Hyejin

17 16 6
                                    

"Anin? Kita selesai sampai disini aja ya?"

Ucapan yang Yuta katakan barusan membuat hatinya sangat sakit. Rasanya seperti ada pisau yang sengaja ditancapkan tepat dihatinya. Anin rasa hatinya berdarah sekarang, tapi saat ia menyentuh dadanya, ternyata tidak basah berarti tidak ada darah disana, tapi kenapa rasanya sangat sakit sekarang? Sungguh, Anin tidak ingin berpisah dengan Yuta sekarang. Setelah semua yang mereka lakukan? Yuta meninggalkannya begitu saja?

"Tapi... Kenapa?"

Anin ingin sekali menangis, tapi sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak jatuh dan membasahi pipinya. Yuta sungguj membuatnya seperti orang gila sekarang. Tubuh Anin telah membeku sekarang, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menatap laki-laki itu dan mengucapkan beberapa kata. Ternyata setelah sekian lama Anin tidak dipermainkan dan sekarang semua itu terjadi lagi.

"Orang tuaku menuntutku untuk bersama Hyejin, mereka takut jika suatu hari nanti Hyejin akan membocorkan tentang keluarga Nakamoto" Ucap Yuta.

"Tapi kenapa harus aku, Yuta?!! Kenapa harus aku yang selalu merasakan sakit?!!" Ucap Anin yang masih berusaha menahan air matanya. "Kenapa harus aku yang menerima sakit yang sangat sakit?!!" Lanjutnya sambil menunjuk ke dadanya.

"Aku juga terpaksa melakukan ini, Anin!!" Ucap Yuta lalu memegang tangan Anin dan menggenggamnya. "Aku juga masih cinta sama kamu, kalau aku bisa memilih juga aku tidak akan mau melakukan ini, Anin" Lanjutnya.

Anin hanya menundukkan kepalanya saja sambil melihat tangannya yang masih bertaut dengan tangan Yuta. Setega inikah Yuta kepada dirinya? Jelas, semua yang bertemu pasti akan berpisah, begitu juga dengan Yuta dan Anin. Apakah ini jalan yang terbaik? Apakah mereka akan berpisah sekarang? Jujur, Anin belum bisa melepaskan Yuta sekarang. Seseorang yang telah membuat hari-harinya berwarna dan selalu membuatnya tertawa, tapi sekarang mungkin itu tidak akan terjadi lagi. Apa Anin akan menjalani hari sendirian sekarang?

Anin melepaskan tangannya dari genggaman Yuta. Semua sudah selesai. Tidak ada lagi yang perlu dipertahankan sekarang. Anin lebih baik pergi daripada masih berada didepan laki-laki. Anin bahkan sama sekali tidak membenci Yuta, ia hanya kecewa dengan keputusan yang Yuta berikan. Anin pergi dari tempat menyeramkan itu dan berlari sambil memegang dadanya yang sangat sakit. Anin tidak fokus pada larinya hingga ia tersandung dan...

"HAHH!!"

Anin bangun dari tidurnya yang ternyata didahinya sudah banyak keringat. Padahal cuaca diluar sedang dingin, tapi Anin bangun dengan dahi yang dipenuhi keringat. Ia mengelap keringat yang ada didahinya lalu duduk.

"Ternyata cuma mimpi" Ucap Anin sambil beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan kearah tirai jendela.

Anin membuka tirai jendela yang ada dibalkon kamarnya itu. Cahaya mulai masuk kedalam kamar Anin membuat Anin sedikit menyipitkan matanya. Setelah itu Anin pergi kekamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

Semalam saat Yuta mengantarkannya pulang, ia langsung tertidur. Sebenarnya saat perjalanan pulang, Anin sama sekali belum tertidur, ia hanya memejamkan matanya saja, bahkan saat Yuta mengatakan sesuatu tadi malam, Anin mendengarnya. Apalagi saat Yuta nencium bibirnya, sungguh Anin sangat terkejut dengan perlakuan Yuta, tapi ia sebisa mungkin untuk tidak melakukan pergerakan sama sekali malam itu. Anin hanya ingin mengetes Yuta, apa yang akan dilakukannya ketika Anin tertidur. Tapi Anin tetap bersyukur saat Yuta tidak melakukan yang diluar batas. Jadi Anin yakin bahwa Yuta benar-benar mencintainya.

Yang membuat Anin sulit menahan tawanya tadi malam adalah ketika Yuta berusaha menjelaskan kepada Yoa bahwa dirinya tidak melakukan apa-apa kepada Anin dan saat itulah saat yang paling susah untuk menahan tawa, tapi ia tetap berusaha menahannya sampai Yuta benar-benar membawanya masuk kedalam kamar Anin, tapi Anin rasa bahwa Yoa masih memantaunya hingga ia pulang.

Go in July | Nakamoto YutaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant