Chapter 16

1.9K 197 4
                                    

_

_

_





Rumah Alan yang tadinya sepi kini berubah ramai seperti pasar karena tingkah Arjuna dan brandon yang selalu beradu argumen sedangkan Alan dan Nina hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

Arjuna sangat kesal karena pasalnya dia yang capek memanggang steak, Brandon malah enak enakan terus memakan. Arjuna sudah beberapa kali memukul Brandon dengan capit yang ia gunakan untuk membalikkan daging steak itu. Arjuna menaruh capit yang ia gunakan ke meja dengan kasar, kini dirinya sudah capek dan benar benar marah pada Brandon.

Arjuna duduk di kursi anyam yang ada di halaman belakang milik Alan. Ia memejamkan matanya, semua amarahnya karena ulah Brandon. Kalau saja Arjuna seorang kanibal pasti ia sudah memakan Brandon hingga manusia itu tak ada lagi di bumi ini.

Arjuna mengusap peluh yang ada di kening nya, sesekali menarik narik kerah bajunya agar sedikit angin masuk. Arjuna menatap ketiga orang yang ada di sana sedang sibuk dengan kegiatan masing masing. Alan dengan bumbu Nina dengan nasi dan si Brandon yang menggantikan dirinya memanggang daging steak.

Dari jauh Brandon sudah nampak berkeringat, panas di sekujur tubuhnya karena sengatan bara api yang ada di depannya. Ia mengusap keringat yang ada di jidatnya dengan lengan bajunya, sungguh jorok bagi Arjuna.

" Ngapain Lo ke sini?!" Ketus Arjuna saat Brandon berjalan ke arahnya. Arjuna masih setia mengipasi dirinya dengan tangannya.

" Boleh duduk samping Lo nggak?" Tanya Brandon.

Kalaupun ngelarang Arjuna sudah tahu pasti Brandon akan tetap memaksa duduk. Jadi Arjuna lebih baik mengiyakan.

Tak ada percakapan di antara mereka berdua. Brandon pun hanya melihat ke arah depan, sesekali melirik ke arah Arjuna yang tak henti hentinya mengipasi dirinya karena gerah.

" Jun, Lo nggak bakal bohong kan soal tantangan Lo, kalau gue dapet nilai lebih gede dari Lo bakal Nerima gue?"

Arjuna paham dengan pertanyaan Brandon. Ia mengubah posisinya kini duduk menghadap ke arah Brandon.

" Iya gue serius"

Mata Brandon berbinar, tersenyum sumringah. Tapi Brandon masih ragu dengan dirinya, apakah dirinya mampu?.

" Kalau gue gagal gimana Jun?" Tanya Brandon seketika dan ekspresi wajah sumringah itu kini berganti dengan khawatir.

" Kalau Lo gagal, Lo mesti jauhin gue!"

Deg.

" Sebenernya gue ragu Jun, gue itu sadar diri di hal akademik gue emang bego. Tapi bakal gue usahain semampu gue tapi keknya itu mustahil karena Lo tau gue selalu ada di urutan nomor 5 dari belakang" Brandon menghela nafasnya bingung.

" Gue tau, gue nggak minta nilai Lo semua bagus. Gue cuman mau nilai mapel yang Lo suka itu nilainya lebih bagus dari gue, gimana?"

Brandon berfikir sejenak. Ia mencari kira kira apa mapel yang ia lebih kuasai.

" Lo tau kan nilai gue semuanya KKM cuman satu doang nilai gue yang bagus, pjok satu satunya mapel yang nilainya lapan puluh"

" Mau Nerima tantangan gue nggak?, Belom di coba dah pesimis. Kalau Lo emang nggak sanggup gue kagak maksa. Lo boleh nge jauh setelah semester nanti dah beres"

Brandon masih diam tak menjawab.

" Oke, gue terima. Kalaupun nanti gue gagal gue bakal nempatin janji gue buat ngejauh dari lo, meskipun itu sulit buat gue Jun" Brandon melipat lengan kemejanya kemudian ia bangkit dan meninggalkan Arjun kembali.

Arjuna melihat wajah pria itu nampak serius, Bahkan ada kecemasan di raut wajahnya. Arjuna tersenyum.

" Gue yakin Lo pasti bisa!" Monolog Arjuna sembari menepuk kedua pahanya dan ikut bergabung dengan yang lain.

~

~

~

Ray masih sibuk dengan pikirannya sendiri, ray sungguh ingin melempar wanita yang ada di sampingnya ke samudera Atlantik. Ia sungguh muak jika harus terus bersama Nikita, wanita itu cerewet, banyak tingkah, manja.

" Sayang kalau anak kita nanti lahir maunya cewek atau cowok?" Tanya Nikita sembari bergelayut manja di lengan Ray.

"......" Ray sungguh malas jika harus meladeni manusia seperti Nikita.

" Ih....kok nggak di jawab sih, atau kamu mau cowok. Kan kalau cowok pasti mirip sama kamu"

"......."

Ray sungguh jengah. Matanya berbinar ketika melihat orang yang ia cintai masuk ke dalam kantin. Ia mendorong Nikita.

Ray berjalan ke bangku Alan. Arjuna sudah yakin kalau kakaknya itu akan ke sana. Dengan sangat muak melihat kakaknya, Arjuna mengajak Alan dan yang lain untuk pergi.

" Lan!" Panggil Ray.

Yang di panggil tak menjawab.

" Boleh duduk?" Tanya Ray masih menatap Alan.

" Bisa nggak kak Ray jauh jauh dari kita, udah deh Jan maksa Mulu. Urusin tuh jalang!!" Ucap Arjuna.

" Gue nggak ada urusan sama Lo bocah!"

" Ck, dari pada Lo. Udah hamilin orang nggak bertanggung jawab lagi"

Brak

"Maksud Lo apa?!!" Setelah Ray menggebrak meja. Ray menarik kerah Arjuna.

" Ck, lepasin!!"

" Jun udah Jun, gue nggak mau Lo berantem. Ray please lepasin Arjuna!!" Pinta Alan.

" Udah ya kak, kak Alan jangan ikutan. Nin bawa kak Alan!" Ucap Arjuna.

" Lo tuh emang manusia yang nggak punya hati kak. Miris gue punya kakak kek Lo!"

Ray semakin mengeratkan cengkraman di kerah baju Arjuna bahkan tangan kanan Ray sudah siap untuk menghantam wajah Arjuna.

" Ray udah, di liatin semua orang!!" Kini Brandon ikut campur.

" Lo nggak usah ikut campur!!, Atau lo-"

" -atau apa?, Lo mau nonjok gue?" Kini Brandon emosi dengan tingkah Ray sudah kelewatan batas.

" Diem Lo anjing!!"

" Lo yang harus diem kak-"

Bug

Satu pukulan mendarat di pipi Arjuna. Bibirnya seketika mengeluarkan darah. Semua orang yang ada di sana tercengang. Pasalnya Arjuna dan juga Ray adalah kakak beradik.

" Pukul gue lagi kak!" Arjuna membentak Arjuna.

Arjuna tak membalas karena ia masih mau menghormati Ray sebagai kakaknya.

Alan berlari dari arah jauh. Ia menahan tangan Ray supaya tak jadi memukul Arjuna. Wanita yang ada di bangku sana tengah tersenyum licik.

" Kak Alan minggir kak, kakak nggak usah khawatir. Nih orang emang nggak pernah sadar diri kak, dia udah nyakitin hati kak Alan, udah bikin cita cita kak Alan hancur kan!!" Geram Arjuna sembari menunjuk ke arah wajah Ray.

Ray mendorong Alan karena ia sudah di selimuti amarahnya.

"Aw..." Alan mengaduk kesakitan.

" KAK ALAN!"

"ALAN"

" Anjing Lo!!" Arjuna tak lagi diam ia melayangkan pukulan di wajah Ray.

" Bangsat!!"

Ray memukuli Arjuna dengan sangat ganas. Bahkan brandon dari tadi sudah melerai Ray dan juga Arjun. Wajah Arjuna kini sudah babak belur. Darah keluar dari hidungnya bahkan sudut bibirnya sudah sobek karena pukulan Ray.

" Arjun !" Brandon berteriak ke arah Ray ketika Arjuna tak lagi melawan Ray.

" HENTIKAN RAY!!" itu suara saudara tertuanya.

Roy dan yang lain berlari ke arah Arjuna dan Ray.

Roy menarik kerah Ray. " Kamu sudah gila?, Dia adil kamu!!"

" Roy, udah Roy, jangan nambahin masalah. Kita tolong Arjun sama Alan dulu. Mereka butuh bantuan Roy!!" Itu Jansen.

Roy mendorong Ray dengan kasar.

Brandon menggendong tubuh Arjuna yang sudah tak sadarkan diri. Alan pun ikut di gendong oleh Roy.

" Urusin jalang Lo yang ada di sana. Dia udah senyum-senyum gue pikir dia menang keknya!!" Itu Brandon dengan emosi nya.

Setelah ia berkata seperti itu. Ia meninggal kantin begitu juga dengan semua siswa karena bel penanda masuk dan juga guru guru menyuruh mereka semua masuk ke dalam kelas.

Alan sesekali mengaduh kesakitan di area perutnya. Roy nampak bingung kenapa Alan sangat menahan sakit di perutnya.

" Kan Lo nggak papa?" Tanya Roy.

Alan menggeleng tapi Roy tau kalau pria yang ada di gendongan nya ini tengah kesakitan.

Setelah sampai di rumah sakit Alan di bawa ke ruang pemeriksaan. Sedangkan Arjuna harus berada di ruangan ICU karena lukanya sangat parah dan di daerah kepalanya juga berdarah tadi.

Dokter menggeleng ketika Alan di periksa.

" Kenapa kamu bisa jatuh Alan, untuk saja bayi yang ada di perut kamu tidak apa apa" ucap dokter Faiz.

Deg

"Ba-bayi dok?" Tanya Roy seketika.

Dokter Faiz menepuk jidatnya lupa kalau ada Roy di dalam ruangan itu.

" Dokter bercanda kan?" Tanya Alan ber akting.

" Ah...iya. sepertinya saya sangat kecapean sehingga saya berhalu. Sorry dokter kan dokter kandungan jadi ke ingat pasien dokter aja"

" Hiss dokter ini"

" Soalnya dokter yang biasanya nanganin kan lagi nggak ada jadi dokter yang gantiin. Tapi tenang aja dokter bisa kok" mereka berdua masih ber akting.

Namun Roy itu bukan tipe orang yang mudah untuk di bodohi. Ia mendekat ke arah mereka berdua.

" Dokter Faiz tidak usah bohong. Saya tadi liat dokter Renata tapi kenapa dokter malah nyaranin ke ruangan dokter Faiz?"

"......"

" Roy tau kalau dokter Faiz itu bukan hanya dokter kandungan karena dokter itu dokter keluarga Roy. Tolong bicara jujur sama saya apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap Roy.

" Kan sudah saya bilang tadi"

" Dokter jangan bohong atau Roy bilang ke Daddy buat pecat dokter!!"

" Roy udah Roy kasihan dokter Faiz nya"

" Oke saya akan bicara, dan kamu akan sorry dokter harus memberi tahu Roy"

Alan sudah menggeleng seakan dirinya memohon untuk tak memberi tahu Roy.

Dokter Faiz menghela nafas." Iya Alan tengah hamil, sama seperti mommy kamu dulu. Dan ini kasus ke dua di rumah sakit ini"

Deg

Roy melihat ke arah Alan seakan bertanya apakah benar.

" Alan apa yang dokter Faiz bilang bener?"

"......"

" Alan jawab gue!!" Ucap Roy sembari menggoyangkan tubuh Alan yang masih berbaring di atas ranjang.

Alan tak menjawab dirinya malah membuang muka. Ia meneteskan air matanya.

" Alan jawab!!"

" Mas udah kasihan mas Alan nya"

Alan mengangguk lemah.

" Anak siapa yang Lo kandung Alan?, Apa dia anak?"

" Iya Alan hamil anak Ray" itu bukan suara Alan melainkan suara Brandon.

Semua pandangan mata mengarah ke sosok pria yang tengah berdiri di ambang pintu.

" Brandon ke-"

"- udah lan biarin aja keluarga dia tau. Gue kasihan sama Lo, Lan. Lo harus kerja di saat Lo hamil, Lo mesti berjuang sendiri ya walaupun Arjuna selalu ada buat Lo"

"......."

" Jadi itu alesan Arjuna membenci Ray?" Tanya Roy.

" Iya, tapi Arjun benci setelah ia tau kalau Ray nge hamilin Nikita"

" Kenapa Lo nggak bisa ke gue brand?"

" Gue cuman mau jaga rahasia Alan, karena Alan nggak mau nge bebanin siapapun. Termasuk Arjuna, tapi Arjuna yang selalu bilang kalau dirinya itu harus tanggung jawab karena ulah kakaknya"

" Brandon udah stop, gue masih bisa jaga diri gue. Gue mampu hidup sendiri karena gue udah terbiasa" tangisan Alan pecah.

Alan bangkit dari ranjang. Ia berjalan keluar. Ia ingin sendirian untuk kali ini. Semua orang yang ada di dalam hanya bisa diam, dokter Faiz pun hanya bisa menepuk pundak Roy.

~

~

~

Plak

Plak

Tamparan demi tamparan Ray terima dari Daddy nya. Sudut bibirnya sudah berdarah. Arsa yang biasanya ikut campur kini hanya bisa diam melihat kemarahan Natan dan juga tingkah Ray, Arsa hanya bisa memasrahkan semua itu pada Natan. Seperti sedikit tamparan Arsa akan merelakan itu.

" Kamu anak tidak tahu di untung, Daddy nggak habis pikir sama kamu. Kenapa kamu mukulin adik kamu Bodoh!!" Natan mengangkat kerah Ray.

Ray seperti biasa tak menjawab.

" JAWAB!" Natan membentak Ray lebih keras kali ini.

" Udah, jangan ribut terus. Kira nyusul Arjun ke rumah sakit sekrang!!" Ucap Arsa tanpa melihat ke arah putranya.

Natan mengangguk kemudian ia mengambil jas yang ia taruh di sofa dan bergegas menuju rumah sakit. Arsa begitu kecewa dengan apa yang Ray lakukan. Bahkan satu kata pun tidak ada untuk Ray.

Arsa dan Natan berlari ke ruang icu. Di sana sudah ada Brandon, Rey dan juga ketiga ponakannya.

" Gimana keadaan adik kamu?" Tanya Arsa pada Rey.

" Mommy tenang dulu ya, sabar dokter masih nanganin Arjuna"

" Kenapa bisa sampai mereka berkelahi?" Tanya Natan.

" Arjuna cuman bilang ke Ray kalau Ray nggak boleh deket-deket sama Alan doang om dad"

" So?"

" Terus Arjuna bilang kalau Ray itu manusia nggak punya hati karena udah ninggalin Alan. Dan Arjuna marah ketika Ray mendorong Alan dan Alan terjatuh"

" Cuman itu?"

Brandon mengangguk. Rey yang tak tahu apa paa cuman diam sama seperti bumi, Renald dan Jansen.

" Kenapa bisa Arjuna kelihatan marah kalau dia liat Ray?, Emangnya ada masalah?" Tanya Arsa.

" Rey nggak tau mom"

" Mommy diam bukan berarti mommy nggak tau kalian ada masalah atau tidak. Kalian itu anak mommy kalau kalian ada masalah cerita ke mommy"

" Baik mom"

" Sekarang dimana Roy?" Tanya Natan lagi.

" Tadi Renald lihat kak Roy ada di taman sama Alan"

Natan mengangguk mengerti.

" Itu mereka!" Tunjuk Rey saat melihat Roy dan juga Alan mendekat.

" Dari mana Roy?" Tanya Arsa sembari mendekat ke Roy.

" Dari nyusul Alan mom"

" Kamu apa kabar sayang, gimana ke adaan kamu katanya kamu di dorong sama Ray, ada yang lecet?" Tanya Arsa sembari melihat ke tubuh Alan.

Arsa memeluk Alan. " Mommy kangen sama kamu Alan, kenapa kamu udah nggak mau maen ke rumah ya?" Tanya Arsa.

Alan masih kikuk. Mau tak mau Alan membalas pelukan Arsa. " Bukan itu mom, Alan kan harus kerja setelah pulang sekolah. Maafin Alan"

" Kenapa kamu nggak ikut sama mommy aja?" Tawar Arsa.

" Terima kasih mom, Alan udah terbiasa kerja kok, hehehe"

Roy melihat ke arah Alan.

" Mom-Dad ada yang mau Roy omongin sama kalian" dari ucapan Roy sudah sangat ketahuan kalau dia serius.

Arsa melepaskan pelukannya. " Mau ngomong apa?"

Roy melihat ke Alan, wajah Alan sudah panik. Ia menggeleng memberi kode agar Roy tak mengatakan nya.

Roy menghela nafas panjang.

" Alan Hamil anak Roy "

Deg

Semua tatapan orang yang ada di sana berubah melotot ke arah Ray. Bahkan Brandon melotot tak percaya dengan apa yang Roy katakan.


-TBC-
____________________________________________

FALL IN LOVE 2 [21+] [ HIATUS ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن