Lima belas.

14.6K 4.2K 321
                                    

Hari Minggu waktunya apdet.

Tenang aja, ga nangis, kok. Yang ga sabaran, seperti biasa ke KBM app atau KK, ya. Udah bab 29 dan agak gaduh tadi malam. Soalnya Yaya dapet hadiah dari Babang Malik Kesayangan.

***

Ketika Cinta Lewat Depan Rumahmu 14

Setiba di parkiran, Dimas yang memandang cemas kepada Magnolia kemudian bicara, “Sanggup naik sepeda?”

Magnolia yang memperhatikan abangnya sedang meletakkan bungkusan kain lap ke keranjang sepeda lantas mengangguk.

“Kuat. Gue nggak sakit, kok.”

Dimas menghela napas melihat adiknya yang bersikap keras kepala seperti itu. Ditolehnya Malik yang ternyata masih berdiri di depan sepeda motornya, sedang memperhatikan kakak beradik tersebut. Kantong belanjaan pesanan Laura Hasjim sudah tergantung di bagian leher motor dan dia sebenarnya ingin meminta bantuan Malik. Tapi, melihat hubungan Magnolia dan sahabatnya tidak sebaik sikap Malik kepada Kezia, Dimas lalu kembali menarik stang sepeda yang tadinya tersampir di batang kersen supaya lebih dekat ke arah Magnolia yang saat ini berdiri seperti orang menggigil kedinginan.

“Naik angkot aja, ya? Gue yang bawa sepeda pulang.”

Magnolia menggeleng. Bibirnya sudah sedikit lebih berwarna dibanding saat pertama kali Dimas melihatnya tadi. 

“Nggak mau. Masih jalan juga nanti pas turun. Sayang duitnya.”

Dimas lagi-lagi berusaha menahan ngilu sewaktu Magnolia menyebutkan tentang uang. Salahnya yang terlalu keras kepala sehingga adiknya mesti berjuang sekuat tenaga untuk bisa terus bertahan hidup.

“Ikut sini aja.” suara Malik menghentikan perdebatan mereka berdua. Bocah tampan tersebut sudah memakai helm. Tapi, dia melepaskan jaketnya dan menyuruh Dimas untuk memakaikannya kepada Magnolia.

“Nggak usah, “Magnolia mendorong tangan abangnya, “badan gue bau balsem, Mas. Gue nggak mau ngotorin jaket Abang. Gue nggak mau naik motornya.”

“Daripada lo pingsan di sini, cepet naik. Bunda mau masak.” balas Malik dengan nada kesal sehingga Magnolia yang masih menggeleng kepada Dimas, tidak bisa menolak sewaktu abangnya sendiri yang memasangkan jaket ke tubuh adiknya.

“Pulang bareng Malik, ya. Lebih cepat sampai rumah. Gue juga mau balik lagi ke pasar, lupa beli Tolak Angin buat lo.”

Magnolia melirik takut-takut kepada Malik yang sudah duduk di atas motor dan tengah memegang stang. Di tangannya terdapat sebuah helm tambahan milik Dimas yang telah dia angsurkan kepada sahabatnya untuk dipakaikan ke kepala Magnolia. Meski begitu, dalam bisikan, Magnolia mengeluh kalau dia sebaiknya naik sepeda daripada ikut Malik.

“Dia, kan, nggak suka Yaya. Nanti bukannya sampe rumah, malah di antar ke alam baka.”

“Astaghfirullah, dia nggak sejahat itu. Nurut Mamas. Nanti pulang gue masakin air panas. Lo mau makan apa? Sate? Bubur?”

Magnolia menggeleng. Nafsu makannya telah menguap entah ke mana. Tapi, saat Dimas mengatakan ingin membeli makanan, dia dengan serta merta merogoh saku jaketnya.

“Nggak usah.” balas Dimas dengan menahan rasa pilu karena adiknya menyerahkan beberapa lembar uang ribuan kepadanya. 

“Gue ada duit buat beli makanan sama Tolak Angin. Kan, gue masih punya gaji dari ngajar privat si Inggit yang kemarin. Inget, kan?

Magnolia tidak menjawab dan memilih melayangkan pandangan khawatir kepada Dimas seolah-olah bila dia membelanjakan uang tersebut, maka uangnya akan cepat habis. Sementara dirinya, kan, berjualan setiap hari. Walau untungnya tidak terlalu banyak, Magnolia bisa berbelanja kebutuhan sehari-hari. Seperti hari ini, sepulang UN tambahan, dia punya banyak waktu untuk menjajakan lap. Jika saja Mak Surti tidak memergokinya sedang muntah, dia masih bisa melanjutkan berjualan. Bukannya malah dikerok habis-habisan dan disuruh pulang seperti yang sedang terjadi saat ini.

(Unpub Acak )Ketika Cinta Lewat Depan RumahmuWhere stories live. Discover now