12/. JIDAN, JANGAN NANGIS!

12.3K 1.6K 79
                                    

⚠️ WARNING ⚠️
Mohon sediakan tisu sebelum nangis
Wkwk

Part ini lumayan panjang, jadi bacanya pelan-pelan aja!

Happy Reading

Dua hari berlalu sejak insiden itu, selama dua hari pula Angkasa tidak datang ke sekolah. Grup obrolan via aplikasi WhatsApp di ponselnya penuh dengan pesan dari teman-temannya yang bertanya-tanya bagaimana keadaan Angkasa.

Kenapa Angkasa tidak datang ke sekolah?

Apakah luka Angkasa semakin parah?

Ada juga pesan dari Naura ... Tampaknya gadis itu juga khawatir dengan keadaan Angkasa, dua hari yang lalu Naura mencari Angkasa ke kelas laki-laki itu tetapi Haikal berkata bahwa Angkasa pulang lebih awal, semenjak saat itu Naura tidak bertemu dengan Angkasa sampai saat ini. Pagi tadi Haikal juga menyampaikan pada Angkasa bahwa sejak kemarin Naura datang ke kelas mencari Angkasa.

Gadis itu mengeluh pada Haikal karena Angkasa tidak membalas pesannya, bahkan tidak mengangkat panggilan telepon darinya, namun Haikal hanya menjawab bahwa Angkasa baik-baik saja-itu yang Angkasa pesankan pada Haikal jika ada yang bertanya tentang dirinya termasuk Naura.

Kini malam sudah larut, Jidan sudah tidur menyisakan Angkasa yang masih terduduk di kursi dari meja belajarnya yang memang ada di dalam kamar-laki-laki itu hanya duduk diam sambil menatap Jidan yang terlihat begitu lelap dalam tidurnya.

Berbeda dengan Angkasa, laki-laki itu malah tak kunjung bisa tidur, ini bukan kali pertama Angkasa tidak tidur meski hari sebentar lagi berganti. Angkasa bahkan bisa tidak tidur berhari-hari karena merasa kacau dengan pikirannya sendiri ... Tidurnya tak pernah nyenyak, setiap kali laki-laki itu menutup mata Angkasa merasa kesakitan, ketakutan dan cemas berlebihan.

Tentang luka-luka yang Angkasa dapatkan di sekolah dua hari yang lalu, tentu saja Jidan; si anak kecil itu terus bertanya kenapa Angkasa bisa mendapatkan luka-luka itu.

Kenapa Angkasa terus-menerus terluka? Dan untuk kedua kalinya Angkasa harus mencari alasan dan berbohong lagi pada Jidan seperti saat dirinya mendapatkan lukanya waktu itu.

Angkasa membuka sedikit baju kaos yang remaja laki-laki itu kenakan sehingga memperlihatkan luka lebam yang ada di perutnya karena tendangan Jeandra, rasanya begitu sakit membuat Angkasa berulangkali meringis, Angkasa menutup kembali kaosnya hingga menutupi perutnya.

Angkasa melihat Jidan yang menggeliat dalam tidurnya, mencari posisi yang nyaman sambil memeluk bantal guling kesayangannya.

Tiba-tiba dadanya terasa begitu sesak, melihat wajah polos Jidan yang sedang tertidur di atas ranjang berukuran sedang. Pundak Angkasa terasa begitu berat, bahunya bergetar, air matanya perlahan menetes tak sanggup lagi laki-laki itu tahan.

Angkasa menangis tanpa suara.

Siapa yang bilang anak laki-laki tidak boleh menangis?

Hei, ayolah! Angkasa bukan anak laki-laki Ahmad Dhani yang tidak boleh menangis.

Berkali-kali Angkasa memukul dadanya sendiri yang terasa sangat sesak itu. Tubuhnya terasa begitu sakit akibat karena luka-lukanya ditambah terlalu banyak beban pikiran dalam kepalanya.

Hidupnya benar-benar kacau, tak satupun berjalan sesuai keinginannya. Berulangkali ia berpikir untuk mengembalikan Jidan ke panti asuhan karena takut Jidan mungkin tidak akan bisa bahagia jika terus bersamanya.

Setidaknya jika di panti asuhan Jidan bisa makan dengan teratur.

Jidan terbangun dari tidurnya tanpa Angkasa sadari, ternyata isakan tangis Angkasa mengganggu tidurnya yang lelap. Berulangkali Jidan mengucek matanya, lalu dilihatnya sang kakak laki-laki kesayangannya sedang menangis tersedu-sedu. "Abang .." panggilnya dengan suara khas bangun tidur.

Angkasa dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang