9

36.9K 2.9K 8
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*

Pukul tiga menjelang sore ini Sahna sedang dalam perjalanan menuju mansion Oma dan Opanya diantar oleh Ibran menggunakan mobil.

"Langsung pulang nih? Nggak ada yang mau di beli dulu gitu?" celetuk Ibran.

Sahna menggeleng, "Nggak ada, Bang. Langsung pulang aja." ucap Sahna di angguki Ibran.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di mansion Opa dan Oma di sambut oleh para maid dan beberapa bodyguard.

"Assalamualaikum!" salam Ibran dan Sahna saat memasuki mansion.

"Waalaikumsalam!" jawab para maid dan beberapa bodyguard.

"Eh! Cucu Oma!" celetuk Oma Iren berjalan kearah mereka berdua. Para maid dan bodyguard pamit undur diri.

"Oma sehat?" tanya Ibran setelah menyalimi punggung tangan Oma Iren diikuti Sahna.

"Oma sehat kok."

"Oma? Sahna ke kamar dulu ya, ngantuk." pamit Sahna seraya mengucek matanya.

Oma Iren mengangguk seraya menarik tangan Sahna, "Jangan di ucek matanya, Dek. Ntar perih," peringat Oma Iren di angguki Sahna dan berlalu menuju kamarnya.

***

Sahna menguap kala adzan ashar terdengar. Dengan segera ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan setelah itu ia menunaikan solat ashar.

Setelah selesai solat ia turun ke lantai dasar menuju ruang makan karena saat ini perutnya terasa lapar.

Sahna mengernyit kala tak melihat keberadaan Omanya. Sahna menoleh kearah maid yang sedang menyajikan makanan untuknya. "Mbak Nur? Oma kemana?"

Maid yang bernama Nur itu menoleh kearah Sahna, "Nyonya pergi ke kantor Tuan, Non." sopannya di angguki Sahna lalu menyantap makanan yang sudah tersaji.

Setelah Sahna selesai makan, ia membereskan meja makan. Padahal, Mbak Nur sudah melarangnya, namun Sahna tetap kekeuh membereskan meja makan.

Setelah Sahna membereskan meja makan ia berjalan kearah ruang tv hendak menonton tv.

***

"Bagaimana perkembangan kafe saat ini?" tanya Langga pada Digo sekretarisnya.

"Alhamdulillah, setiap harinya kafe kedatangan banyak pengunjung, Ngga." sahut Digo.

Langga mengangguk lalu mendudukkan bokongnya di bangku kebesarannya.

"Kalo begitu gue pamit dulu, Assalamualaikum." pamit Digo.

"Waalaikumsalam warrohmatulah hiwabarokatuh," jawab Langga.

Langga meraih figura yang berukuran kecil di atas mejanya. Di dalam figura  itu adalah Sahna yang sedang tertawa di taman bunga. Tepat saat tiga minggu yang lalu Langga diam-diam memotret Sahna yang sedang mengunjungi taman setelah joging.

"Secepatnya aku akan beritahu ke kamu perihal siapa kita," ucap Langga seraya mengusap figura itu seraya tersenyum.

***

Pagi ini Sahna sedang berada di meja makan untuk sarapan bersama Oma Iren dan Opa Denan.

"Ponselnya di taro dulu, Dek." celetuk Opa Denan saat melihat Sahna yang sedari tadi menatap layar ponselnya seraya memakan sarapannya.

Sahna mengangguk seraya meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan makannya sampai habis lalu menatap Oma Iren yang baru saja menyelesaikan makanannya.

"Kenapa liatin Oma sampe segitunya?" heran Oma Iren saat Sahna yang sedari tadi memandangnya.

Sahna menggeleng pelan lalu menopang dagunya menatap serius sang Oma, "Sahna cuma heran, tumben sewaktu Sahna di rumah sering lihat Gus Langga. Biasanya, ia akan datang bersama Ummahnya. " bingung Sahna.

"Jikapun kunjungan biasa, masa ia sesering itu?" curiga Sahna membuat Oma Iren dan Opa Denan membeku. Karena mereka berpikir, biar Langga lah yang akan memberitahu dan menjelaskan padanya.

"Sebaiknya berangkat sekolah gih! Takut ntar telat," celetuk Opa Denan yang di angguki Oma Iren.

Spontan Sahna melirik jam tangannya, tepat sepuluh menit lagi gerbang sekolahnya akan tertutup. "Yaudah, Sahna berangkat dulu ya Opanya Sahna, and Omanya Sahna." lalu menyalami punggung tangan keduanya.

"Nggak bareng Opa nih?" tanya Opa Dena di balas gelengan dari sang empu.

"Assalamualaikum ... " salam Sahna dan berlalu  setelah keduanya menjawab salam Sahna.

***

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang