Baiklah, Aku Jatuh Cinta!

89 10 0
                                    

Masa iya aku benar-benar jatuh cinta pada Nico?

Tapi kalau dilihat dari gejalanya, memang mirip orang yang sedang dirundung cinta sih. Memikirkan dia pagi, siang dan malam (kayak orang minum parasetamol) diluar keinginanku. Senyum-senyum sendiri mengingat interaksiku dengannya. Berdebar saat membayangkan senyum dan wajah tampannya. Kegirangan saat dia mengirimiku pesan atau bicara denganku (padahal bahasan kami tak jauh-jauh dari kerjaan). Dan pagi ini, aku bangun dengan jantung berdebar luar biasa gara-gara habis memimpikan Nico. Aku pasti sudah gila!

"Lo kenapa sih, Kak? Waah, kayaknya kalau sampai lo jadian sama Nico, gue harus ngungsi di rumah temen ini," ujar Maudy dengan tatapan aneh ke arahku.

Aku hanya membalas kata-kata iseng Maudy dengan kerlingan senyum bahagia. Ya, kelakuanku memang seperti orang gila sejak hari Jumat setelah event Kampus Global. Ya Tuhan, sepertinya hatiku tertancap panah asmara dan racunnya sudah menyebar ke seluruh urat nadiku.

Begini, aku sudah berhasil bertahan dari pesona Nico selama sebulan. Namun semua pertahanan itu runtuh oleh perlakuannya padaku selama event Kampus Global. Ternyata di balik sikapnya yang cuek, Nico begitu sopan dan akrab. Asyik juga diajak mengobrol dan begitu menghargai. Belum lagi saat ia menggandeng tanganku ketika penampilan Hivi! Hanya sekilas, namun mampu membuat perasaanku terbang melayang ke angkasa!

Mungkin cinta kepada lelaki seperti Nico adalah perasaan paling tidak tahu diri yang pernah kualami. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tak bisa membohongi hatiku selamanya. Lagipula secara teknis, sah-sah saja aku mencintainya. Aku perempuan, Nico lelaki. Aku masih single, Nico pun sama. Aku tidak merebutnya dari siapapun.

Soal Nico membalas perasaanku atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting saat ini aku bahagia oleh perasaan ini. Sudah lama perasaan ini hilang dariku. Dan aku akan menikmatinya. Perasaan orang dan masa depan adalah misteri. Mungkin saja dengan usaha, Nico akan bisa memandangku dan mencintaiku walau aku hanyalah perempuan biasa.

***

"Gimana kelanjutan lo, Kak?" Maudy menanyaiku suatu pagi. Saat aku tengah menikmati tayangan kartun Minggu pagi.

"Ya gimana? Gitu deh," jawabku asal. Masih fokus pada tayangan yang sedang kutonton.

Maudy berdecak. "Dianya gimana ke lo?"

"Ya nggak tahu. Biasa aja kayak sehari-hari gitu." Kemudian aku meningat sesuatu dan mengerling. "Eh, tapi sekarang Nico beda deng. Dia nggak terlalu cuek kayak pas awal-awal kenal dulu. Terus gue sama dia juga udah berteman di instagram."

Itu pun aku duluan yang inisiatif mulai follow akun instagramnya. Sebenarnya sudah lama aku tahu akun instagram Nico, hanya saja aku sungkan mau langsung follow saat itu juga. Takut dikira penguntit. Supaya tampak wajar, aku menggunakan alasan ingin posting foto bersama saat event Kampus Global dan tag instagram orang-orang yang ada di foto itu. Termasuk Nico. Dan voila! kami berteman di instagram dengan wajar, tanpa ada kesan menakutkan seorang penguntit.

"Udah, gitu doang?" Tanggapan Maudy datar dan menyebalkan. Wajar sih memang. Tapi bagiku tetap saja itu kemajuan dan menyenangkan. Seperti penggalan lagu Nuansa Bening. "Mendengar cerita sehari-hari, yang wajar tapi tetap mengasyikkan".

"Ya terus?" balasku.

"Aduuuh! Gue kan udah bilang, lo tuh proaktif dong! Libur gini ngapain kek, ajak dia jalan kek atau nonton!" ujar Maudy gemas. "Lo kan katanya pengen nonton film horor kan? Ya udah ajak aja dia."

"Ngaco aja lo! Ya kali gue ngajak duluan!" tukasku.

"Ya terus?" Maudy menirukan ucapanku. "Berharap dia ngajak duluan? Nonsense! Kan lo yang suka duluan. Gue sama Bayu juga jadian karena gue duluan yang proaktif. Nyatanya berhasil kan sampai jadian?"

Upik Abu dan PangeranWhere stories live. Discover now