Chapter 10

3.3K 709 70
                                    

Lee jihye harus memeriksa matanya ke dokter mata sekarang juga.

'Tapi dimana bisa ketemu dokter seperti itu di dunia ini?'

Oh astaga...dia menyerah untuk berfikir.

Sial! Ia ingin mengumpat secara terang-terangan tapi takut pada sosok kuat yang dikenalinya sebagai master.

Mau gimana lagi, saat masternya pergi meninggalkannya sendiri di stasiun Chungmuro, dia berharap masternya kembali membawa benda berguna.

Yah...dia kembali sih, membawa 'sesuatu'. Jauh dari kata 'berguna', masternya membawa malaikat jatuh.

'Ku pikir aku akan buta melihat wajah itu. Sial, sulit terbiasa hanya dengan wajah master, tapi sekarang aku harus berhadapan dengan wajah malaikat yang tidak realistis seperti ini...?!'

Hei, apakah dewa bersifat tidak adil?

Tampaknya mereka bekerja lembur selama 10 tahun untuk membuat wajah itu, sementara makhluk lain yang hidup di dunia? Mungkin mereka membuatnya hanya dalam waktu 10 detik.

Tidak hanya itu,

Pria itu bahkan datang bersama masternya, di dalam gendongannya!

Halloooo~~~

Ini Jonghyuk loh, yang kita bicarakan!

Manusia super egois yang menyelesaikan masalah mengandalkan kekuatannya. Lee Jihye benci mengakuinya, tapi ia mengikuti sosok egois itu karena kalah melawannya serta merasa ia akan aman berada di dekatnya.

Ia sih, ia aman. Setidaknya sampai hari ini, ia masih dapat hidup walau dunia tidak cukup indah untuk dijalani.

Tapi sekarang, ia mulai memperkirakan beberapa pikiran jahat pada masternya.

'Jika aku membunuh master sendiri, dosa nggak ya?'

Tapi ia segera menggelengkan kepalanya, berfikir itu tidak mungkin.

'Itu nggak dosa.'

Justru itu dibenarkan.

Terutama....

Jihye mencuri pandang pada tubuh kurus pria yang kini tertidur lemas(?) di lantai dingin. Kulitnya tampak pucat seperti mayat pada pandangan pertama. Kecuali pergerakan penarikan nafas yang ia lakukan, Jihye berfikir jika itu adalah lukisan yang keluar dari kanvas.

Tapi itu hidup.

Pikiran buruk melandanya.

'Apa Jonghyuk brengsek itu menculiknya?'

Kata master telah berganti menjadi sapaan paling halus baginya. Tapi ia tampak tidak cukup peduli. Toh, kecuali masternya itu memiliki kemampuan membaca pikiran, kepalanya mungkin sudah terlepas sekarang.

"Aku tidak menculiknya."

"....!!!!!"

Aiigooo, apa dia benar-benar bisa membaca pikiran? Dasar monster!

Jihye gugup, ia melirik pada pria pucat, meremas jari-jarinya pada pegangan pedangnya.

'Lari atau...'

Lucunya ia tahu itu tidak mungkin. Dia telah merasakannya secara pribadi bagaimana sedikit kekuatan Yoo Jonghyuk. Jika pria di depannya mau, membunuhnya adalah sedikit pilihan yang mungkin akan dilakukan saat ia benar-benar merasa bosan.

Jonghyuk menatap wajah anak SMA yang memucat karena ucapannya. Menghela nafas berat, ia mengatakan sepatah kata pada anak itu sebelum melangkah pergi lagi.

Why is it so hard to make my dream come true?Where stories live. Discover now