25

26.4K 2K 23
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secreet Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Sore ini Langga dan Sahna sudah berada di kediaman mereka. Awalnya Sahna masih ingin menemani keponakan barunya di rumah sakit. Namun, sang Umi mendesaknya untuk pulang takut hujan akan turun, mengingat akhir-akhir ini hujan sering sekali turun.

Dan, benar saja. Saat mereka sesampainya di rumah, hujan turun dengan begitu derasnya di sertai petir dan angin kencang.

Sahna berjalan ke arah kasur setelah mengganti pakaiannya. Ia melirik Langga yang sedang mengaji lewat ponselnya.

Kemudian Sahna membaringkan tubuhnya di kasur itu lalu menarik selimut hingga sampai lehernya, karena ia benar-benar merasa dingin.

Langga menyudahi aktivitasnya lalu meletakkan ponselnya di atas nakas samping kasur.

Ia melirik jam yang menunjukkan pukul setengah lima sore, lalu menoleh ke arah Sahna yang memejamkan matanya.

Langga tersenyum, lalu menyingkirkan beberapa helaian rambut yang menutupi mata Sahna.

"Kenapa?" gumam Sahna dengan mata terpejam.

Langga merebahkan tubuhnya lalu memeluk Sahna, ia meletakkan dagunya di atas kepala Sahna. "Ngantuk?"

"Hem!" dehem Sahna, dan tak lama Langga mendengar dengkuran halus dari Sahna. Sepertinya wanita itu sudah terlelap.

"Aku akan mencoba melakukan yang terbaik untukmu. Tak kan ku biarkan mereka menyentuh berlian yang Allah takdirkan untukku. Anauhibbuki fillah ya zaujaty," ucap Langga lalu mengecup lama puncak kepala Sahna sebelum terlelap menyusul sang istri menuju alam mimpi.

***

Pukul 11 pagi menjelang siang ini, Sahna dan Langga tengah bersantai di depan TV yang menayangkan serial indonesia.

Sahna mengusap perutnya yang terasa lapar. Saat ini ia sangat ingin sekali memakan mie ayam, sudah dari kemarin ia tidak memakan mie ayam.

"Non Sahna hamil!?" shok Mbok Uwi yang hendak keluar rumah.

Spontan, Langga menatap perut Sahna yang sedang di elus oleh sang empu. Sahna tersenyum kikuk ke arah Mbok Uwi, "Nggak, Mbok. Sahna ngerasa laper aja ... "

Mbok Uwi mengangguk paham lalu pamit untuk membeli sayuran.

"Lang?" panggil Sahna.

Langga menoleh ke arah Sahna, "Kenapa, sayang?" lembut Langga.

"Mau mie anyam!" sahut Sahna dengan memelas.

Langga tersenyum lembut ke arah Sahna, "Yaudah, tunggu di rumah." lalu beranjak dari duduknya. Namun saat ia hendak melangkah, Sahna mencekal tangannya.

Langga menoleh ke arah Sahna dengan alis naik sebelah. "Ikut ... " rengek Sahna.

Langga terkekeh seraya mengusap puncak kepala Sahna lalu mengangguk. Kemudian keduanya berlalu menuju garasi.

Langga memilih menggunakan mobil di banding motornya. Mengingat, hari ini cuaca sangat terik. Ia hanya tak mau membuat Sahna kepanasan.

"Lang?" panggil Sahna dengan tatapan yang terus mengarah mobil Langga yang berwarna maroon.

"Iya? Ada yang ketinggalan?" tanya Langga.

Sahna menggeleng, "Mobilnya cuman cukup empat orang. Terus, kalo kita punya anak selusin mau taro dimana mereka?" bingung Sahna menatap Langga.

Langga membulatkan mata shok lalu terkekeh mendengar penuturan istrinya itu, "Entar kita beli bus."

"Bus mah kebanyakan bangkunya, Lang." cibir Sahna.

"Ya nggak papa dong! Kan rencananya aku mau punya anak seratus!" enteng Langga.

Sahan membulatkan mata lalu mencubit perut Langga, "Di kira aku kucing! Kamu aja gih yang hamil!" dengus Sahna lalu masuk ke dalam mobil.

Langga terkekeh lalu menyusul Sahna masuk ke dalam mobil. Kemudian ia melajukan mobilnya ke tempat biasa ia membeli mie ayam bersama Sahna.

"Mang? Mie ayamnya dua ya, nggak usah pedes-pedes." ucap Langga sesampainya mereka di gerobak mie ayam langganan mereka.

"Oh? Iya Nak Langga, mau makan disini atau di bungkus?" ucap pedagang itu.

"Makan disini, Mang!" celetuk Sahna.

Pedagang itu mengangguk, "Kalau begitu silahkan duduk atuh!"

Langga menarik pelan tangan Sahna menuju bangku. "Lang? Abis ini jenguk ponakan baru ya?"

Langga tersenyum lalu mengangguk.

***

"Assalammualaikum ... " salam Langga dan Sahna saat memasuki ruang inap Hanum.

"Waalaikumsalam ... " jawab Hanum, Sakra dan Alif yang berada di ruangan itu.

"Aunty!" seru Alif lalu memeluk Sahna.

Dengan senang hati Sahna memeluk Alif. "Aunty-Aunty! Adeknya Alif udah punya nama loh ... " antusias Alif mendongak menatap Sahna.

Mereka yang berada di sana terkekeh melihat tingkah Alif. "Oh ya!?" semringah Sahna lalu menggandeng Alif menuju brankar Hanum.

"Emang Adeknya Alif siapa namanya?" tanya Sahna.

"Enjigar Zakria Imran! Panggilannya Jigar, Aunty!" seru Alif.

Sahna mengusap puncak kepala Alif, "Nama Adeknya Alif bagus banget ... " lalu menoleh kearah Hanum yang baru menggantikan popok Jigar.

"Mbak? Sahna bawakin buah kesukaan Mbak loh ..." seraya menaikkan kantung plastik berisi buah mangga ke hadapan Hanum.

Hanum mendongak menatap kantung plastik itu lalu menatap Sahna yang tersenyum lebar, "Yang ada tu kesukaan kamu, Dek! Mbak mah sukanya buah jeruk kali. Tapi, makasih ya udah bawakin buah."

Sahna menyengir lebar mendengar penuturan Hanum.

"Duduk dulu, Ngga?" celetuk Sakra mempersilakan Langga untuk duduk di sofa pojok ruangan.

Langga tersenyum, "Afwan, Mas." lalu duduk di samping Sakra.

"Mbak? Sahna mau gendong baby Jigar dong ..." ucap Sahna.

Hanum tersenyum, "Boleh kok. Hati-hati ya? Takut kecengklak."

Sahna mengangguk lalu dengan hati-hati menggendong Jigar.

o0o

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now