35

23.7K 1.8K 3
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secreet Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Sore ini Sahna dan Langga sudah berada di ndalem Ponpes Maqama Mahmuda. Siang tadi sahabat Sahna dan Langga datang mengunjungi mereka melihat keadaan Sahna. Sebenarnya, semalam Sena dan Ara sudah berada di Ponpes Maqama Mahmuda. Namun, karena malam semakin larut, mereka di paksa pulang oleh Ibran dan lainnya.

Dengan berat hati mereka pulang dengan Taxi, awalnya Ibran menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang, namun Ara dengan lembut menolak tawaran Ibran karena tak enak hati. Tepat sepuluh menit keduanya pulang, mereka mendapat kabar bahwa Sahna berada di Rumah Sakit.

Para sahabat Sahna sangat bahagia, jika Sahna sedang mengandung. Semalam, Langga sudah memberitahu Sahna, bahwa perempuan itu sedang mengandung usia 7 minggu. Dan sekarang tubuhnya sudah merasa sehat dan bugar.

"Bunda ... " panggil Rey menyembulkan kepalanya di pintu.

Sahna yang sedang melipat mukena setelah menyelesaikan shalat Ashar kemudian menoleh kearah Rey yang tampak kotor. Lihatlah, pipinya sudah seperti di bedaki tanah, bajunya pun juga sama. Padahal, dua jam yang lalu Sahna sudah memandikan bocah itu.

Sahna berjalan kearah Rey lalu menyamakan tingginya dengan bocah itu, "Maa syaa Allah ... Rey anak ganteng Bunda abis main ya ... " lembut Sahna seraya mengusap tanah yang berada di pipi Rey.

Rey menggeleng pelan dengan tatapan polosnya menatap Sahna. Sahna tersenyum lalu menggandeng Rey masuk ke kamar mandi.

"Rey mandi lagi ya ... Biar kuman dan virusnya pada pergi dari tubuh Rey, " ucap Sahna seraya membuka pakaian Rey.

"Bunda ... Tadi ... ley kejal meong yang lali kealah Masjid, telus ... Ley malah nyemplung di kubangan." polos Rey dengan mata berkaca-kaca.

Sahna tersenyum lalu menjawil hidung mungil Rey, "Udah jangan nangis, nanti kita cari meongnya ya? Sekarang anak ganteng Bunda mandi dulu biar wangi ... dan tambah ganteng! " semringah Sahna.

***

"Assalammualaikum warohmatullah hiwabarokatuh, " salam Langga memasuki Ndalem. Langga mengernyitkan dahi kala melihat keadaan Ndalem sepi, sedangkan para santri yang membersihkan Ndalem sudah pamit undur diri satu jam sebelum Ashar tadi.

"Waalaikumsalam warohnatullah hiwabarokatuh ... " sahut Ummah Nara yang baru keluar dari dapur.

Langga tersenyum lalu mencium punggung tangan Ummah Nara. "Abah mana?" tanya Ummah Nara.

"Abah lagi di jalan kesini kok Ummah, sama tamu yang Langga juga enggak tau dari mana. Yaudah, kalau gitu Langga ke kamar dulu ya, Ummah?" pamit Langga diangguki Ummah Nara, tak lupa juga sebelum ia beranjak, ia mengucapkan salam yang di balas salam juga oleh Ummah Nara.

Langga memiringkan kepalanya bingung kala melihat pintu kamarnya terbuka. Kemudian, ia masuk ke dalam kamar, sontak atensinya beralih kearah pintu kamar mandi kala mendengar gelegar tawa Rey.

Langga tersenyum lalu mengetuk pintu kamar mandi, "Assalamualaikum, Mbak? Paket ... !"

Sontak Rey dan Sahna yang tengah tertawa langsung terdiam. Langga mengerutkan kening kala keduanya terdiam.

"Taro di kasur aja, Bang! Paketnya!" sahut Sahna sedikit mengeraskan suaranya.

Langga terkekeh lalu membalikkan badannya kemudian duduk di atas kasur.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Sahna yang menggendong Rey yang di baluti handuk.

