44

85.6K 7.6K 131
                                    

"B-bubu?" Ayres terkejut, Annette berada di depannya. Ia masih belum siap.

Annette tersenyum lembut, walaupun sedikit ragu untuk duduk di samping Ayres, ia tetap duduk di samping anak tirinya itu. "Sedang apa disini?" Tanyanya lagi.

Ayres diam, kemudian menjawab. "Mengantar Stela" ucapnya singkat. Namun ada yang berbeda, nadanya tidak dingin atau datar.

Wanita paruh baya itu mengangguk paham, dalam hati ia cukup senang karena hal itu. "Kalau mau masuk, masuk aja. Kasian Xan kalau di luar, penghangat di sini kurang bagus, lebih baik didalam" ucap Annette.

Ayres masih diam, ia bingung harus apa. "Maaf" satu kata keluar dari mulut Ayres.

Annette terkejut, menoleh menatap Ayres yang senantiasa menunduk. "Ayres?"

"Maaf. Maaf telah menuduh mu, maaf telah memfitnah mu, maafkan semua kata-kata kasar yang keluar dari mulutku. Maaf" ucapan tulus itu keluar dengan mudahnya dari mulut Ayres.

"Saya tau perbuatan saya tidak dapat dimaafkan. Mengusir anda juga Jay dari rumah, dengan tuduhan yang bahkan bukan anda pelakunya. Saya bodoh pernah melakukan itu pada anda juga Jay. Saya bodoh percaya begitu saja pada bukti yang sedikit. Maaf"

Annette tersenyum hangat, mengelus pundak tegap dan lebar itu. "Ga apa-apa, lupakan saja masa lalu. Lagipula bubu sudah maafkan Ayres, jadi sekarang Ayres ga perlu merasa bersalah. Kita buka lembaran baru, ya?"

Ayres menoleh, matanya memerah menahan tangis. Ia tak menyangka kalau ternyata Annette memaafkannya dengan mudah begitu saja, i-ini seharusnya mustahil terjadi. I-ini terlalu mudah.

"Anda yakin?" Tanya Ayres tak menyangka.

Wanita paruh baya itu terkekeh, mengelus lembut puncak kepala Ayres. Mendapatkan perlakuan seperti itu membuat Ayres tertegun, sentuhan lembutnya menghangatkan hatinya. Sentuhan yang belum pernah ia rasakan dari tangan mamanya, matanya perlahan terpejam, menikmati sentuhan lembut itu.

"Kenapa manggilnya masih baku? Panggil bubu, ya? Kan Ayres juga anak bubu" Ayres mengangguk pelan, matanya masih terpejam menikmati.

"Suka?" Tanya Annette, Ayres membuka matanya mendongak. Menatap bingung Annette, seolah tak mengerti apa yang dimaksud.

"Suka rambutnya di usap?" Tanya Annette dengan nada gurauan. Ayres tersenyum lebar kembali untuk pertama kalinya, ia mengangguk, mengiyakan ucapan Annette.

"Suka, sangat suka" jawab Ayres dengan kepala yang ditaruh dipundak Annette.

Annette sedikit tertawa canggung, ini pertama baginya melihat Ayres yang sedikit err- manja? Tapi ia menyukainya. Dan... Mengapa ia memaafkan Ayres dengan cepat? Annette tau anaknya hanya salah faham, jadi ia tak ada alasan marah lebih lama.

"Masuk, yuk! Kasian Xan nanti kedinginan" kata Annette sambil menggenggam tangan besar dan dingin itu, menariknya menuju kedalam ruang rawat Jay.

Ayres sendiri hanya mengangguk, mengikuti langkah wanita paruh baya itu dengan Xan yang senantiasa berada di gendongan nya.

Tepat saat mereka masuk, mereka disambut oleh senyuman. Yang satu menatap mereka dengan senyum manis, sedangkan yang satu dengan senyum remeh yang sangat, sangat, sangat menyebalkan.

"Apa?" Tanya Ayres sinis.

Jay berdecih. "Sudah baikkan, heh? Sialan, kata-kata baku itu bikin gue muak. Jijik juga dengernya"

"Jay! Ga boleh ngomong gitu sama kakak kamu, dia lebih tua dari kamu. Belajar untuk menghargai yang lebih tua, juga sopan sama Stela. Dia lebih tua satu tahun dari kamu" ucap Annette tegas.

Mafia Widower Where stories live. Discover now