AKSEN 23 | MENTAL BAJA

871 86 14
                                    

share ke temen temen kalian, biar baca aksen, yuk.

Tag instagram aku @zakisept atau @wpzakisept kalau nemuin quotes atau scene yang bagus menurut kalian, happy reading <3

note; updatenya masih nanti, gak tahu kapan, add library sama reading list dulu aja, bestie!

note; updatenya masih nanti, gak tahu kapan, add library sama reading list dulu aja, bestie!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aksen terdiam, cekalan tangan Mira, masih kuat di pergelangan tangannya. Hal itu membuat Aksen berbalik badan sepenuhnya, menatap Mira dengan tatapan dingin.

Alamak, apa salah Mira? 

"Lepas tangan gue," titah Aksen dingin dengan wajah datar. Mira spontan langsung membulatkan kelopak matanya, dan melepas cengkraman tangannya.

"Mau, ya, Kak? Isi formulir ini dulu, dong. Nanti biar aku kasih ke ketua Klub Pidato," ujar Mira dengan mata yang berseri-seri. Hal ini tentu saja membuat Aksen risih. 

Ya, bukan apa-apa, ia hanya masih belum mau untuk bergabung dan menggeluti dunia Sastra, termasuk Pidato dan segala teman-temannya.

"Gak," putus Aksen singkat, padat, jelas.

"Gak boleh. Kakak harus gabung, pokoknya. Aku gak mau tahu!" desak Mira sambil melipat tangannya di depan dada.

Lho, Mir? Kok maksa, sih?

Aksen memicingkan matanya. "Kenapa jadi lo, yang atur-atur gue, hah?! Kok maksa?!" timpal Aksen semakin pedas, semakin ganas.

Mira segini aja udah ketakutan. Sok-sokan berani sampai maksa Aksen, pula. Memang dasar, cewek terkadang hati dan pikirannya, berbeda juga bertolak belakang.

"Iya, iya, gak jadi maksa," putus Mira mengakhiri ini agar Aksen tidak semakin bersikap dingin.

Lagian, kenapa, sih, sama Klub Pidato? Ini, kan, Klub kesukaan Kakak dari dulu! Keras kepala banget! batin Mira penuh kekesalan yang meluap-luap. Mira mengembuskan napas pelan, sebelum mengumpulkan keberanian lagi.

"Oke, karena gak maksa, jadi, Kak Aksen harus isi formulir ini dulu, ya. Jangan lupa buat pastiin formulir diiisi semua. Tanpa ada kekosongan sama sekali."

Loh? Ini namanya juga pemaksaan, Mira. Tapi gak pa-pa, deh. Demi misi kamu! Semangat!

Aksen terdiam, tak merespon tangan Mira yang sudah terapung di udara sedari tadi. Dengan lembar pendaftaran Klub Pidato yang masih tersodor ke arah Aksen. Namun, pria itu tak kunjung mengambilnya.

"Kenapa gue harus mau?"

Eh, kok malah tanya begini, sih, cakep.

Mira kelabakan saat tahu Aksen maju perlahan-lahan. Tentu, otak Mira langsung menyuruh untuk mundur karena Aksen sendiri yang menghapus jarak antara mereka berdua. Mira ketakutan.

Bukan, bukan! Lebih tepatnya gugup. Tatapan tajam dengan mata cokelat bagai elang milik Aksen, menusuk dirinya.

"Ka-karena...aku utusan dari Papa Kakak buat Kak Aksen!"

AKSENWhere stories live. Discover now