Chapter 4

4.1K 653 199
                                    

Tatapan Cale jatuh pada pegangan teflon.

Ini cukup baik sebagai senjata kan?

Tidak, maksudku, bukannya ada gitu film terkenal yang hanya bersenjatakan teflon, dia bisa bertemu kembali dengan Keluarganya?

Jika diteliti lagi, ada cukup banyak alasan ia memilih teflon di antara barang-barang di dapur.

Pertama, itu ringan.

Kedua, sekali terkena kepala, akan langsung terasa efeknya.

Terakhir, dia tidak cukup kuat untuk memegang senjata berbahaya seperti pisau. Plus, ada kekuatan kuno yang selalu bersamanya seperti parasit. Setidaknya cukup untuknya bertahan hidup.

Huh!

Cale kembali menegaskan pilihannya.

Caranya memandang teflon sebagai alat untuk memasak mulai berubah. Sekarang teflon terlihat seperti pisau belati yang digunakan para pembunuh keji di ingatannya.

-Teh lemonnya Tuan muda~

Ugh sial, ia mengingat hal menyeramkan lagi.

Cale menggelengkan kepala penuh tekad.

Tidak,tidak, tidak ada lagi teh lemon.

Baik, senjata udah di tangan, berikutnya...

Tatapannya jatuh pada layar biru di depannya.

+

[Skenario Utama # 1 – Bukti Nilai]

Kategori: Utama

Kesulitan: F

Jelas Kondisi: Bunuh satu atau lebih makhluk.

Batas Waktu: 30 menit

Kompensasi: 300 koin

Kegagalan: Kematian

+

Astaga, layar berisi kata-kata mengerikan itu tetap menggantung seperti hantu.

Jantungnya berdebar kencang  terutama pada kalimat, bunuh satu atau lebih makhluk hidup.

Astaga, ini tidak seperti ia membunuh serta menyiksa orang lain karena ia menyukainya. Cale melakukannya karena situasinya, itu perang!

Terlebih, dia tidak membunuh orang lain secara langsung. Kecuali white star tentunya, dia adalah bajingan yang Cale memiliki banyak dendam padanya. Ia tidak akan bisa tidur nyenyak kecuali dia membunuh bajingan itu dengan tangannya sendiri.

Benar, Cale selama ini hanya memberi perintah pada anak-anak manis, para bajingan sakit jiwa nya, untuk menebas musuh yang menghalangi jalan menuju impiannya.

Is, saat para orang gila itu tidak di sisinya dalam situasi seperti ini, Cale mulai merasakan secuil penyesalan di sudut terujung hatinya.

Maksudku, kalo Choi han, dia pasti akan membunuh banyak makhluk untuknya. Apalagi naga kecil itu, dia telah menjanjikan meledakkan Benua hanya karna ia terluka.

Aigoo...apa cuma aku orang normal di kelompok itu?

Cale serius memikirkannya.

Sebentar, makhluk hidup?

Berarti...itu nggak harus orang dong?

Matanya tiba-tiba bersinar cerah seolah-olah ia telah mendapat pencerahan hidup.

Pandangannya beralih pada hiasan cantik yang terlihat mencolok di kamar hotel mewahnya. Itu masih sama cantiknya, tapi menjadi terlihat berkali-kali lebih cantik ketika ikan-ikan itu berenang indah di dalam akuarium raksasa.

Why is it so hard to make my dream come true?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang