Enam puluh empat

16.1K 4.3K 756
                                    

Hadiah Lebaran.

Dah jangan gaduh.

Yang ngomel2 nagih janji tamat, nagih apdet, pas biasanya ga pernah komen, pengen eke getok.

Apdet rabu ama minggu. Tapi suka-suka eke, kapan rabu kapan minggunya. Bisa jadi rabu di bulan 8, bulan 9, kan eke bilang, tamatnya kapan-kapan.

***

Ketika 64

Tidak ada hal yang lebih menyedihkan bagi seorang Malik Galih Kencana dibandingkan saat dia diizinkan masuk ke kamar Magnolia dan menyaksikan wanita muda itu tidur dengan kepala diperban karena melindungi luka dua jahitan yang diterima ketika kecelakaan yang menimpanya pagi tadi. Karena itulah, dokter menyatakan dia terkena gegar otak ringan. 

"Dikasih dokter obat pereda nyeri soalnya dia bilang kepalanya sakit." jelas Rosanawati kepada Malik. Wanita itu membawakan sebuah kursi plastik agar Malik bisa duduk sementara dua saudara sepupu, Magnolia dan Hening tampak sama-sama terlelap. Hening tidur di sebelah kanan Magnolia, memeluk tubuhnya yang berbalut selimut hingga pinggang. Tidak ada AC atau kipas angin. Pagiran yang berada di sisi bukit cukup dingin. Terutama saat malam seperti ini.

"Bibi masakin kamu makanan dulu." Rosanawati bicara lagi saat dia hendak keluar. Malik sempat mengucapkan jangan repot-repot yang kemudian dibalas dengan sebuah lambaian tangan.

"Kamu, teh. Udah jauh-jauh mau lihat Yaya. Barusan Dimas udah Bibi kasih tahu. Soalnya dari tadi dia nanyain kamu."

Malik tersadar kalau dia tidak sempat memberi tahu semua orang. Baik itu Dimas bahkan bundanya, Laura Hasjim. Apa boleh buat. Dia hampir tidak bisa berpikir jernih saat tahu Magnolia tidak sadarkan diri. 

Rambut Magnolia tergerai. Entah sudah sepanjang apa. Ketika menonton video call antara dirinya dan Dimas, Malik tidak bisa melihat wajah Magnolia dengan jelas. Dia sadar, Magnolia belum pernah mengganti ponsel pemberian Dimas sejak bertahun-tahun lalu. Walau sudah ketinggalan zaman, Magnolia merawat barang pemberian abangnya dengan amat hati-hati. 

Malik menemukan lebam di dekat pelipis kiri Magnolia, sekitar lima sampai tujuh senti di bawah perban jahitan dan dia tanpa sadar menyentuh wajah gadis itu dengan penuh kerinduan. 

"Maafin nggak bisa jaga kamu kayak dulu." Malik berusaha mengerjapkan mata. "Aku memang pengecut, selalu sembunyi dan berharap kamu nggak melihat aku yang selalu jaga kamu dari belakang."

Magnolia jelas tidak menjawab. Dia sedang tertidur. Matanya terlelap dan Malik ingin tahu apa yang sedang diimpikannya saat ini. 

Tangan kiri Magnolia terjulur di atas tempat tidur. Malik yang melihatnya tanpa ragu meraih tangan itu dan membawanya ke pipi kirinya sendiri. Jemari mereka tergenggam dan Malik memejamkan mata. Tubuhnya yang dingin seolah menghangat karena sentuhan itu. 

Magnolia selalu menolak sentuhan-sentuhan mereka sejak pertengkaran beberapa tahun lalu. Gadis itu seolah jijik dan enggan ketika siku mereka beradu secara tidak sengaja atau saat Malik mencoba mengusap rambutnya, seperti yang selalu Dimas lakukan kepada adiknya. 

"Sehat terus, Ya. Bertahanlah sampai aku selesai. Jangan naksir sama cowok lain." 

Untuk kalimat terakhir Malik mencoba tersenyum. Selama ini Magnolia tidak pernah terpengaruh tawaran setiap lelaki yang mendekat dan dia amat senang mendengarnya. Meski begitu, dia harus menahan diri untuk tidak tersenyum ketika dengan kukuh Magnolia berkata dia tidak akan menikah sebelum Dimas. Hal tersebut berarti, dia masih punya waktu untuk mendapatkan hatinya kembali. 

Tapi, saat melihat Magnolia terbaring tidak berdaya seperti ini, dia hampir hilang akal. Bila biasanya, bertengkar dengan Magnolia membuatnya mati kutu, sekarang, dia amat berharap kalau wanita itu sembuh. 

(Unpub Acak )Ketika Cinta Lewat Depan RumahmuWhere stories live. Discover now