Bolehkah Aku Move On?

52 8 0
                                    

Acara Literasi Bangsa di Perpustakaan Nasional cukup meriah walau pengunjungnya tidak seramai sejenis acara Fashion Expo atau Pekan Raya Jakarta. Meriah yang kumaksud adalah banyak yang bisa dilakukan di acara Literasi Bangsa selain berkutat dengan buku. Ada beberapa seminar tentang literasi dan kepenulisan, tayangan film dokumenter bertemakan sejarah dan launching buku pukul tiga sore nanti Bahkan hari Sabtu nanti akan ada bintang tamu Fiersa Besari, seorang penulis terkenal sekaligus musisi. Sepertinya aku akan kembali lagi hari Sabtu nanti. Kira-kira Nico mau tidak ya kalau kuajak?

Aku tersenyum menyapa teman-temanku yang sedang menjaga booth Starlight. Sementara di sebelahku, Dessy sibuk sekali dengan ponselnya sampai-sampai aku harus berhenti beberapa kali untuk menunggu karena Dessy berjalan lambat.

"Serius amat, awas kesandung," tegurku.

Dessy masih tampak mengetik-ngetik lalu memasukkan ponselnya ke dalam pouch yang dibawanya. "Gue lagi janjian sama Farhan. Dia ada di sini."

Aku hanya ber-oh sambil mengangguk. Ketika kebetulan kami melewati bazar buku, aku berhenti untuk melihat-lihat karena Dessy kembali sibuk dengan ponselnya. Bazar itu tak hanya menjual buku dengan harga murah. Melainkan juga tas, dompet, pernak-pernik kantor dan alat tulis kantor dengan berbagai macam diskon.

Melihat jejeran alat tulis kantor dan pernak-pernik lucu, seketika aku merasa punya kebutuhan mendadak. Sepertinya aku butuh tempat pensil meja, dan tempat pensil meja kayu yang elegan ini tampak bagus. Kotak kecil berukir ini juga sepertinya aku butuh untuk tempat paperclip supaya mejaku rapi. Wah, pulpen glitter warna-warni ini juga lucu! Pasti menyenangkan menulis buku harian dengan menggunakan pulpen glitter warna-warni ini. Buku harianku akan lebih berwarna. Aduh, rasanya aku ingin memborong! Mana harganya juga murah-murah.

Sementara menimbang-nimbang apa saja yang ingin kubeli, aku melirik ke arah Dessy. Farhan sudah datang dan sedang mengobrol dengan Dessy. Tiba-tiba jejeran ATK yang tadi menarik minatku menjadi tidak menarik lagi. Karena sekarang aku lebih tertarik melihat gestur Dessy dan Farhan saat mengobrol.

Mereka tampak dekat, jauh lebih dekat dibanding saat bertemu di kantor tempo hari. Bahkan tangan Dessy beberapa kali menyentuh lengan dan pundak Farhan saat tengah tertawa. Wah, sekarang malah Dessy gelendotan manja di lengan Farhan! Jangan-jangan mereka jadian. Tapi kapan PDKT-nya? Dessy juga tidak pernah cerita.

Ah, ya sudahlah biar saja Dessy sendiri yang cerita. Nanti kalau aku bertanya dibilang kepo. Aku kembali fokus memilih-milih pernak-pernik yang ingin kubeli. Setelah menimang-nimbang entah berapa lama, akhirnya pilihanku jatuh pada tempat pensil meja kayu, kotak kecil berukir untuk menyimpang paperclip, dan satu set mug lengkap dengan tutup dan sendok keramik. Setelah membayar belanjaanku di kasir, aku menghampiri Dessy yang masih asyik mengobrol dengan Farhan.

"Hai, Jenar," sapa Farhan saat menyadari kehadiranku.

"Hai," aku tersenyum membalas sapaannya.

"Nico kemana? Kok nggak ikut?"

"Dia lagi ada seminar. Seharian katanya."

Farhan hanya ber-oh sambil mengangguk.

"Ya udah sana kamu balik ke booth," kata Dessy pada Farhan dengan nada manja yang hanya kudengar saat ia bertelepon dengan mantannya ketika masih pacaran dulu.

"Kamu pulang jam berapa nanti?" tanya Farhan

"Mm... sekitar jam empat kayaknya."

Farhan mengangguk. Ia pun pamit pada kami dan kembali ke booth Starlight. Setelah Farhan menghilang dari pandangan, barulah Dessy tampak menyadari kehadiranku.

Upik Abu dan PangeranOnde histórias criam vida. Descubra agora