17/. BIAR SELURUH DUNIA TAU

10.2K 1.4K 125
                                    

Happy Reading

Berangkat ke sekolah tarik tiga bukan hal yang jarang dilakukan oleh Angkasa, Haikal dan Jidan. Seperti sekarang—mereka pergi sekolah bertiga naik motor matic milik Haikal karena pagi tadi motor Angkasa mendadak tidak mau menyala alias mogok.

Setelah sampai di sekolah dasar, Angkasa turun dari motor lalu menggendong Jidan untuk turun. "Bang, jangan lupa beli susu untuk Jidan ya nanti!" Jidan mengingatkan.

Angkasa tersenyum lalu mengangguk seraya mengusap kepala anak kecil itu. "Udah sana masuk!" Titah Angkasa dan Jidan mengangguk.

"Assalamualaikum," ucapnnya sambil mencium punggung tangan Angkasa lalu beralih mencium punggung tangan Haikal.

"Tangan Bang Haikal bau belacan," ledek Jidan sambil menutup hidungnya lalu berlari begitu saja masuk ke kelasnya sambil tertawa-tawa lucu.

"Waalaikumsalam," sahut Angkasa dan Haikal.

"Masa sih?" Tanya Haikal lalu mencium tangannya sendiri.

"Gimana?" Tanya Angkasa sambil tertawa.

Haikal tersenyum sampai memperlihatkan deretan giginya. "Iya, padahal udah cuci tangan tadi," ujarnya sambil cengengesan.

Angkasa tertawa lalu menepuk pundak Haikal. "Udah ayo! Entar telat," ujar Angkasa lalu naik ke atas motor.

"Lo nggak mau nyium tangan gue dulu, Sa?" Tanya Haikal sambil menyodorkan tangannya pada Angkasa. "Ni cium, aromanya aduhay."

Angkasa menepis tangan Haikal. "Ogah."

"Wangi, Sa."

"Bener deh, ni cium!" Haikal menyodorkan tangannya lagi pada Angkasa.

"HAIKAL..." Kesal Angkasa membuat Haikal tertawa kencang.

Haikal kembali menyalakan motor maticnya. "Ayo! Ayo!"

Sesampainya di sekolah, setelah memarkirkan motor, kedua remaja laki-laki itu berjalan sambil bercanda menuju kelas mereka."Kal, gue lupa."

"Lupa apa anjir?"

"Ada pr, Kal."

"Serius lo?"

Angkasa tertawa puas melihat wajah panik Haikal. "Tapi boong."

"Dasar ya lo, Tang?"

"Tang, Tang. Lo kira nama gue Tatang?" Protes Angkasa.

"Loh? Kan nama lo, Angkasa Bintang Dinata."

"Nah, Tang itu dari BinTang, gitu."

"Atau gue panggil, Din aja."

Angkasa tertawa. "Lebih parah dong. Masa nama gue jadi Dini?" Angkasa protes.

"Bukan Dini, tapi Udin," ujar Haikal sambil tertawa dan memukul-mukul Angkasa karena reflek.

"Kal, lo kebiasaan banget kalau ketawa tangannya nggak bisa tenang. Pasti selalu mukul," protes Angkasa seraya mengelus lengan yang Haikal pukul tadi.

Haikal cengengesan. "Udah setelan dari pabrik, Sa."

Tiba-tiba suara teriakan begitu heboh dari arah belakang memanggil nama Angkasa dan Haikal, sehingga kedua pelajar tampan itu berbalik. Lanang, Budy, Hanif dan Asep berlari ke arah mereka dengan nafas yang tersengal-sengal karena berlari.

Angkasa dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang