8

38.1K 3.2K 24
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*

Hari ini adalah hari minggu, hari terakhir masa libur sekolah Sahna setelah seminggu di liburkan.

Sahna berjalan menuju dapur hendak membantu sang Umi menyiapkan sarapan pagi. "Assalamualaikum ... Pagi Uminya Sahna!?"

"Waalaikumsalam ... Princesnya Umi, " ucap Umi Lea lalu mengecup singkat kening Sahna.

Sahna tersenyum, "Umi masak apa? Terus Sahna bantu apa nih?"

"Umi lagi buat Soto, Adek goreng tempe yang udah Umi bumbuin aja."

Sahna mengangguk lalu menaruh wajan di atas kompor gas kemudian menaruh minyak goreng secukupnya. Sekiranya minyak sudah panas, Sahna memasukkan tempe yang sudah di potong dan di beri bumbu ke dalam wajan itu.

"Dek? Buatin Abang kopi 2 ya?" celetuk Brian mengagetkan Umi Lea dan Sahna.

"Abang ... " peringat Umi Lea.

"Hehehe ... Maap, Umi." Brian menyengir kearah Umi Lea yang menggelengkan kepala lalu memasukkan soto ke dalam wadah yang sudah di sediakan tadi.

"Abang mah udah kebiasaan!" cibir Sahna lalu mengangkat tempe dari wajan ke piring.

"Udah ... buatin abang kopi gih! Dua ya!?" ucap Brian sebelum berlalu dari dapur.

"Dua kopi untuk siapa coba? Kalo Abi kan nggak bisa minum kopi. Terus ... untuk siapa coba? Ustadz Danu kali ya?" monolog Sahna lalu membuat kopi.

***

"Lumayan capek juga sih jadi Dokter. Tapi ya mau gimana lagi, udah jadi profesi." ucap Ibran.

Saat ini Ibran bersama Langga sedang berada di teras ndalem. Beberapa menit yang lalu Langga datang berkunjung ke ndalem setelah beberapa hari di sibukkan dengan kafenya yang sedang bermasalah. Sebelumnya, siang kemarin ia sudah berkunjung untuk menjenguk Sahna, namun gadis itu masih tidur.

"Terus lo tamat ini mau ngambil jurusan ape?" tanya Ibram pada Langga.

"Bisnis, Bang. Almarhum Kakek warisin perusahaannnya sama gue, jadi gue harus belajar tentang dunia bisnis." jawab Langga di balas anggukan dari Ibran.

"Pantes minta kopi dua, rupanya ada Gus Langga." celetuk Sahna seraya menaruh dua gelas kopi di meja hadapan Ibran dan Langga.

Langga sedikit menunduk seraya tersenyum kala mendengar suara Sahna. "Lah? Emang Abang nggak bilang kalo Gus Langga datang?" ucap Ibran mengerutkan keningnya.

Sahna menggeleng, "Orang situ aja masuk dapur langsung minta buatin kopi dua, dasar pikun! Au ih, Sahna mau lanjut masak. Ntar kalo udah di sajiin Sahna panggil."

"Yaudah sono gih lanjut. Jangan lupa masaknya pake cinta," goda Ibran terkekeh lalu melirik Langga yang tersenyum lebar dengan pandangan yang menunduk.

"Yee ... Cinta-cinta. Cari istri sono, biar di masakin pake bumbu cinta!" cibir Sahna berlalu dari hadapan keduanya.

Ibran tersenyum kecut mendengar cibiran sang Adik. Berbeda dengan Langga yang terkekeh mendengar penuturan sang istri.

"Istri kamu tuh!" kesal Ibran menoel lengan Langga.

"Iya, Bang. Istri aku, lucu ya?" ucap Langga tanpa sadar.

Ibran tersenyum simpul lalu mengangguk, "Monggo di minum kopinya." ucap Ibran mempersilakan.

***

"Dek? Panggil Abang kamu gih sama Langganya juga sekalian," ucap Umi Lea setelah sarapan pagi sudah tersaji di atas meja makan.

"Abi nggak sekalian, Mi?"

"Abi disini, Dek!" celetuk Abi Abram di ambang pintu dapur yang merangkat sebagai ruang makan.

"Eh! Abi ... ganteng banget sih pagi ini. Bikin Umi tambah kesemsem aja deh!" goda Sahna menyengir kearah sang Abi, sedangkan Umi Lea pipinya sudah memanas akibat penuturan sang putri.

Abi Abram terkekeh lalu mengusap puncak kepala sang putri, "Pinter ya princessnya Abi godain Abinya ... siapa yang ngajarin heum?"

Sahna menggeleng, "Nggak ada kok, tadi tiba-tiba aja kalimat itu terlintas di kepala Sahna. Yaudah, Sahna mau manggil Bang Ibran sama Gus Langga dulu, bye Abinya Sahna and Uminya Sahna. Lanjutin gih pacarannya!" ucap Sahna sebelum berlalu.

Abi Abram dan Umi Lea terkekeh mendengar penuturan sang putri. "Anak kamu tuh, Mi." celetuk Abi Abram seraya mendudukkan bokongnya di bangku yang paling ujung.

Umi Lea tersenyum, "Anak kita, Bi ... "

***

"Syuut!" kode Sahna menyembulkan kepalanya dari balik pintu ke arah teras.

Spontan Langga dan Ibran menoleh kearah pintu. Mereka mengerutkan kening bingung melihat tingkah Sahna.

"Sarapan kuy!" bisik Sahna dan berlalu menuju dapur.

"Gitu amat nyurunya," heran Ibran di angguki Langga.

"Yaudah yuk, Ngga. Sarapan," sambung Ibran.

"Nggak usah, Bang. Tadi aku udah sarapan," tolak Langga halus.

"Udah nggak papa, kasian binik lo udah masak, masa iya kagak lu coba." ucap Ibran lalu menarik Langga menuju dapur.

"Assalamualaikum ... " salam keduanya sesampainya di meja makan.

"Waalaikumsalam ... duduk, Ngga!" ucap Abi Abram mempersilakan Langga duduk.

Langga menunduk, "Iya, Bi." patuhnya.

"Sahna?" panggil Umi Lea lembut.

Sahna yang baru mendudukkan bokongnya di bangku menoleh kearah Umi Lea, "Iya, Mi?"

Umi Lea tersenyum tipis, "Ambilkan makanan untuk Langga sayang?" titah Umi Lea membuat Sahna membulatkan mata lebar, berbeda dengan Ibran yang mati-matian menahan tawanya saat melihat ekspresi adiknya itu.

"W-what!? Sahna nih yang ngambil?" heran Sahna.

"Dek ... " peringat Abi Abram mengalihkan atensi Sahna.

Langga bergerak tak nyaman dengan situasi ini, "Ekhem! Biar Langga aja, Bi, Umi." celetuk Langga merasa tak enak.

"Tidak Nak Langga, biarkan Sahna saja." sahut Abi Abram.

Sahna menghela napas lalu menaruh nasi serta lauk pauk secukupnya ke dalam piring Langga, "Silahkan, Tuan Langga, yang terhormat. Semoga suka dengan makanan yang kami hidangkan." ucap Sahna tersenyum tipis.

"Maap," lirih Langga yang masih mampu di dengan Sahna saat hendak beranjak ke bangku yang tepat berhadapan dengan Langga.

'Jantung gue kok deg deg-an ya denger suara Gus Langga?' batin Sahna lalu menaruh nasi ke dalam piringnya.

***

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now