17

37.2K 2.8K 4
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*

Setelah empat hari di rumah sakit, akhirnya Sahna di izinkan untuk pulang, dan saat ini ia sudah terbaring di kamarnya, di mansion Opa Denan.

Sahna menghela napas perlahan. Sedari tadi Langga yang ikut membaringkan tubuh di sampingnya terus saja menatap dirinya.

Sahna menoleh kearah Langga yang semakin tersenyum lebar, "Kenapa sih!?" jengahnya.

"Cantik."

Sahna menatap datar Langga, "Jelas aku cantik, karena perempuan. Kalo aku ganteng, itu artinya aku laki."

Langga terkekeh lalu merentangkan tangannya, "Sini peluk!?" lembutnya.

Sahna mengangguk lalu memeluk Langga dengan senang hati. Ia sudah tidak canggung dan segan sejak dua hari yang lalu karena omelan sang Umi yang mengucapkan kewajiban istri.

Langga mengecup lama puncak kepala Sahna lalu mengusap-usapnya dengan lembut. Tak lama kemudian, ia mendengar dengkuran halus Sahna. Ia terkekeh, setiap ia melakukan hal ini, pasti Sahna akan merasa nyaman kemudian mengantuk dan berakhir tidur di pelukannya.

"Aku akan terus jagain dan lindungi kamu, San. Semoga Allah Swt berkahi rumah tangga kita ya?" ucapnya pelan lalu membenarkan selimut yang menutupi tubuh sang istri.

***

"Kamu yakin, Lang?" tanya Abi Abram menatap Langga serius yang mengatakan akan mengajak Sahna untuk tinggal sementara di rumah almarhumah Neneknya sebelum Paman dan Bibinya menempati rumah almarhumah Neneknya.

Kini Langga, kedua orang tua Sahna serta Opa dan Oma berada di ruang keluarga.

Langga tersenyum kearah keluarga istrinya, "Langga serius untuk sementara ini akan mengajak Sahna tinggal di rumah almarhumah Nenek sebelum Paman dan Bibi kembali dari Singapura. Sesudah Paman dan Bibi kembali Langga akan membeli rumah untuk kita nanti."

Opa dan yang lain mengangguk paham. "Opa setuju, dengan begitu kalian akan mandiri."

"Tapi ... Oma takut Sahna kenapa-kenapa disana kalo nggak ada kita gimana?" khawatir Oma Iren di angguki Umi Lea.

Abi Abram tersenyum melihat wajah khawatir sang istri dan mertuanya, "Sahna harus mandiri, ia tidak akan terus-menerus bergantung pada kita bukan?"

Opa mengangguk antusias, "Yang di katakan Abram itu benar."

"Kapan rencana kalian akan pindah, Lang?" tanya Umi Lea.

"Mungkin lusa, setelah keadaan Sahna sudah membaik, Umi." jawab Langga.

"Hem ... baiklah!" ucap mereka bertiga.

***

Pagi ini Langga sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Sedangkan Sahna? Ia masih belum di izinkan Langga dan keluarganya untuk bersekolah hari ini.

"Ikut ... " rengek Sahna saat Langga memakai dasinya.

Langga menghela napas perlahan, sudah kesekian kalinya Sahna terus merengek untuk sekolah. Langga menghampiri Sahna lalu mengusap puncak kepala Sahna, "Jangan hari ini ya? Kamu belum bener-bener pulih, besok atau lusa aja ya sekolahnya?" lembut Langga.

"Kan minggu depan udah ujian terakhir, masa aku nggak datang sih?" lesu Sahna.

Langga terkekeh, "Mending sekarang istirahat biar cepet pulih terus sekolah, aku berangkat dulu ya? Nanti pulangnya mau aku beliin apa? Mie ayam?" tebak Langga di angguki antusias dari Sahna.

"Yaudah, sekarang istirahat aja kalo ada apa-apa minta tolong Oma atau Umi," ucap Langga lalu Sahna menyalimi punggung tangan Langga.

"Jangan lupa mie anyam!" peringat Sahna lalu Langga mengecup lama puncak kepala Sahna.

"Iya ... Humaira ... Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh," lembut Langga lalu menyampirkan tasnya di bahu kirinya.

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh!" jawab Sahna sebelum Langga hilang dari balik pintu.

Drrt! Drrt! Drrt!

Ponsel Sahna bergetar, dengan segera Sahna mengangkat video call dari Diba.

"Sahna! Gue sama yang lain kemarin malam ke rumah sakit jenguk lo! Tapi, lo malah udah balik! Bikes deh!" cerocos Diba di seberang sana, bahkan mulutnya sudah memenuhi kamera.

Ara merebut ponsel Diba dari genggamannya. Terlihat Ara dengan Sena yang berada di sebelah kanannya dan Diba yang di sebelah kirinya sedang misuh-misuh karen ponselnya yang di ambil paksa oleh Ara.

"Assalammualaikum, Na? Gimana keadaan kamu? Udah mendingan?" khawatir Ara di balas anggukan dari Sena dan Diba.

Sahna tersenyum, "Waalaikumsalam Kakak ipar! Gue udah baik-baik aja kok, cuma ni di jidat masih di perban, ntar siang baru boleh di buka kata Dokter."

"Kayak iya aje si Ara bakal jadi Kakak ipar lo, Na!" cibir Sena di balas anggukan antusias dari Diba.

Sahna tersenyum smirk, "Lihat aja nanti!?"

Di seberang sana Ara hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah para sahabatnya itu.   "Yaudah, mending kamu istirahat sekarang, nggak usah mikir aneh-aneh, ntar kepalanya sakit lagi!?" titah Ara di angguki dua sahabatnya.

"Iya ... kalian semangat ya belajarnya!"

"Wokeh cuy! Assalamualaikum!" antusias Diba sedangkan Ara hanya mengucap salam pelan kemudian sambungan terputus.

"Waalaikumsalam  ... " lirih Sahna menatap datar ponselnya, ia benar-bemar lesal pada Diba yang memutuskan Video call sepihak, padahal ia belum mengucapkan salam.

o0o

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now