Pesan Sebelum Perilisan Ulang

655 101 9
                                    

Tea at The End of The World adalah karya panjang pertama saya yang berhasil ditulis sampai tamat. Karya ini sudah ada sejak lama, namun ia tersimpan untuk terus membenahi dirinya sendiri. Sebenarnya sampai saat ini pun karya ini masih butuh banyak sentuhan dan perbaikan, namun bisa saya katakan jika kini ia sudah lebih siap untuk "lahir kembali".

Karya ini keramat bagi saya. Sebab ia lahir dari pemikiran terdalam sejak sekitar delapan tahun lalu. Semacam ruh dasar bagi saya untuk berani menulis banyak karya panjang yang pada akhirnya menjelma menjadi beberapa judul yang terbit dalam bentuk web komik. Para tokoh dalam karya ini pada dasarnya adalah manifestasi dari pecahan "idea besar" saya yang akhirnya membentuk semesta-semesta karya baru lainnya, meski tidak betul-betul terhubung seratus persen.

Tea at The End of The World melewati banyak penolakan. Ia belum diperbolehkan untuk tampil lebih luas oleh berbagai penerbit. Entah karena memang tulisan ini belum layak untuk dipajang di toko buku, tema tulisan yang terlalu aneh, atau memang karya ini masih harus melewati masa meditasi lebih panjang lagi. Namun entah bagaimana, akhir-akhir ini saya seperti melihat visi jika karya ini harus segera diterbitkan. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menerbitkannya di platform online terlebih dahulu. Sebelumnya karya ini pernah terbit hingga bab 10 pada tahun 2017-2018 di platform ini juga, sehingga dengan begitu, saya merasa memang platform inilah tempat ia harus lahir kembali.

Menilik garis besar novel ini yang memang cenderung berat, dewasa, dan penuh filosofi, saya rasa beberapa dari Anda akan mengalami culture shock jika Anda adalah pembaca komik-komik saya di Webtoon. Ya, karya ini secara tema memang dekat dengan Diner with Philosophy, namun jauh dari Nostalgia Dua Warna, A Tempo Doeloe Story, ataupun Hindia Kala Itu.

Tapi boleh saya katakan pada Anda: jangan khawatir. Saya bisa pastikan jika karya ini--kalau Anda mampu menuntaskannya--adalah karya yang unik, mind blown, dan mungkin adalah jenis cerita yang jarang ditulis oleh penulis Indonesia saat ini. Tema "akhir zaman" memang terdengar usang dan tidak menarik, mungkin. Butuh nyali tertentu untuk seseorang dapat menuntaskan seluruh isi karya ini, hingga akhirnya menemukan perbedaan makna "akhir zaman" dalam karya ini dibanding dengan tema-tema serupa. Saya yakin Anda bisa.

Tolong beri tahu saya jika Anda merasa ada perubahan dalam diri Anda setelah membaca tuntas nanti. Sekali lagi, saya yakin Anda bisa.

Versi novel Tea at The End of The World ini akan berjalan berbeda jika dibanding pilot episodenya yang sudah tayang di Webtoon berupa 4 episode komik pendek. Versi novel akan menggali lebih dalam alam pikir Pak Tua, dan akan menampilkan banyak tokoh baru serta elemen-elemen "akhir dunia" juga hubungannya dengan kedai teh kepunyaan Pemilik.

Terima kasih pada Anda yang dahulu pernah membaca karya ini sampai bab 10--selamat, ia akan kembali hadir dengan beragam perubahan. Dan terima kasih pada Anda pembaca baru--selamat, karya ini akhirnya menemukan Anda.

Tea at The End of The World akan hadir segera. Pak Tua si pengagum diri sendiri, Pemilik si alien dari Planet Teacup, Torso si boneka berjalan, dan Hara si gadis nakal akan memasuki hari Rabu Anda. Tolong nyalakan notifikasinya, ya.

"Dunia ini terlalu rumit untuk dipahami oleh otak cacing kita."

Salam,
A.

Tea at The End of The WorldDove le storie prendono vita. Scoprilo ora