Chapter 15

2.1K 197 3
                                    

_

_

_

Di pertengahan malam Alan masih setia menunggu taxi atau ojek yang lewat. Meskipun dalam keadaan hamil Alan masih setiap bekerja setelah pulang sekolah. Dan itu sudah kebiasaan Alan meskipun dirinya sekrang berbeda Alan tak pernah patah semangat bekerja mengumpulkan uang untuk masa depannya dan juga masa depan anak yang ada di perutnya.

“ Mana sih kok nggak ada ojek atau taxi lewat” ucap Alan.

Alan sekarang sudah tak bisa memesan ojek online karena ponsel itu sudah Alan kembalikan pada pemiliknya. Alan sudah putus asa menunggu ia berniat untuk jalan kaki tapi itu sangat jauh apakah dirinya akan kuat di saat keadaan nya seperti itu dan sudah lelah karena bekerja. Alan menyemangati dirinya untuk kuat. Alan berjalan di trotoar jalan di bawah lampu kota yang sudah temaram itu. Bahkan jalanan yang biasanya ramai di siang hari kini sudah jarang yang lewat.

“ Lo harus kuat Alan!” Ucap Alan sembari terus menggosok tangannya untuk membuat kehangatan di sana.

Brakkk

Suara itu membuat Alan berlari menghampiri sumber suara itu. Seseorang telah menabrak trotoar, Alan melihat bemper depan mobil berwarna kuning itu sudah penyok dan pecah bahkan ada banyak goresan di sana. Alan mencoba melihat orang yang ada di dalam, ternyata orang itu masih ada di dalam tengah menunduk menaruh kepalanya di atas stir mobilnya.

Alan mencoba mengetuk mobil itu, alih alih orang itu membuka pintu mobilnya.

“ Mas, mas apa anda baik baik saja?” Tanya Alan semabri terus mengetuk jendela mobil.

Pria itu membuka mobilnya, Alan sedikit menjauh.

“Essttt..aww” orang itu memegangi kepalanya.

Alan membantu orang itu agar tak jatuh. Alan mencium bau alkohol di badan pria itu. Alan tahu pria itu sedang mabuk. Alan melihat dahi pria itu berdarah. Alan membantu pria itu berjalan menuju ke halte yang tak jauh dari tempat itu.

Pria itu terus merintih kesakitan akibat kepalanya yang berdarah yah walaupun tak seberapa tapi itu semakin membuat pusing pria itu.

Setelah beberapa menit suara rintihan sakit itu berubah menjadi dengkuran kecil yang keluar dari mulut pria  yang akan tak kenal itu.

“ Lah malah tidur” ucap Alan.

Alan menggeleng kan kepalanya. Ia melihat mini market yang masih sedikit terbuka di seberang jalan. Alan berlari ke seberang jalan.

“ Mas jangan di tutup dulu, saya mau beli please saya mohon”

“ Tidak bisa mas, ini sudah jam tutup” ucap mas mas yang memaki seragam warna merah itu.

“ Mas please tolong, di sana ada orang yang habis kecelakaan”

Pemuda itu melihat ke seberang jalan ternyata benar dan mau tak mau pemuda itu membuka kembali mini marketnya.


Alan tersenyum, ia berhasil mendapatkan apa yang ia butuhkan. Obat merah, sebotol cairan pembersih luka, plester, kapas dan juga dua botol air. Alan Kemabli ke halte. Pria itu masih tertidur pulas.

Alan membuka tasnya mengambil handuk kecil yang selalu ia bawa setiap kali bekerja. Alan membasahinya dengan air yang ia beli tadi. Alan sedikit ragu ketika ia hendak membasuh tubuh pria itu. Tapi Alan tetap melakukan nya ia mengangkat kaos pria itu dan memasukan handuk kecil yang di basahi tadi dan mulai mengelap tubuh pria itu.

Sejurus kemudian tangan pria itu memegang tangan Alan. Pria itu terbangun, menatap Alan sembari tangan sebelah nya memegangi dahi nya.

“ M-maaf mas, saya hanya mau membantu ada tidak ada niat macam macam” ucap Alan.

‘ dia kan?’ batin pria itu.

Alan menarik tangan nya keluar dari dalam kaos pria itu.

“ Mas dahi mas berdarah”

Pria itu memegang dahinya dan saat di pegang pria itu mengaduh kesakitan.

“ Sini biar saya bantu” ucap Alan.

Pria itu duduk dan masih tak mau bicara. Pria itu masih melihat Alan yang tengah meneteskan pembersih luka berwarna kuning itu ke atas kapas.

“Aw...”

“ Ma-maaf mas, sakit?”

“ Pelan pelan” ucap pria itu.

“ ma-maaf” ucap Alan sekali lagi.

Setelah membersihkan luka, Alan memberi obat merah dan menutup nya dengan plester.

“ Dah selesai”

“ Makasih” ucap pria itu dan Alan menjawab nya dengan anggukan.

Alan membersihkan barangnya dan memasukan semua itu ke dalam tas nya. Tapi handuk kecil itu tak akan masukkan.

“ Nih pakai buat hilangin bau alkohol di badan mas!” Alan menyodorkan handuk kecil itu pada pria tadi.

Pria itu menerimanya dan menggosok kan ke leher dan tangannya.

“ Kamu Alan?” Tanya pria itu tanpa menoleh pada Alan.

Alan terbelalak tak percaya, bagaimana bisa pria itu mengenal dirinya.

“M-mas kok tau?” Tanya Alan bingung.

“ Nggak usah panggil mas, gue se umuran sama Lo, gue Adrial anak Davinci”

Alan tak percaya kalau pria yang berada di depannya sekarang ini adalah ketua geng sekaligus ketua basket yang menjadi rival tim basket sekolah nya. Alan baru tau wajah Adrial kali ini, dia hanya sebatas tahu namanya saja untuk wajah dan orangnya tak tahu.

“ Kenapa Lo liatin gue kek gitu?” Tanya Adrial.

“ E-engahk gue baru tau kalau itu Lo, karena gue cuman tahu nama Lo doang di sekolah”

“ Hemm, Lo pasti bingung kan gue tau dari mana nama Lo?” Tanya Adrial.

Alan mengangguk.

“ Siapa yang kagak tau anak paling pinter di sekolah musuh gue”

“ Hmmm”

“ Lo baik juga ternyata” Adrial tersenyum simpul.

“ Udah kewajiban nya kita itu nolong orang yang lagi butuh bantuan, dan gue anggep ini simulasi gue”

“ Simulasi?” Adrial mengangkat alisnya bingung

Alan mengangguk.” Gue pengen jadi dokter, kalau gue jadi dokter bisa nolong orang kan”

Deg

Jantung Adrial tak karuan, sepertinya ia merasa bersalah kepada Alan. Jujur Adrial masih tak terima Abang nya meninggal dan itu semua karena orang tuanya Alan. Tapi Adrial sedikit sadar kalau Alan itu tak bersalah sama sekali. Ya walaupun sebenarnya itu semua salah abangnya karena Abang nya juga ayah dan ibu Alan meninggal.

“ Lo balik sama siapa?” Tanah Adrial tiba tiba.

“ Em..nunggu taxi atau ojek lewat mungkin” Jawa Alan.

“ Balik bareng gue mau?” Tawar Adrial.

“Em...?”

“ Udah pulang bareng gue aja”

“ Hemm beneran?” Tanya Alan.

“Iya”

Alan dan Adrial masuk ke dalam mobil, Adrial menancap gas mobil nya melaju ke jalanan kembali.

Kejadian lima tahun yang lalu membuat Adrial selalu ingin membuat orang yang membuat Abang nya meninggal itu sakit hati sama seperti dirinya orang satu satunya yang selalu perhatian dan Adrial sayangi telah pergi ke yang maha kuasa. Sebenarnya Adrial sudah tahu kalau kecelakaan itu murni karena kecelakaan tapi Adrial berfikir kalau waktu itu tak ada truk milik ayah akan pasti Abang nya tak tertabrak. Menurut kabar mobil yang di tumpangi Abangnya Adrial tiba tiba mati di tengah perempatan jalan sedangkan dari arah sebelah kiri sebuah truk melaju sangat cepat dan menghantam mobil milik abangnya Adrial. Karena kejadian itulah Adrial dendam dan mencari tau keluarga yang menabrak mobil milik abangnya dan ingin membalas dendam. Tapi Adrial kini sadar percumah saja balas dendam karena anak itu terlalu baik untuk Adrial sakiti walaupun secara tidak langsung ia sudah menyakiti hati pria yang sekrang tengah duduk di sebelahnya itu.


Roy dan semua saudaranya kini sedang berkumpul di ruang keluarga tanpa adanya Ray di sana. Karena Ray sedang bersama Nikita di ruang tamu. Dan itu menjadi bahan pembicaraan semua orang yang ada di ruang keluarga. 

“ Liat noh adek Lo kek boneka si jalang” ucap Renald.

“ Gue juga kurang setuju kalau adek gue sama dia” ucap Roy.

“ Ya tapi mau gimana lagi, Ray juga kan yang mulai” Kimi Rey ikut campur.

“ Udah Jan bahas mereka Mulu lah kakak-kakak ku yang ganteng tapi gantengan Arjuna ini. Males Arjun kalau harus bahas mereka berdua Mulu Mauk liat wajah mereka” timpal Arjun.

“ Ini anak lagi, lo kenapa dah Jun. Benci bener sama Ray keknya”

“ Pikir aja sendiri, intinya Arjun males bahas mereka” ucap Arjun.

“ Dek, nggak boleh gitu, dia itu kakak kamu juga kan?” Ucap Jansen.

“ Dia itu cuman bisa nyakitin orang aja kak, hah sudahlah Arjuna mau ke atas siap siap mau nginep di rumah kak Alan”

“ Lo mau nginep di rumah Alan?” Tanya Renald.

“Iya kenapa?” Tanya Arjuna.

“ Ikut boleh?”

“ Enggak ada, cuman ada kita ber empat buat kak Renald nggak ada kuota, udah abis”

“ Yah kok gitu sih Jun?” Tanya Renald.

“ Enggak boleh, awas aja kalau sampe nyamperin ke sana, Arjun timpuk sama pot bunga yang ada di depan rumah kak Alan!!” Ancam Arjun dan langsung naik ke lantai atas.

“ Gue jadi penasaran sama Arjun, Brandon juga sih, kenapa mereka sekrang Deket banget ya?” Tanya bumi.

“ Setahu gue kalau Arjuna itu ngidolain si Alan kalau Brandon tau sendiri pasti cuman ngintilin Arjun doang”

Bumi mengangguk. “ Dan satu lagi Lo ngerasa ada yang aneh nggak sama Alan, dia kek gemuka deh?” Kini Rey yang berbicara.

“  Iya semenjak dia putus sama si Ray dia makin gemilang, kan biasanya kalau orang abis putus itu jurusan karena galau” ucap Bumi.

“ Udah udah Jan ngomong yang aneh-aneh, siapa tau kan Alan tak terlalu memikirkan hubungannya lagian noh adek lu pada udah ada  calon bini” ucap Jansen.

“ Kak tapi nih ya, Renald sempet liat alan itu muntah muntah dan itu nggak hanya sekali. Di hari berikutnya juga kadang muntah. Di pertemuan PMR juga dia selalu muntah kalau bau obat obatan padahl biasanya enggak” jelas Renald panjang kali lebar kek guru MTK.

“ Nah kan, gue juga sempet dia muntah sambil pegangin perut gitu, mana wajahnya pucet lagi” kini bumi juga ikut menyahut.

“ Gue jadi curiga kalau Alan itu-“

“- hallo teman temanku, calon saudara ku” suara Brandon tiba tiba terdengar dan seketika makhluk itu ikut duduk di antara mereka semua. “ Lagi bahas apa nih?”

“ Lagi bahas Alan, kenapa?”

“  Hadeh bahas yang nggak berfaedah, pasti kalian cuman mikir yang enggak-enggak. Noh liat noh Nikita kagak tau tempat mana tadi nyium Ray di depan gue”

“ What?” Rey melihat ke arah ruang tamu. “ Jijik anjing” ucap Rey.

“ Kan?, Dahlah gue mau ke my Arjuna. Ada di atas kan dia?” Tanya Brandon.

“ Iye udah Sono Lo!!” Usir Renald.

‘ memang ada yang aneh, bahakan Brandon tadi tiba tiba ngalahin pembicaraan’ batin Jansen.

Brandon berlari ke arah kamar Arjun, dan langsung membuka pintu dan menutup nya kembali.

“ Bangsat!!” Umpat Arjun dan langsung menutup bagian bawahnya. “Lo kenapa maen masuk sih BRANDONNNN!!!”

“Sorry gue nggak sengaja Jun, gue nggak liat kok tadi udah di tutup juga kan sama gue”

“ Anjing Lo ah...”

“ Liat sih dikit, cuman palanya aja “

“ BRANDON BANGSAT!!”

“ Jun udah jangan rame rame, tadi diluar itu mereka lagi curiga sama Alan”

Seketika Arjuna menghentikan makiannya. Ia berjalan ke arah Brandon dan dirinya masih berbalut handuk di pinggangnya.

“ Lo beneran?” Tanya Arjuna memastikan.

“ Iya Jun gue beneran, demi Alex dah”

“ Wah mesti bilang ke kak Alan nih, pas otw kita ke sana kita pergi ke Toko seragam ya?”

“ Iya terserah dah, yaudah cepet ganti baju sebelum gue makan Lo abis ini”

“ Lo nggak bisa serius dikit ya anjirr!!”

“ Maki aja teros dah, abis ini kalau itu Lo ilang jangan salahin gue!!”

“ Yaudah tutup mata!!”

“ Hahahaha, iya-iya” kemudian Brandon menutup matanya.

Arjun memakai celana dalamnya di balik handuknya dan juga tak lupa cepat-cepat memakai celananya. “ Lo nggak liat kan?!, Awas aja kalau sampe liat!!”

“Iya ini gue nggak liat Arjun!” Ucap brandon jujur. Memang benar Brandon tak mengintip nya sama sekali walaupun di dalam hatinya ia ingin.

Sebelum Arjun dan Brandon keluar di bawah pintu terlihat bayang bayang seseorang. Brandon dan juga Arjuna saling pandang.

“ Lo tadi liat bayang bayang seseorang berjalan di depan kamar gue kan?” Tanya Arjun.

“ Iya gue liat, coba liat!!” Brandon dan juga Arjun cepat cepat membuka pintu tapi saat membuka pintu tak ada siapa siapa di depan kamarnya bahkan ia sempat mengecek kamar ketiga saudaranya tak ada siapa-siapa.

“ Nggak ada siapa-siapa, kira harus semakin hati hati”

“ Iya, gue takut kalau mereka tau apalagi kak Ray” ucap Arjun.

“ Yaudah kita berangkat dulu kita pikirin nanti di jalan aja” ajak Brandon

“ Hmm”

Arjuna dan Brandon berjalan ke bawah, setelah menuruni anak tangga mommynya sudah stand by di ruang keluarga bersama dengan daddynya dan juga semua saudaranya.

“ Siang mom-dad” sapa Arjuna.

“ Udah mau berangkat?” Tanya Arsa.

“ Iya mom, nih Arjun udah bawa tas hehehe”

“ Itu manusia di sebelah kamu ikut juga?” Tanya Natan.

“ Ya iya lah om daddy, kan Brandon calon suaminya” ucap Brandon dengan bangganya.

Semua orang memutar bola matanya malas.

“ Ya sudah ini ambil, titik salam buat Alan yah, tanyain kapan dia maen ke sini, mommy kangen masak bareng sama dia” ucap Arsa.

“ Daddy juga, masakan dia sebelas dua belas sama mommy kamu, menang calon mantu dah”

“ Dad emang Kak Alan mau sama siapa?, Orangnya aja udah mau punya istri” timpal Arjuna dan tiba tiba dua manusia itu berjalan ke  ruang keluarga.

“ Ya kan emang anak Daddy emang dia aja?, Masih ada Roy yang kosong, iya kan Roy?”

“ Roy yang jadi sasaran nih?, Terserah Daddy aja deh”

“ Nah tuh kakak mau, nitip salam buat Alan ya. Kapan kapan ajak ke sini lagi Daddy juga lebih suka kalau dia yang ke sini, anaknya mandiri pekerja keras pinter lagi”

“ Iya nanti Arjuna salamin buat Daddy sama mommy, yaudh ini Arjun bawa ya mom” ucap Arjuna sembari menenteng kantong plastik yang Arsa berikan pada Arjuna.

Brandon dan Arjuna melewati kedua manusia yang masih berdiri di ambang ruang Keluarga. Nikita melirik sinis ke arah Brandon dan Arjun. Arjuna seakan tau dan Arjuna menirukan orang yang tengah meludah.

“ Dad-mom, Ray mau anter pulang Nikita dulu” pamit Ray.

“ Iya hati hati ya Ray” ucap Arsa.

Ray masih diam di tempat sembari Nikita terus memeluk lengannya.

“ Kenapa masih di sini?” Ucap Natan dingin.

“ Dad-“ sebelum Ray menyelesaikan kalimatnya Natan sudah pergi, ia tak mau lama lama berada di sana. Apalagi ada anak menjijikan itu.

“ Ya sudah kamu cepet anter pulang, mommy juga mau masak” Arsa tak pernah menunjukkan kalau dirinya marah pada Ray tapi sebenarnya ia memang kecewa tapi itu hanya sebatas peringatan untuk Ray dan anak anaknya yang lain.

“ Udah Sono pulang Lo lonte!!” Usir Bumi.

“ Dih sewot Lo, bentar lagi juga gue bakal tinggal di sini”

“ CK, jijik gue liat muka Lo!” Kini Renald ikut ambil bagian.

“ Udah Ray, anterin pulang dulu!” Suruh Roy.

Ray mengangguk dan menyeret Nikita keluar. Semua orang yang ada di ruang keluarga hanya bisa menggelengkan kepalanya. Macam mana ada manusia seperti Nikita.

“ Gue balik duluan ya” pamit Jansen tiba tiba.

“ Yee abis berak ya Lo, la bener di kamar mandi”  ucap Bumi

“ Kagak anjirr gue tuh tadi abis dari dapur sekalian minum” elak Jansen

“ Kirain berak”

“ Dek lu ikut Kakak pulang ngga?” Tanya Jansen.

“ Boleh deh kak, kan tadi sama kakak”

“ Yaudah ayok, tadi gue juga udah pamit”

“ Hemm, Tia ati!” Ucap Roy.

Renaldi dan Jansen berjalan keluar. Dan bumi masih setia duduk di sana sembari memakan camilan yang ada di dalam toples kaca.

“ Lu kagak balik?” Tanya Rey

“ Ngusir lu?”

“ Ye enak aja, gue nanya ya anjing

“ Gue nginep sini deh”

“ Tidur di kamar Arjun Lo ogah gue sekamar sama Lo jadi guling gue kalau tidur ma Lo” total Rey seketika.

“ Tidur sama Roy kalau gitu”

“ Terserah dah kalau gue, kagak mau debat dan pusing. Lu pada kek bocah semua” Roy beranjak dari duduknya meninggalkan dua makhluk itu.

“ Bay, gue mau ajak Acen nginep di sini ah...” Ucap Rey.

“ Ya kalau mau dia sama Lo” bumi melemparkan bantal yang ada di sofa ke arah Rey.

“ Wlee kagak kena, kalau jomblo ya jomblo aja. Sirik lu”

“ Bangsat”

Sebelum Rey benar benar terkena amukan sang Bumi ia sudah lari dengan gesit nya keluar. Bumi ikut beranjak dari tempatnya dan memilih untuk masuk ke dalam kamar Roy. Bermain PS di kamar Roy sungguh menyenangkan bagi bumi karena Roy itu adalah saudara satu satunya yang mengerti dirinya di banding saudara saudara laknat nya yang lain.

-TBC-



FALL IN LOVE 2 [21+] [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang