak sampai, walau yang terbentur itu adalah pantatnya tapi efeknya sampai punggungnya.

Bocah itu bangkit, berjalan ke arah pintu kamar. Tangannya terangkat dengan kaki yang berjinjit berusaha menggapai gagang pintu.

Ceklek

Terbuka, Xan segera keluar. Mencari Daddy nya yang sudah pasti ada di ruangan bawah dengan pintu berwarna hitam. Ia melewati para maid dan penjaga yang sibuk bekerja dan berlalu-lalang di didepannya, tidak ada yang menyadari jika Xan berada di kerumunan maid lantai 3 itu.

Ia berjalan di tembok bewarna coklat itu yang senada dengan warna bajunya, salahkan desainer nya yang membuat baju mirip dengan motif wallpaper dinding itu. Xan melangkahkan kakinya menuju perosotan panjang yang menjulang tinggi dari lantai 3 hingga lantai dua, Xan segera duduk di perosotan itu. Dan..

Shuww~

Tubuh mungil itu segera meluncur ke lantai dua, renyah suara tawa khas anak kecil menguar darinya. Seolah melupakan punggungnya yang sakit, bocah itu tertawa senang saat tubuhnya meluncurkan mulus hingga lantai dua. Tinggal satu perosotan lagi untuk dia sampai di lantai bawah.

Xan kembali berjalan di lantai dua yang cukup sepi itu, tidak ada maid disana. Membuat suasana menjadi agak menyeramkan, tapi Xan tidak peduli. Tiba-tiba satu maid perempuan melewatinya, dengan tangan kanan memainkan ponsel dan sebelahnya lagi mendorong troli berisi buah-buahan yang baru saja diambilnya dari dapur lantai dua untuk makan malam.

Mafia Widower Where stories live. Discover now