"Loh? Rey mandi lagi? Bukannya udah mandi ya?" bingung Langga.

Sahna tersenyum. Ia menurunkan Rey diatas kasur lalu mencium punggung tangan Langga diikuti juga dengan Rey. Rey tersenyum lalu mencium kening keduanya.

"Coba tanya sama anaknya, kenapa mandi lagi?" sahut Sahna lalu berjalan kearah lemari mengambil pakaian Rey. Langga menatap Rey seraya tersenyum, menanti apa yang akan dikatakan bocah itu.

"Ayah ... " panggil Rey menatap Langga yang tak melunturkan seyumnya.

"Iya? Rey mau cerita sama Ayah?" lembut Langga.

Rey yang terdiam kala Sahna memakaikan baju padanya. "Tadi tuh kan, Ley kejal Meong, telus ... " belum sempat Rey melanjutkan kalimatnya, Sahna sudah lebih dulu memotong ucapannya.

"Mandi di kubangan deh!" sela Sahna membuat Rey mengerucutkan bibir kesal membuat Langga terkekeh pelan.

"Ayah ... lihat lah Bunda ... " rengek Rey lalu memeluk tubuh Langga kala Sahna selesai menyisir rambutnya.

Langga mengecup kening Rey, "Bunda cuma iseng kok. Rey mau kucing?"

Rey menggeleng pelan di dalam pelukan Langga, "Ley tadi cuma mau pegang bulu meongnya aja, Ayah ... "

"Rey?" panggil Sahna mengalihkan atensi bocah itu yang kini mendongak menatapnya.

"Jajan kuy!" ucap Sahna menaik turunkan alis matanya.

Spontan wajah Rey menjadi ceria, "Ayok ... !" serunya dengan semangat 54.

"Di kantin ada telur gulung kan ya, Mas?" tanya Sahna.

Langga mengangguk seraya tersenyum. Sahna mengangguk lalu merentangkan tangannya hendak menggendong Rey.

"Biar Mas aja yang gendong Rey, sayang." ucap Langga lalu bangkit dari kasur. Dengan tangan kiri yang menggendong Rey dan tangan kanannya menggenggam tangan Sahna.

"Loh? Pada mau kemana, Mbak?" tanya Naya, Adik Langga yang hendak masuk Ndalem bersama Ovi sahabatnya.

"Assalammualaikum, dulu, Dek." ucap Langga membuat Naya menyengir.

"Assalammualaikum Mas Langga yang paling ganteng, Mbak Sahna yang paling cantik dan keponakan ku Rey yang paling ucul." lalu mencubit pipi berisi Rey.

Mereka membalas salam Naya. Naya masih terkesiap kala Rey yang bersiap akan menumpahkan tangisnya.

"Kalo gitu kita pamit Mbak, Mas?" icap Naya lalu menarik tangan Ovi yang hendak pamit pada keduanya.

"Huaaa! Hiks hiks!" tangis Rey pecah spontan Langga menghela nafas perlahan kala melihat apa yang dilakukan Naya barusan.

"Utututu anak Bunda ... Nanti Onti Naya-nya Bunda puk ya?" ucap Sahna seraya mengusap air mata Rey.

"Udah ya ... Jangan nangis, kan kita mau beli jajan ... " ucap Langga menenangkan Rey.

"Ley mau es klim ... Hiks hiks!" ucap Rey sesengukan.

"Iya ... nanti Rey beli es krim," ucap Langga lalu melanjutkan jalan mereka dengan tangan kanannya yang masih menggenggam tangan Sahna.

Sahna mendongak kearah Langga, "Bunda juga ya, Yah?"

Langga menunduk menatap Sahna, "Iya ... Bunda juga ... " lembut Langga lalu mengecup kening Sahna.

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi para santri yang berada di sekitar mereka. Siapa saja yang melihat interaksi mereka pasti akan merasa baper. Mereka menjadi mengidam-idamkan jodoh yang seperti Langga, dan Sahna

***

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now