Prolog

44.5K 5K 219
                                    

Ketika Cinta Lewat Depan Rumahmu

Prolog

Ketika berusia lima tahun, Magnolia tidak pernah tahu mengapa dia selalu dibedakan dengan Kezia, kakaknya yang hanya berbeda enam bulan. Karena Magnolia tidak mengerti, dia hanya menganggap hal tersebut biasa. Lagipula, mama menyuruhnya mengalah dan dia terlalu sayang kepada Kezia sehingga menuruti setiap kata mama tanpa protes.

Pada usia delapan tahun, mama dan Kezia sering pergi, tentu saja bersama Mas Dimas, abang tertuanya dan dia ditinggal sendirian di rumah lalu ditugasi mencuci piring, menyapu dan dengan iming-iming jajanan, dia tidak pernah menolak. Motor mama terlalu kecil untuk ditambahi satu anak kecil lain yang tidak tahu malu ikut membonceng dari belakang. 

Padahal, Magnolia tahu, mama cuma memberi alasan. Wanita paling cantik yang pernah Magnolia kenal dalam hidup itu, tidak pernah mau berada dalam ruangan yang sama dengan dirinya, apalagi dengan sukarela membawa putri dari selingkuhan suaminya ke sekolah atau ke mana saja dia mau. Tapi, saat itu Magnolia terlalu kecil dan dia belum mengerti sama sekali. Yang dia tahu, mama lebih menyayangi dua saudaranya yang lain karena dia adalah anak yang bodoh.

Usia tiga belas, papa pergi untuk selamanya, saat itulah dia tahu semuanya, tapi Magnolia memutuskan bertahan untuk tinggal di rumah sebab Mas Dimas memintanya tinggal. Tapi, tidak pernah dia lupa kata-kata mama di saat air matanya belum lagi kering, bahkan saat mereka belum genap lima menit tiba di rumah, usai dari pemakaman papa, saat kerabat orang tuanya masih berada di sana, saat semua orang masih terlalu berduka. 

"Setelah ini, lo pergi, hidup sendiri sana. Cari orang yang bisa ngasih makan karena lo bukan urusan gue,  bukan tanggungan gue. Bapak lo udah mati dan gue kaga mau ngurusi lo. Terutama karena lo adalah anak dari wanita yang telah merebut laki gue. Kita sama sekali kaga punya hubungan darah. Cepetan cabut, beresin semua barang-barang lo."

Dia kira, kepergian papa telah membuatnya hancur lebur, nyatanya, kata-kata mama, wanita satu-satunya yang dia kira adalah ibu kandungnya, telah melukai Magnolia lebih dari apa pun.

"Ma, Mama ngomong apa? Yaya adalah anak Papa juga, dia adik Dimas."

Yaya adalah panggilan kesayangan yang diberikan papa kepada Magnolia. Mas Dimas akan memanggilnya seperti itu sementara mama memang hanya memanggilnya hei atau hoi setiap dia menyuruh. Namun, Magnolia tidak pernah protes. Dia tahu karena setiap ibu kadang punya panggilan sayang yang berbeda.

Tapi, pada akhirnya, ketika kenyataan terpampang di depan matanya, Magnolia tahu, dia tidak punya tempat lagi untuk tinggal.

"Enam bulan beda umur kalian berdua," dengan mata basah karena air mata membasahi pelupuknya, mama bercerita menahan sesuatu yang ditahannya sejak lama, enam bulan adalah beda umurnya dan Kezia. "Bapak lo selingkuh waktu gue hamil tiga bulan. Gue mabuk, mual, muntah, kaga bisa bangun dari tempat tidur, kaga bisa ngelayani dia kayak biasa. Lo tahu gimana sakitnya pas tau laki gue direbut wanita lain? Rasanya kayak dirajam dengan sembilu, terutama setelah lo dibawa ke sini dengan alasan emak lo sudah mati."

Air mata mama jatuh berderai dan dia yang bingung saat itu tidak bisa berpikir apa-apa lagi, kecuali minta maaf. Andai bisa, dia tidak ingin lahir dari rahim seorang peselingkuh. Tapi, setelah hari itu, dia malah ingin mengunjungi makam ibunya dan meminta maaf.

Tidak ada yang tahu bagaimana rasanya hancur dua kali dan Mas Dimaslah yang membuat dia tetap bertahan.

"Tinggal di rumah ini, dek. Jangan pergi. Gue yang bakal jaga lo. Gue yang bakal nafkahi lo."

Tapi, dia tahu diri. Setelah bertahun-tahun tinggal bersama mama, dia selalu menahan semua perbedaan itu. Dia hampir tidak pernah minta uang jajan. Bila papa memberi, dia akan menyisihkan semuanya untuk membeli keperluan sekolahnya. Buku tulis, buku pelajaran, bahkan seragam sekolah. Dia selalu memakai pakaian bekas Kezia, hingga sepatu dan sebagainya. Dia tidak pernah protes. Hal tersebut malah menjadikannya amat kreatif. Magnolia selalu mengunjungi masjid, balai warga, karang taruna dan selalu ikut perlombaan, apa pun yang bisa menghasilkan uang. Dia akan berusaha mencari hadiah yang bernilai rupiah dan hal tersebut sudah dia lakukan sejak kelas lima SD, ketika dia diminta mewakili sekolah untuk mengikuti lomba lari.

Saat yang sama ketika dia minta mama membelikannya rok baru namun tidak pernah mendapat respon.

"Ma, rok adek kekecilan. Sudah lima senti di atas paha. Bu guru bilang ganti."

Dengan uang hasil memenangkan perlombaan, dia minta Dimas menemaninya ke pasar. Sang abang tidak menolak dan menunggu Magnolia menyelesaikan belanjaannya.

Karena itu, ketika mama memintanya pergi, dia tidak merasa kesulitan. Dia sadar diri. Kezia juga tidak terlalu menyukainya dan dia bisa menebak, kakak perempuannya juga tahu skandal papa dan ibu Magnolia.

"Yaya nggak mau buat Mama menangis lagi, Mas. Yaya nggak apa-apa."

Dia baru berusia tiga belas, belum genap satu bulan di kelas delapan saat papa meninggalkannya dan dia mesti jadi anak yatim, diusir oleh ibu tirinya, akan tetapi, sang abang memintanya bertahan.

"Tolong, Dek. Gue sudah janji sama Papa buat jaga lo, jangan pergi. Lo mau tinggal di mana kalau pergi?" pinta Dimas saat tahu adiknya punya niat untuk meninggalkan rumah saat dia tidak tahan lagi.

Magnolia menaikkan bahu. Dia tidak tahu bakal tinggal di mana. Tapi, dia punya sedikit tabungan buat bertahan hidup, uang yang dia kumpulkan sejak dulu. Semasa hidup, papa juga secara diam-diam sering memberinya uang, menyuruh Magnolia menabung di tempat rahasia, yang tidak dketahui oleh Mama. Dia tidak pernah mengerti alasannya, namun sekarang, setelah papa meninggal, otaknya mulai mengait-ngaitkan semua keanehan tersebut.  Sementara, Mas Dimas, dia bahkan tidak mengerti cara menyimpan uang. Selama ini mama selalu memanjakannya dan umur mereka hanya berbeda dua tahun. Tidak ada hal yang bisa dilakukan oleh anak lima belas tahun untuk menghidupi adiknya. Apalagi Dimas, yang seumur hidupnya selalu dimanja mama, tidak pernah dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti Magnolia atau yang lebih parah, membanting tulang karena dia harus menghidupi dirinya sendiri.

"Yaya bisa."

Akan tetapi, permohonan Dimas membuat langkahnya yang sudah berada di ambang pagar rumah mereka tertahan dan tidak sanggup menjauh, terutama ketika pada saat yang sama, sahabat Dimas berdiri di depan pagar rumah mereka yang berseberangan, menatap mereka dalam diam.

Satu-satunya penyemangat yang membuatnya tahan dengan makian dan kemarahan mama yang selalu dialamatkan kepadanya bila dia berada di rumah lebih lama dari biasanya.

Seharusnya dia tahu dia tidak diinginkan. Seharusnya dia curiga mengapa tanggal lahirnya dan Kezia begitu dekat. Tapi, dia tidak pernah bertanya. 

Dia hanya mencoba mengerti dan tidak ingin membuat papa yang setiap hari bertengkar dengan mama, makin tersudut.

***


(Unpub Acak )Ketika Cinta Lewat Depan RumahmuWhere stories live. Discover now