5

41.9K 3.3K 30
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Hari ini adalah hari ke tiga Sahna berada di pesantren, siang menjelang sore ini ia benar-benar di landa kebosanan.

"Jadi keinget mie ayamnya Mbak Uti di pengkolan. Pinjem motornya Abi aja kali ya untuk beli mie ayam?" monolognya.

Sahna menatap ke luar jendela yang memperlihatkan langit yang tertupi awan gelap, namun masi terlihat sinar mata hari.

Sahna berjalan ke arah meja belajarnya berniat mengambil uang yang ada di laci meja itu. Kemudian ia ia turun ke bawah mencari Umi san Abinya.

Samar-samar Sahna mendengar percakapan orang tuanya dengan orang lain, yang ia tidak tahu siapa orang itu.

"Siapa, Mi?" tanya Sahna setelah kedua orang tuanya mengantar tamunya keluar.

Umi Lea tersenyum, "Seperti biasa." seraya mengusap pipi Sahna.

Sahna mengerutkan kening bingung lalu menatap sang Abi yang mengangguk. "Seperti biasa, apa maksudnya?" tanyanya menatap satu persatu kedua orangtuanya.

Abi Abram menepuk pelan puncak kepala Sahna, "Ada orang yang ingin mengkhitbah."

Sahna sedikit terkejut mendengar penuturan sang Abi, "Terus? Abi terima?"

Abi Abram tersenyum tipis, "Tidak." jawabnya seraya menggeleng dan berlalu.

Sahna menatap sang Umi, "Emang siapa, Mi?" penasarannya.

"Gus Alman, dari pesantren Zanwar."

"Gus Alman? Kok nggak asing namanya." gumam Sahna mencoba mengingat-ingat yang siapa namanya Alman.

Umi Lea terkekeh, "Masa kamu nggak kenal sama Ustad muda itu, Dek? Padahal, pas kecil saat kamu sama Abi berkunjung ke pesantren Zanwar pasti selalu menjahili Gus Alman."

"Masa sih, Umi? Kok Sahna nggak inget?" heran Sahna.

"Wong sampean pelupa, piye atek inget?" kekeh Umi Lea.

*Orang  kamunya pelupa gimana mau inget?

"Umi mah ... " rengek Sahna menggoyangkan lengan Umi Lea.

Umi Lea tertawa pelan melihat tingkah putrinya itu.

"Umi? Sahna mau keluar bentaran ya? Beli mie ayam Mbak Uti di pengkolan depan. Bolehkan, Umi?"

Umi Lea berpikir sejenak lalu mengangguk, "Yaudah, nih uangnya." seraya menyodorkan uang lima puluh ribu ke hadapannya.

Sahna menggeleng, "Uangnya udah ada kok, Mi. Nih lihat, " seraya memamerkan uang sepuluh ribu.

"Uangnya di simpan aja, belinya pake uang ini,  sekalian beliin untuk Umi, Abi dan Bang Ibran juga."

Sahna mengangguk lalu mengambil uang berwarna biru itu, "Yaudah, kalo gitu Sahna pergi dulu. Assalamualaikum ... " salam Sahna lalu mencium punggung tangan sang Umi. "

"Waalaikumsalam warrohmatullah hiwabarokatuh." jawab Umi Lea.

"Loh, Mi? Kok di depan pintu?" celetuk Abi Abram, sang suami.

"Sahnanya kemana?" lanjutnya seraya celingak-celinguk mencari sang bungsu.

"Baru aja pergi, Bi. Mau beli mie ayam katanya," jawab Umi Lea lembut.

Abi Abram mengangguk, "Yaudah kalo gitu, Abi mau ke Masjid dulu. Ngajar kitab untuk Santriwan," lalu menyodorkan tangannya ke arah sang istri.

Dengan senang hati, Umi Lea menyalimi tangan sang suami. Kemudian Abi Abram mengecup singkat kening Umi Lea, "Assalamualaikum ..." kata Abi Abram.

"Waalaikumsalam ... " jawab Umi Lea.

***

Sahna mengendarai motor sang Abi yang bermerk scoopy berwarna abu tua itu dengan santai. Ia melirik ke bawah, lebih tepatnya kearah kantung plastik yang berisi beberapa bungkus mie ayam yang baru di belinya tadi.

"Udah gerimis lagi, mau berhenti juga nanggung." lirihnya.

Sahna menambah kecepatan motor itu kala hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. "Dingin ... " lirihnya seraya menatap jalanan.

Tak lama Sahna sampai di gerbang pesantren. Kang santri yang dapat jadwal menjaga gerbang hari ini buru-buru membuka gerbang agar Sahna masuk.

"Makasih, Kang ... " ucap Sahna berlalu menuju ndalem.

Sahna memarkirkan motor itu di teras samping ndalem. Dengan langkah pelan ia masuk ke dalam ndalem dengan pakaian yang sudah basah seluruhnya. Tak lupa, ia mengucap salam sebelum masuk ke ndalem.

"Sahna ... " panggil Umi Lea lembut.

Sahna menoleh ke arah Umi Lea yang berada di tangga, "Iya, Umi? Udah nggak sabar mau makan mie ayam ya?" goda Sahna seraya menaikkan kantung plastik itu di hadapannya.

Umi Lea terkekeh lalu mengambil alih kantung plastik itu, "Kok hujan-hujanan, Dek? Buruan ganti bajunya. Takut masuk angin, " lalu mendorong pelan bahu Sahna.

"Yaudah, Mi. Sahna mau ke atas dulu ya? Ntar Umi luan aja makan mie ayamnya."

Umi Lea tersenyum, "Udah, ganti bajunya sana gih."

Sahna mengangguk lalu berjalan gontai kearah kamarnya.

"Assalamualaikum ... " lirihnya saat membuka pintu kamar kemudian menutupnya kembali.

Sahna mengambil pakaiannya di lemari, berniat untuk mengganti pakaiannya yang sudah basah.

***

"Assalamualaikum ... " salam Langga memasuki ndalem.

"Sepi?" monolognya celingak-celinguk.

"Loh? Langga?" celetuk Abi Abram turun dari tangga hendak menuju ruang makan mengingat jam sudah menunjukkan waktunya makan malam.

"Assalamualaikum, Abi." lalu menyalimi tangan Abi Abram.

"Waalaikumsalam," ucap Abi Abram.

"Oiya, Bi. Umi dimana? Ini ada titipan brownis dari Ummah."

"Wah ... bilang sama Ummah mu makasih brownisnya, yo. Umi ada di dapur nyiapin makan malam, yaudah kalo gitu Abi ke dapur dulu. Sini biar brownisnya Abi yang bawa ke dapur."

Langga mengangguk lalu menyerahkan kantung plastik berisi brownis itu pada Abi Abram.

"Tolong panggilkan Sahna di kamar ya, Ngga. Dari sore Sahna belum keluar kamarnya."

Langga mengangguk, "Yaudah kalo gitu Langga panggil Sahna dulu ya, Bi." pamit Langga di angguki Abi Abram.

"Na? Sahna?" panggil Langga sesampainya di depan pintu kamar Sahna.

"Sahna? Apa kamu di dalam? Sahna!?" ucap Langga sedikit mengeraskan suaranya.

o0o

Assalamualaikum calon penghuni surga!!!

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Assalamualaikum calon penghuni surga!!!

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin