Chapter : 18

2.2K 361 34
                                    

Merinding~ bulu hidungku~

'A-ada apa ini...' Cale memijat pangkal hidungnya sambil terus merasa curiga pada dunia.

Tapi itu tak berlangsung lama. Dinginnya hari, benar-benar melemahkan keinginannya untuk keluar dari ranah selimut dan boneka beruangnya.

Seperti biasa, ia sedikit menguap dan kembali tertidur, tidak mempedulikan sedikitpun alarm peringatan dari para kekuatan kuno.

-"Aku merasa seperti akan mati tak lama lagi."

-"...."

-"...."

-"Tolol lu. Memang kita masih hidup?"

Api mendecak kesal dan mengeluarkan setumpuk kartunya.

-"Haha, aku menang lagi~"

Si Cengeng mengangguk setuju. Apa lagi yang bisa di takutkan oleh makhluk yang sudah mati? Mati sekali atau dua kali, tak akan membuat perbedaan.

Tapi Rakus merasakan merinding yang sangat parah. Dia tak bisa membantu, terus memikirkan kemungkinan ancaman yang akan dihadapinya(Cale).

-"Mungkin kita lupa mengingatkan Cale untuk makan?"

-"Bener juga njirr, nggak lucu kalo kita mati lagi karna Cale mati karna lupa makan!"

-"Tapi aku mulai bosan makan protein."

-"Tenang~ naga imut kita pasti bisa memberikan makanan selain daging pada Cale kita!"

-"Hahahaha!"

Sementara kekuatan lain tertawa sambil memainkan kartu, sang Rakus entah mengapa semakin merasa tertekan saat naga imut muncul dalam percakapan.

Bercanda! Mana mungkin naga imut itu memberikan sesuatu yang berbahaya pada Cale! Bodohnya aku~

Rakus kembali memfokuskan pikirannya pada permainan kartu.

***

Ada hal yang disebut sebagai kemanusiaan.

Meski di dunia sekarang, sangat langka untuk dijumpai.

Tidak, karena ia bukan spesies manusia, apakah aku harus menyebutnya 'kebinatangan'?

Telur(protein), salad(protein), sup(protein) dan lain sebagainya...

Tak terhitung jumlahnya Jonghyuk harus mencuci perutnya.

Lupakan penampilan bersih, tonjolan tulang terlihat di pipinya, menandakan betapa kurusnya ia sekarang.

Apa yang salah?

Apa cara mengajarnya yang salah?

Selain sesuap telur dadar, ia juga meminum sesendok sup, hasilnya adalah tragedi untuk perutnya.

Jonghyuk bahkan mulai meragukan dunia.

Tampaknya siksaan neraka terasa seperti mainan anak-anak di depan makanan ini.

Di beberapa titik, para monster tak bersalah juga ikut menjadi spesimen uji coba. Lupakan tentang berkah atau item menakjubkan yang di dapat dari para konstelasi, semua itu tak ada bandingannya di banding makanan ciptaan sang 'koki neraka'.

Semakin banyak monster yang menderita, semakin banyak pula monster yang mati. Semakin senang sang raja iblis yang sayangnya tawarannya di tolak mentah-mentah oleh si naga kecil.

Tapi tampaknya sang naga kecil masih menggerutu kesal.

Apa yang salah?

'Tidak, tidak....lupakan. Semakin sedikit yang ku ketahui, semakin panjang hidup ini berlangsung.'

Why is it so hard to make my dream come true?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang