Sebelas

15.1K 4.4K 482
                                    

Teman-teman, jangan lupa bantu share, ya. Supaya makin banyak yang ketawa bareng kalian. Hihihi.

Selamat malam minggu. Semoga makin senang malam ini.

***

Ketika 10

 Langit sudah gelap ketika Magnolia batuk entah ke berapa kali. Kepalanya pening dan pikirannya kusut. Tapi perasaannya saat ini yang paling kacau. Entah sudah jam berapa saat ini. Yang dia tahu, azan Isya sudah selesai berkumandang sejak tadi dan dia masih saja duduk di pinggir masjid dengan pandangan kosong. Tubuhnya menggigil, kakinya telanjang, tapi anehnya dia tidak merasa lapar sama sekali sekalipun dia tidak makan sejak pagi. 

Andai paracetamol bisa disebut makanan, mungkin dia bisa mengaku sudah makan. Namun, dia tidak ingat sudah menelan selain benda tersebut. Sejak Dimas memukulnya dan dia melarikan diri dari rumah, hujan telah turun dengan sangat deras. Dia yang tidak tahu arah tujuannya siang tadi pada akhirnya memilih untuk duduk di masjid dan menangis sepuasnya saat salat. 

Awalnya Magnolia tidak merasakan kesakitan seperti yang sekarang dia rasakan. Mungkin alasannya karena dia terlalu sedih dan kecewa akibat perlakuan Dimas yang tidak pernah dia sangka begitu terobsesi untuk memaksanya lulus sekolah dan harus masuk sekolah yang sama dengan dirinya. Padahal bukan satu atau dua kali Magnolia menegaskan kalau tubuh dan otaknya tidak lagi mampu menyerap pelajaran dengan baik. Dia harus tetap berjualan agar bisa melanjutkan hidup. Tetapi, Dimas sepertinya belum paham.

Kini, setelah dia lelah menangis dan air matanya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi,dia membiarkan saja bulir-bulir itu terus turun tanpa bisa dia cegah lagi. Dia sudah terlalu capek meminta air matanya untuk tidak terus turun lagi. Dadanya bahkan terasa sesak dan nyeri. Tapi seperti tangisnya, dibiarkannya saja nyeri-nyeri itu datang. Sudah lama dia tidak menangis sehingga bisa mengeluarkan air mata di saat seperti ini seperti meluapkan semua kesedihan sejak ditinggal papa.

“Papa, Adek sedih.” Magnolia menggigit bibir. Dia tidak akan kembali ke rumah itu. Mama dan Kezia bahkan menertawai saat Dimas menghajarnya tadi. Jika Malik tidak menahan badan Dimas, dia mungkin sudah mati.

Entahlah, dia tidak yakin Dimas sanggup melakukannya. Tapi, kejadian siang tadi sudah membuka matanya lebar-lebar bahwa belum tentu Dimas bakal melindunginya hingga dia dewasa nanti. Saat ini saja dia sudah mampu memaksa Magnolia menuruti kemauannya dan jika menolak dia bakal kena siksa.

Magnolia memeluk tubuhnya kuat-kuat. Hawa dingin hujan mulai merasuk hingga tulang belulangnya. Jaket tipis yang dipakainya tidak mampu menangkal angin yang membawa titik-titik air. Dia tidak mau kembali duduk di dalam masjid. Selain karena waktu salat sudah usai, dia tidak mau mengotori tempat suci ini dengan tubuhnya yang kotor.

Magnolia menyandarkan kepala di salah satu tiang masjid dan air matanya turun lagi ketika secara tidak sadar dia menyebut tubuhnya kotor. Apakah nasib anak haram lain sama seperti dia? Tidak diinginkan oleh siapa pun juga? Lantas, ke mana anak-anak itu menyelamatkan diri? Adakah keluarga yang menjaga dia? Atau mereka harus menggelandang demi bisa tetap hidup esok hari?

“Pulang.”

Sebuah suara, dalam dan teduh, namun amat familiar telah berhasil membuat Magnolia mengangkat kepala. Air matanya masih menggenang di pelupuk mata dan begitu melihat sosok yang saat ini menjulurkan payung di atas kepalanya, dia cepat-cepat menghapus matanya yang basah dengan punggung tangan.

“Ngapain lo ke sini?”

Magnolia menarik jaketnya semakin erat. Dia tidak percaya, setelah berhasil menyembunyikan diri selama berjam-jam, bocah di hadapannya tahu posisinya saat ini.

“Dimas kayak orang gila nyariin lo dari tadi.”

Magnolia menggigit bibir. Jika bukan karena Dimas, dia tidak akan sudi datang ke tempat ini dan menyuruhnya pulang. Coba saja Dimas memilih tidur di rumah, sudah pasti dia tidak akan ketahuan sedang duduk di sini seperti anak yatim yang menanti sumbangan dari jamaah yang lewat. 

(Unpub Acak )Ketika Cinta Lewat Depan RumahmuWhere stories live. Discover now