BAB 14 : GADIS MUNGIL KU

980 71 0
                                    

Didalam kamar, aku tengah duduk terdiam menundukkan kepala di pinggir ranjang. Aku tidak mungkin melihat Arhan yang sedang berganti baju kan. Sambil menunggu, aku memainkan jari-jari ku cantik ku. Aku sempat teringat oleh alat yang akan kubeli hari ini juga. Ta-TAPI .. aku belum membelinya.

"(Ck! Sial ... semua gara-gara si bocah BRENGSEK INIII!!!!! GUE LUPA BELI ALAT BUAT PRAKTEK NYAAAAAA!!!!!! MANA BESOK DI BUAT PRAKTEK KEDEPAN LAGIII .. ARGHHH!! KALO GUE GA DIKANCINGIN DARI DALEM ... NGGA MUNGKIN INI TERJADI!!!)"

"(Ah .. sial! sial! kenapa gue baru inget yak? KENAPA GA DARITADI GEBLEK!! Ini kan sudah terlalu malem! Seharusnya gue ngechat Rendy kalo ngga Rafli tadi)" seruku menyalahkan diri sendiri.

"Oh ya, kamu belum beli sesuatu di Toko kan?" tanya Arhan membuat ku kejut hingga kaku seluruh tubuh.

"Eee ... itu, aku bisa membelinya besok. Ini sudah mulai larut. Pasti tokonya udah pada tutup." ucap ku setengah-setengah.

"Tidak, toko depan masih buka. Tadi saya lihat, mau beli apa? biar saya yang turun dan beli." ujar Arhan.

"Ti-tidak, tidak perlu. Aku bisa membelinya besok pagi, lebih baik kamu istirahat Han. Kan habis perjalanan jauh .." pungkas ku.

"(Duhh ... yakali gue ngomong mau beli Kon*om, ntar yang ada dikira aneh-aneh ma Arhan)" batin ku sinis.

"Tidak peduli, saya tidak lelah. Mau beli apa? katakan sekarang." tanya Arhan lagi, dia benar-benar memaksa.

Aku mulai menggeram kesal. "Ihhh! Kalo besok yaa besok!" pekik ku sedikit tegas.

Arhan terkekeh kecil mendengar nya. "Lucu, kamu sangat lucu. Saya memberi mu pertolongan, tetapi kamu malah nolak gini."

"I-iya lah! Terserah ku juga!" pekik ku lagi.

Arhan diam berdiri menyenden di area dinding dekat pintu keluar. Dia tengah sedang menatap ku yang duduk diam di pinggir ranjang. Aku juga sedang menatap nya dengan tatapan sinis dan mulut mecucu. Kemudian, tatapan kami berdua selesai saat Arhan berjalan mendekat kearah ku.

Dia menempelkan kedua telapak tangan nya pada ranjang di satu sisi samping pahaku dan satu sisi lainnya. Otomatis, jarak wajah ku dengan jarak wajah Arhan sangat dekat. Mata kami saling bertatapan lagi, kali ini .. aku benar-benar menyerah. Dia mengaktifkan mode serius nya.

"Jawab Zora, jangan beli saat pagi. Pagi jalanan sangat sepi, sekarang sedang musim penculikan gadis remaja. Kamu tau kan?"

"Aku sudah dewas-"

"Shht! No, no, no .. kamu tidak dewasa di mata saya. Kamu adalah seorang gadis mungil yang saya rawat seperti layak nya anak kecil yang di asuh oleh kedua orang tuanya. Mengerti?"

"Ck." ketus ku sekilas melirikkan mata.

"Kenapa kamu seperti itu? Kamu selalu susah untuk berbicara saat di hadapan saya. Zora .. saya tanya, apa saya pernah berbuat kasar sama kamu, hm?"

"Nggak." jawab ku sedikit mecucu.

"Jangan mecucu begitu, nanti saya cipok mau?."

"Apa si, becanda nya ga lucu Han!" ketus ku tak suka.

"Saya tidak bercanda dengan mu. Saya serius." jawab Arhan menatap serius.

Aku langsung melipat atas dan bawah bibir ku. Arhan terkekeh melihat tingkah ku. "Sudah saya bilang, kamu itu sangat lucu." kata Arhan di lanjut dengan ketawa nya.

Bibir ku kembali normal saat aku melihat Arhan tertawa puas. Dia tampak sangat berbeda ketika tertawa. "Ah .. sudah-sudah, cepat jawab pertanyaan saya tadi .."

Nyaman ga sama saya? - PRE ORDERWhere stories live. Discover now