15

37.6K 3.2K 29
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*

Langga baru saja kembali dari mushola untuk menyelesaikan solat magrib dan tak lupa ia juga mendoakan kesembuhan sang istri, Sahna.

Langga masuk ke dalam ruang VVIP Sahna, disana ia melihat keluarganya, keluarga Sahna, dan disana. Bahkan ada Abangnya yaitu Rangga, datang sekeluarga dan juga Sakra sekeluarga juga ada disana.

"Bang?" panggil Naya selaku anak bungsu Abah Inayat dan Ummah Nara.

Langga menoleh kearah sang Adik dengan tatapan sayu. Naya tersenyum teduh lalu menuntun Langga untuk duduk di sofa paling pojok.

"Naya yakin kok kalo Kak Sahna bakalan cepet sadar. Kita berdoa aja ya?" lembut Naya lalu memeluk sang Abang.

Langga menatap teduh Naya lalu membalas pelukan sang Adik. Interaksi keduanya tak lepas dari tatapan dari keluarga besar kedua belah pihak.

Langga merenggangkan pelukan lalu berjalan kearah orang tuanya dan kedua mertuanya. "Umi, Abi, Abah, Ummah dan semua yang ada disini. Langga mau minta izin dengan kalian, setelah Sahna sadar, Langga akan katakan segalanya padanya. Untuk bisa lebih menjaganya agar tidak terjadi hal seperti ini lagi." jelas Langga.

Mereka semua saling pandang lalu tersenyum kearah Langga seraya tersenyum. "Abi percaya dengan kamu, Lang." ucap Abi Abram menepuk bahu Langga.

"Opa dan Oma pulang dulu ya? Kasian Oma udah ngantuk." celetuk Opa Denan.

"Assalammualaikum ... " salam Opa Denan dan Oma Iren.

"Waalaikumsalam!" jawab mereka semua.

"Papa hati-hati di jalan ya!" ucap Umi Lea yang di balas anggukan dari sang empu.

Arfan anak Gus Rangga dan Aisya berjalan kecil ke arah sang Uncle, yaitu Langga. Langga tersentak kala Arfan memeluk kakinya secara tiba-tiba, lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Arfan.

"Arfan kenapa? Butuh sesuatu?" lembut Langga seraya mengusap puncak kepala sang keponakan kecilnya yang baru memasuki usia 2 tahun itu.

Arfan menggeleng lemah lalu memeluk Langga, "Uncle yang cabal ya ... Aunty Cahna asti cepet cembuh. Alpan udah beldoa ama Allah untuk bangunin Aunty Cahna, pasti nanti Aunty bangun. Kan kata Umi Allah kabulin doa anak coleh, dan Alpan kan coleh!" tutur bocah itu membuat semua yang ada di sana terharu.

Langga tersenyum lalu menggendong tubuh mungil Arfan, "Iya ... Aunty Sahna pasti nanti bangun kok."

Alif mendekati Sahna, "Aunty ... ayo bangun. Kasian tau Uncle Lang Lang lihat Aunty kaya gini!"

Mereka semua terkekeh mendengar penuturan Alif pada Sahna yang terbaring lemah dengan mata terpejam.

Langga menghampiri Alif dengan Arfan di gendongannya lalu mengusap puncak kepala Alif, lalu sang empu mendongak menatap Langga. "Doain Aunty terus ya? Biar Aunty cepet sembuh seperti semula biar kumpul bareng kita."

Alif tersenyum lalu mengangguk antusias. Ning Aisya berjalan menghampiri Langga, "Lang, Arfan biar sama Mbak aja, kasian keliatan udah ngantuk." ucap Ning Aisya lalu mengambil alih Arfan yang sudah terkantuk-kantuk.

"Kalau begitu kami pamit dulu ya semuanya, Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh." salam Gus Rangga.

"Assalammualaikum ... semuanya ... " salam Ning Aisya.

"Waalaikumsalam ... " jawab mereka semua.

"Mi? Abi ke mushola dulu ya? Solat tahajud," ucap Abi Abram pada Umi Lea yang sedang berbincang dengan Ummah Nara di sofa.

Umi Lea menoleh kearah sang suami lalu tersenyum dari balik cadarnya. "Iya, Bi. Sahna biar kita aja yang jaga," lembutnya lalu mencium punggung tangan sang suami yang di balas kecupan di keningnya.

"Abah juga mau ke kantin rumah sakit dulu ya, Ummah. Dari tadi Abah ngerasa haus banget!" celetuk Abah Inayat.

Ummah Nara tersenyum seraya mengangguk, "Abah? Sekalian belikam roti ya?" lalu mencium punggung tangan sang suami.

Abah Inayat tersenyum lalu mengecup singkat kening sang istri, "Assalammualaikum ... " salamnya dan berlalu sesudah Ummah Nara dan yang lain menjawab salamnya.

Gus Sakra menatap sendu sang Adik lalu menghampiri brankar Sahna. "Dek? Abang nggak tega lihat kamu kaya gini, cepet bangun ya?" lirih Gus Sakra lalu mengecup puncak kepala Sahna.

"Sakra?" panggil Umi Lea.

Gus Sakra menoleh kearah sang Umi seraya tersenyum, "Iya, Umi? Umi butuh sesuatu?" lembut Gus Sakra.

Mata Umi Lea menyipit pertanda sang empu sedang tersenyum, "Kalian pulang aja ya? Ini udah jam sepuluh malam, kasian Alif yang usah di tidur di pangkuan Hanum, ia pasti sangat lelah. Di tambah besok Alif sekolah," ucap Umi Lea.

Gus Sakra mengangguk patuh, "Yaudah kalau gitu, Sakra sama Hanum pamit dulu ya, Umi. Nanti kalau ada apa-apa langsung kabarin Sakra!" ucap Gus Sakra lalu mencium punggung tangan Umi Lea diikiti Ning Hanum.

"Hanum pamit dulu ya Umi, Ummah Nara." ucap Ning Hanum, "Assalammualaikum ... " lanjutnya bersamaan Gus Sakra.

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh!" jawab Umi Lea, Ummah Nara dan Langga.

Langga duduk di bangku samping brankar Sahna lalu menatap sendu perban yang menutupi luka yang berada di dahi Sahna.

Langga mengusap punggung tangan Sahna lalu menggenggamnya. Mata Langga berbinar kala merasakan jari Sahna yang di genggamnya mulai bergerak, dan perlahan Sahna membuka matanya.

"Sahna ... " panggil Langga lembut.

Mata Sahna membulat kala melihat Langga menatapnya dengan tangannya yang di genggam oleh Langga. Lalu ia menyentak tangan Langga.

"Lo apa-apaan heh! Pegang-pegang tangan gue!" panik Sahna mengalihkan atensi Umi Lea dan Ummah Nara yang menatapnya.

"Sahna!?" panggil Umi Lea dan Ummah Sahna lalu keduanya menghampiri Sahna.

"Umi? Langga pegang tangan Sahna ... Tangan Sahna udah nggak suci lagi ... " rengek Sahna menggoyangkan lengan sang Umi.

Kedua wanita paruh baya itu tersenyum lalu menatap Langga yang mengangguk. Umi Lea mengusap puncak kepala Sahna seraya tersenyum dari balik cadarnya, "Umi sama Ummah Nara keluar dulu ya, Dek. Biar Langga yang jelasin ke kamu." ucap Umi Lea lalu menggandeng lengan Ummah Nara keluar ruangan.

"Umi! Ummah!" panggil Sahna panik. Karena ia berpikir bahwa satu ruangan dengan yang bukan mahromnya akan menimbulkan dosa.

Langga tersenyum pada Sahna, ia mengerti apa yang sedang Sahna pikirkan saat ini.

"Kita berduaan begini nggak akan menimbulkan dosa kok!" celetuk Langga.

Sahna melirik sinis Langga, "Lo pergi deh! Jangan nambahin dosa gue dengan adanya lo disini!" kesal Sahna, di dalam hati ia terus saja beristighfar.

Langga terkekeh, "Bahkan sekalipun kita pegangan tangan tidak akan menimbulkan dosa, justru mendapatkan pahala." enteng Langga berniat menggoda Sahna.

Sahna membulatkan mata, 'Bagaiamana bisa seorang Gus berbicara seperti itu?' batin Sahna menggelengkan kepala tak habis pikir.

Langga mendekatkan wajahnya ke Sahna. Sontak saja, Sahna beringsut mundur dan memejamkan matanya kuat karena merasa takut. "Ana uhibbuki fillah ya, Zaujati." ucap Langga pelan membuat Sahna merona.

Langga terkekeh lalu mengecup singkat dahi Sahna.

Plak!

Spontan saja Sahna menabok pipi Langga, membuat sang empu shock karena kaget atas kejadian barusan.

Sahna menutup mulutnya shock setelah sadar apa yang dia lakukan, "Alamak ... " gumamnya.

o0o

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now