2/. ANAK YATIM PIATU

21.7K 2.2K 51
                                    

Happy Reading

Naura mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menyapa pengelihatannya, setelah sadar sepenuhnya Naura menyadari bahwa kini dirinya sedang berada di UKS. Naura menyentuh kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Naura telah sadar setelah jatuh pingsan beberapa saat yang lalu saat masih menjalankan hukuman dari Pak Yudi.

Hal yang pertama kali terlintas di pikiran Naura adalah sosok Angkasa. Ke mana laki-laki tampan itu.

Naura menatap setiap sisi UKS, namun tidak ada siapa-siapa, hanya Naura sendiri di sini. Naura dapat mencium aroma minyak angin di tubuhnya karena memang setelah dibawa ke UKS Naura langsung ditangani oleh anggota PMR.

Alika yang merupakan sahabat Naura datang, remaja perempuan itu berlari dari luar UKS untuk menemui Naura. Alika tidak sendirian, siswi dengan kulit sawo matang itu datang bersama Jeandra. "Ra, lo nggak kenapa-kenapa 'kan?" Tanya Alika khawatir, ia menangkup wajah Naura dan mengamati wajah sahabatnya itu dengan seksama.

Naura hanya tertawa kecil lalu tersenyum. "Gue nggak kenapa-kenapa kok," ujar Naura sambil tersenyum.

"Gak kenapa-kenapa gimana? Lo pucet gini. Gue sama Jean panik waktu denger lo dihukum terus pingsan, tapi kita nggak dikasih izin buat keluar kelas pas jam KBM, makanya kita baru bisa liat lo sekarang," ujar Alika.

"Memangnya seberapa lama gue pingsan?" Naura membatin.

Ini bahkan sudah jam istirahat, sebenarnya Naura pingsan atau tertidur? Membuat orang lain khawatir saja.

"Kenapa lo milih dihukum padahal lo bisa masuk tanpa harus dihukum dulu?" Tanya Jeandra.

"Jadi tadi aku terlambat nggak sendirian, terus Pak Yudi ngasih hukuman ke anak yang terlambat bareng gue itu, ya gue nggak enaklah kalau dia harus dihukum sendirian padahal gue juga datang terlambat."

"Emang siapa yang terlambat bareng lo tadi?" Tanya Alika.

"Angkasa," jawab Naura.

"Angkasa? Angkasa anak yatim piatu itu?" Tanya Jeandra.

Entah mengapa Naura terlihat tidak suka mendengar perkataan Jeandra yang terkesan merendahkan Angkasa 'yang katanya anak yatim piatu', kalimat itu menunjukkan bahwa Angkasa tak lagi memiliki kedua orang tua, bukan?

Naura hanya menggeleng. "Gue nggak tau."

Jeandra menghela nafas. "Dia Angkasa anak IPA 4, masuk ke sekolah kita lewat jalur beasiswa dia juga jadi juara satu umum dua tahun berturut-turut cuman itu sih yang gue tau," celetuk Jeandra seraya membuka tirai jendela dan memandang ke arah luar sehingga terlihat banner poster wajah Angkasa sebagai model sekolah yang bertujuan memperkenalkan siswa kebanggaan sekolah, sehingga menarik masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka di SMA Angkasa.

Begini lah SMA Angkasa-baik IPA maupun IPS, dari IPA 1 sampai IPA 3 berisi anak-anak orang kaya, seperti anak pejabat dan pengusaha. Begitu pula dengan anak IPS 1 sampai IPS 3 yang berisi anak-anak orang kaya, sedangkan untuk IPA 4 dan IPA 4 sering dijuluki murid buangan oleh murid-murid yang lain karena masuk lewat jalur beasiswa dan kelas mereka merupakan kelas paling akhir. Karena itulah SMA Angkasa mendapat julukan SMA elit karena berisi anak-anak orang kaya.

Tak jarang anak-anak kaya bermain dengan anak yang kaya pula, sedangkan anak-anak yang masuk sekolah jalur beasiswa dan anak yang kurang mampu cenderung bermain dengan yang selevel dengan mereka.

Naura seketika sadar bahwa selama ini dirinya hanya bermain dan berteman hanya dengan anak-anak yang selevel dengannya. Dan bodohnya Naura baru menyadari itu sekarang.

Angkasa dan KisahnyaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz