6/. PART TIME

13.8K 1.9K 42
                                    

Siders bisulan ya kakak online
- Jidan

Angkasa dan Jidan sudah sampai di rumah, Jidan turun dari motor dan membuka helm yang ia pakai lalu memberikan helm tersebut pada Angkasa. Jidan berlari begitu saja masuk ke dalam rumahnya, tak sempat membuka sepatunya terlebih dahulu. Jidan membuka gembok pintu rumah dengan kunci yang ia ambil secara diam-diam dari tas Angkasa tadi saat masih di atas motor.

Anak itu masuk ke dalam kamarnya lalu mengambil celengannya, Jidan merogoh saku celananya mengambil 2 buah uang koin bertuliskan 1000 rupiah karena ada 2 buah uang koin maka uangnya berjumlah 2 ribu rupiah sisa membeli es krim tadi.

Setiap harinya Jidan diberi Angkasa uang 2 ribu sebagai uang jajannya saat sekolah, namun entah mengapa anak itu tak pernah membelikan uang yang Angkasa berikan dan malah memilih untuk ditabung, jadi saat di sekolah Jidan tidak pernah membeli makanan di kantin sekolah, Jidan lebih memilih memakan bekal yang dibawakan oleh Angkasa saat jam istirahat.

"Assalamualaikum," ujar Angkasa lalu masuk ke dalam rumah. "Kalau orang ngucap salam itu dijawab! Jawab salam itu hukumnya wajib," timpal Angkasa karena salamnya tidak dijawab oleh Jidan- sambil berjalan memasuki rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Jidan dari dalam kamar sedikit berteriak.

Angkasa berjalan ke arah kamar, remaja laki-laki itu geleng-geleng kepala melihat adik laki-lakinya yang masih memakai sepatu namun sudah masuk ke dalam kamar. "Jidan, buka dulu sepatunya!" Titah Angkasa.

Jidan menoleh setelah memasukkan uangnya ke dalam tabungan, lalu anak kecil itu tersenyum sehingga terlihat gigi-giginya. "Siap laksanakan, jendral!" Ujarnya sambil memberikan hormat pada Angkasa.

Angkasa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya itu. Jidan pun keluar dari kamar lalu membuka sepatunya dan menyimpannya di tempat biasa ia menyimpan sepatunya.

•••

Sekarang sudah hampir pukul 19:00, sudah waktunya Angkasa berangkat kerja paruh waktunya di sebuah cafe. Kini Angkasa sudah bersiap-siap ingin berangkat, seperti biasa sebelum berangkat bekerja Angkasa akan menitipkan Jidan pada Haikal yang kebetulan rumah Haikal dan Angkasa bersebelahan.

"Assalamualaikum," ucap Jidan, mengucapkan salam namun tidak ada sahutan dari dalam rumah Haikal.

"Bang Ikal, Bang... Bang Ikal.." panggil Jidan dari luar rumah Haikal sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah Haikal.

"Mungkin orangnya masih sholat, Ji. Sini duduk dulu!" Pinta Angkasa sambil mengelus-elus kepala Jidan kemudian duduk di kursi yang ada di teras rumah Haikal.

Jidan berjalan mengikuti Angkasa seraya menggendong tas sekolahnya. "Ah Bang Haikal kebiasaan, sholatnya jarang tepat waktu."

"Ssst, nggak boleh ngomong gitu. Bang Haikal ,'kan harus bantu ibunya jadi wajar kalau sholatnya mungkin nggak tepat waktu, itu lebih baik dari pada nggak sholat sama sekali," ujar Angkasa memberi pengertian pada Jidan.

Pintu rumah Haikal terbuka memperlihatkan Haikal yang masih lengkap dengan sarung dan peci di kepalanya. "Siapa sih yang ngetuk - ngetuk pintu?" Tanya Haikal dengan sengaja berpura-pura tidak tahu.

"Elo ya, Sa? Tapi suaranya kok suara bocah prik ya?" Tanya Haikal lagi.

Jidan menarik-narik sarung Haikal, hingga sarung yang Haikal kenakan hampir lepas. "Loh ada si bocah prik ternyata, nggak keliatan kecil banget," ujar Haikal sambil tertawa membuat Angkasa jadi ikut tertawa.

"Bang, kata Bang Angkasa kalau anak lakik itu harus sholat di mesjid! Kalau sholat di rumah mending Abang ganti aja tu sarung jadi mukena!" ketus Jidan pada Haikal.

Angkasa dan KisahnyaWhere stories live. Discover now