13/. PANTI ASUHAN

11.5K 1.5K 58
                                    

Hari libur yang sibuk, pagi-pagi sekali Angkasa sudah bersih-bersih rumah, memperbaiki pintu kandang Badak yang rusak, membersihkan halaman rumah, mencabut rumput di pekarangan rumah dan mencuci motornya bersama Jidan meski si kecil tak membantu banyak.

Ibu Haikal keluar dari rumah diikuti Haikal, sepertinya Ibu Haikal akan berangkat kerja. Ibu Haikal memiliki usaha laundry yang buka di persimpangan sebelum masuk ke dalam gang rumah mereka.

"Ya ampun ... Jidan, rajin banget pagi-pagi udah nyuci motor," sanjung Haikal.

"Iya dong, Jidan 'kan emang rajin," sahut Jidan sambil menyiramkan air ke motor Angkasa.

"Jidan makin pinter ya," puji Ibu Haikal sambil tersenyum ramah.

Angkasa berhenti sejenak dengan kegiatan mencuci motornya. "Udah mau berangkat kerja, Bu?" Tanya Angkasa pada Ibu Haikal.

Ibu Haikal mengangguk. "Iya ni, Sa."

"Oh iya, Ibu denger dari Haikal kamu mau ke panti ya nanti?" Ibu Haikal bertanya dan Angkasa mengangguk membenarkan. "Iya Bu, Jidan kangen sama anak-anak yang lain," ujarnya.

Ibu Haikal hanya tersenyum lalu mengangguk mengerti. "Hati-hati nanti kalau berangkat ya, Sa!"

"Ibu titip salam sama Bunda Panti, titip salam juga sama anak-anak di sana ya!"

"Iya, Bu. Nanti Angkasa sampaikan."

"Kalau begitu Ibu berangkat ya, Kal ... Sa." Ibu Yuyun—Ibu Haikal berpamitan.

"Jidan juga, dadahhh." Ibu Haikal melambaikan tangan pada Jidan begitu juga Jidan yang membalas lambaian tangan Ibu Haikal.

"Assalamualaikum," ucap Ibu Haikal mengucap salam."

"Waalaikumsalam," jawab ketiganya secara kompak.

Jidan menarik tangan Angkasa sehingga Angkasa menatap Jidan. "Bang Asa, si Lele keren ih dia uda punya hp, Jidan belum punya."

Haikal tertawa. "Dasar bocah prik, masih kecil juga udah mikirin hp."

"Biar bisa tiktokan sama foto-foto kayak Lele, Bang."

"Nggak boleh! Nanti kamu jadi nggak fokus belajarnya," ujar Angkasa.

"Jadi tunggu Jidan kelas berapa baru dibeliin hp?" Tanyanya.

Angkasa tampak berpikir sejenak. "Masuk SMP nanti Abang beliin."

Jidan kegirangan. "Beneran?"

"Janji?"

Angkasa tertawa kecil. "Janji, tapi harus dapat peringkat satu ya?."

Mereka berdua melakukan janji jari kelingking. "Oke, janji."

"Ji, kalo kata gue mending lu mandi deh!" Titah Haikal. "Bau," timpalnya seraya menutup hidungnya dengan tangan sebelah.

"Entar si Rara lewat baru tau rasa lo," ujar Haikal lagi.

"Rara aja ikut ke pasar sama Bundanya wleee," ledek Jidan sambil menjulurkan lidahnya diakhir kalimatnya.

Rara yang Haikal maksud adalah anak Bu Halimah tetangga mereka, teman sebangku Jidan— seorang gadis kecil yang Jidan sukai.

Jidan berjalan lalu menyiram motor Angkasa dengan air yang sudah ada di dalam ember, tak berselang lama datang seorang anak perempuan yang seumuran dengan Jidan.

"Jidan .." panggilnya.

Jidan spontan melihat ke arah sumber suara yang tadi memanggilnya, suara yang sangat ia kenali— itu adalah suara gadis kecil yang Jidan sukai, suara Rara.

Angkasa dan KisahnyaWhere stories live. Discover now