Chapter 17

2.3K 209 13
                                    

Rara baru sadar, ternyata ini FF udah satu tahun lebih ya :)

Semoga kalian gak pernah bosen, soalnya Rara gak bisa mikirin konflik panjang makanya ya gitu deh  ^o^

Happy reading

•|•

"Bagaimana keadaan senior Wei?" tanya Jingyi kala melihat Shizui sudah kembali ke kamar mereka. Anak angkat Lan Wangji itu mendudukkan dirinya di atas dipan setelah membuka jubah luarnya.

"Sudah membaik, tapi Tabib Jin bilang lebih baik tinggal disini 2-3 hari lagi agar kondisinya benar-benar stabil, baru setelah itu kita bisa kembali ke Gusu."

Jingyi mengangguk kecil, menuangkan segelas teh hangat lalu menyodorkannya pada Shizui. "Setelah ini kau harus pergi mandi, oke?"

Shizui menerima dengan senang hati, meneguk habis semua isinya lalu mencuri satu kecupan kecil di bibir yang lebih cantik sebelum pergi ke kamar mandi. Bola matanya melebar, dengan wajah memerah dia berteriak, "Bodoh! Apa yang kau lakukan?!"

"Kita sudah menikah, bukankah itu hal yang wajar?"

Sudut bibir Jingyi berkedut kala mendengar penuturan Shizui yang sekarang hanya menyembulkan kepalanya keluar. "Tetap saja!"

"Kenapa? Kau ingin sesuatu yang lebih?" goda Shizui sambil mengangkat sebelah alisnya. Membuat wajah Jingyi semakin memerah, seolah akan meledak.

"BUKAN BEGITU! ARGH! PERGI MANDI SANA!"

Shizui tertawa terbahak-bahak karenanya, menutup pintu kamar mandi, meninggalkan Jingyi yang masih memerah sendirian.

"Kenapa aku dulu bisa menikah dengan dia?"

•|•

"Kita istirahat terlebih dahulu."

LiXia menyeka keringat di dahinya, mendekat kearah Jingyi yang berdiri tak jauh darinya. "Yi-Gege, bagaimana latihan pedangku?" LiXia bertanya dengan mata berbinar-binar, dia mengharapkan pujian dari Kakak Iparnya karena sudah berlatih pedang dengan giat.

"Kamu sudah lebih baik, hanya perlu mempelajari beberapa hal lagi," jawab Jingyi sambil mengelus kepala LiXia lembut. Gadis itu mengangguk semangat, beristirahat sebentar, dia mengambil pedangnya lalu pergi berlatih kembali sementara Jingyi hanya perlu mengawasi.

Sebuah tangan menarik pinggangnya, sontak si empunya melempar dengan kasar tangan itu. "Begitu galak kepada Suamimu sendiri?" Suara yang lembut mengalun indah di telinganya hingga tanpa menoleh pun dia sudah tau siapa orang itu, maka Jingyi terus menatap ke depan guna memperhatikan LiXia yang tengah mempelajari teknik berpedang yang dia berikan.

"Sekarang bahkan sudah berani mengabaikan suami mu sendiri?"

Jingyi mendengus, menatap Shizui dengan tatapan setajam pedang. "Jika ada yang mau menjadi Suami atau Istri mu di masa depan, aku akan memberikan nya secara suka rela."

Si objek perkataan Jingyi tertawa kecil. "Lalu bagaimana denganmu?" tanyanya dengan wajah jenaka.

"Aku akan melajang seumur hidup."

Seringai bak serigala muncul di wajah tampan Shizui, mendekatkan bibirnya ke telinga pemuda di sebelahnya lalu berbisik, "Oh? Bukankah aku sudah mengambil keperjakaan–"

My Life is Only You ( WangXian ) Where stories live. Discover now