Chapter 2

5.1K 702 161
                                    

"Haha..."

Cale tertawa hambar.

Saat ini, dia sedang berdiri di atas gedung tinggi.

Sapuan angin menyentuh wajah pucatnya.

Pupilnya bergetar saat ia melihat jauh kebawah, tepatnya pada orang-orang yang sibuk berlalu-lalang.

Tulisan di spanduk, mengambil fokusnya.

Baik, ini pasti korea.

Cale mencengkram rambutnya seolah ia frustasi. Tunggu, tunggu. Ia sekali lagi berfikir, bagaimana bisa keadaan saat ini menghampirinya?

Ia jelas mengingat jika ia tertidur sepanjang hari seperti biasa, lalu...lalu... saat ia membuka mata, di terbangun di korea.

Tapi korea dalam ingatannya hancur diserang monster?

Atau jangan-jangan ini bumi lain?

Jika begitu, maka Ini masuk akal.

Cale mengangguk setuju.

Namun, untuk beberapa alasan, ia merasa akan ada hal merepotkan kedepannya.

Ini hanya perasaannya saja kan?

***

Cale berjalan menuju alamat rumah di koreanya yang ia ingat. Meskipun dunia tampak damai, anehnya ia dapat menggunakan kekuatan kunonya dengan bebas.

Tidak, sebenarnya...ia merasa sakit kepala mendengar suara berkicau para kekuatan kuno.

Terlebih, tatapan orang-orang memberatkannya.

Setiap orang berhenti hanya untuk melihatnya berjalan malas. Ia hanya mengacuhkannya setelah terbiasa melalui kerumunan orang-orang saat menyambutnya sebagai pahlawan sialan.

Setidaknya kali ini, tidak ada orang-orang yang bersorak menyebut segala jenis panggilan murahan-memalukan.

Wajar saja, Cale terlihat baik dengan tinggi di atas rata-rata. Kulitnya yang berwarna pucat, kontras dengan setelan kemeja serta mantel berwarna hitam. Rambut merah serta wajah cantiknya yang akan menjadi seorang model terpopuler segera setelah ia tampil, membuat orang-orang tidak bisa beralih pandang.

Bisikan-bisikan samar terdengar dari orang-orang yang mengaguminya. Tapi fokus Cale hanya pada dimana ia akan makan untuk mengisi perutnya.

Akhirnya, langkahnya terhenti di sebuah restoran kecil.

Matanya membulat ketika ia mengendus aroma makanan.

Mengikuti instingnya, Cale memasuki restoran kecil yang ramai pengunjung.

Ada banyak suara disana.

Tiba-tiba, seorang pemuda yang memakai apron mendatanginya dengan senyum segar yang menyilaukan.

"Selamat datang...! Gantengnya!!!"

Kepala Cale seketika mendengung sakit. Suara orang-orang yang sedang makan pun terhenti saat mereka beralih fokus menatap sosok yang berdiri di depan pintu restoran.

Bahkan ada beberapa orang yang menjatuhkan sumpit seperti itu sangat mengejutkan.

Pemuda itu tampak malu saat menyadari pikiran batinnya tampaknya keluar dari mulutnya.

"Ah, maafkan saya pelanggan. Bisa saya antarkan ke meja kosong?"

Pemuda itu menunduk berulangkali meski masih mencuri pandang, melirik kagum padanya.

Cale hanya menghela nafas singkat dan mengangguk seolah itu bukan masalah besar.

Dia akhirnya duduk di meja sudut dekat jendela. Saat makanan yang dipesannya datang, Cale menikmatinya tanpa sadar jika postur bangsawannya membantu orang-orang berfikir jika ia adalah Tuan muda dari keluarga kaya yang terhormat.

Why is it so hard to make my dream come true?Where stories live. Discover now