D U A P U L U H E M P A T✨

289 91 105
                                    

Happy Reading...
Jangan lupa vote dan komennya ya!

● ● ● ●

Di sebuah ruangan, dengan keadaan sunyi dan remang-remang. Seorang gadis tengah menangis tersendu-sendu dengan posisi duduk di lantai beserta tangan terikat dan mulut yang terlakban.

Ia terus mencoba melepaskan ikatan tali pada tangannya walaupun lengannya telah memerah akibat ikatan itu. Tetapi usahanya tak membuahkan hasil.

Gadis itu pun mengingat bahwa ponselnya berada di saku seragamnya. Ia pun langsung saja mencoba mengambil benda itu dengan susah payah, dan yap! Fiona mendapatkannya.

Dengan mata yang masih mengeluarkan buliran air mata, Fiona menarik lakban yang menempel di mulutnya dan mencoba menyalakan ponselnya itu, namun sepertinya orang-orang tadi telah mematikan ponselnya.

Fiona pun menekan lama pada tombol power untuk menyalakannya lagi. Dan lihatlah, saat ponselnya berhasil menyala, puluhan atau bahkan ratusan pesan dan panggilan tak terjawab bermunculan pada notifnya.

Tetapi, Fiona memfokuskan pandangannya pada satu kontak dan langsung menekan tombol telpon pada nomer itu.

Lama Fiona menunggu, akhirnya panggilannya dijawab oleh Reynand.

Suara lelaki yang terdengar panik langsung menyapa indra pendengarannya.

"Na?? Lo di mana Na? Lo gapapa kan?"

"Jawab gue, lo di mana!?"

Dengan isakan tangis yang makin menjadi, Fiona menjawab, "Reyy hiks, tolongin gue Rey."

Brak!

"APA-APAAN INI!!"

Seseorang berteriak kepada Fiona membuat gadis itu terkejut bukan main. Seorang lelaki berjalan cepat mendekati Fiona dan mengambil ponsel itu lalu langsung membantingnya hingga hancur.

Jangan tanyakan keadaan Fiona lagi, gadis itu tengah bergetar hebat ketakutan sekarang, tangis Fiona pun berubah hanya menjadi sesenggukan dan tak berani menatap lelaki di hadapannya itu.

"LO NGAPAIN, BANGSAT!!?" Bentakan orang itu mampu membuat dada Fiona terasa sesak seketika. Ia takut, benar-benar takut berada di situasi seperti ini. Gadis itu terus merapalkan doa dalam hatinya supaya ia bisa terbebas dari keadaan ini.

"Lo mau main-main sama gue, hm?" Nada lelaki itu melemah yang malah membuat Fiona semakin bergetar ketakutan.

"JANGAN APA-APAIN GUE, GUE MOHON."

Tanpa peduli, lelaki itu berjalan pergi meninggalkan Fiona yang mulai bernafas lega. Namun, hal itu tidak bertahan lama sesaat setelah lelaki tadi kembali lagi dengan kursi yang berada di tangannya.

Lelaki dengan topeng yang melekat di wajahnya itu meletakkan kursi yang ia bawa ke samping Fiona, dan mengangkat Fiona untuk berdiri dan duduk di sana. Fiona meronta, namun tenaga gadis itu tak cukup kuat untuk melawan badan kekar di hadapannya ini.

Tangan Fiona kembali diikat, namun kini berbeda seperti sebelumnya, tangan Fiona diikat ke belakang membuatnya tak bisa lagi melakukan apa-apa selain memasrahkan nasibnya.

REYNA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang