11

35.5K 2.8K 40
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*

Tanpa Sahna sadari, sedari tadi, mobil Langga diam-diam mengikutinya dari belakang. Sahna mengendari motornya dengan kecepatan pelan sampai memasuki kompleks perumahan elit.

Hal itu sudah di lakukan Langga setelah Sahna sah menjadi Istrinya. Setiap pulang sekolah, atau kemana pun, terkadang Langga mengikutinya dari belakang, guna menjaga Sahna dari suatu hal tak di inginkan.

Sahna tersenyum lebar saat melihat tetangganya, yaitu Nenek Aros yang sedang berjalan dengan cucunya yang berumur dua tahun, yang bernama Alba.

Sahna memelankan motornya untuk menyamai langkah kaki Nenek Aros. "Assalammualaikum, Nenek Aros!" salam Sahna. Hal itu tak lepas dari pandangan Langga yang terus mengamati Sahna dari kejauhan.

Nenek Aros menghentikan langkahnya, begitupun Sahna yang menghentikan laju motornya. "Waalaikumsalam, Sahna. Baru pulang sekolah ya?" tanya Nenek Aros.

Sahna mengangguk, "He'eh! Nenek Aros and Alba mau kemane?"

"Nenek sama Alba mau ke rumah tetangga kita, Jeng Riris."

"Lah! Berarti udah sampe dong!" seraya menatap rumah mewah di samping Nenek Aros.

Nenek Aros tersenyum seraya mengangguk, "Yaudah, kalo gitu Nenek sama Alba duluan ya!?"

"Daaa! Aunty Sahna!" seru Alba melambaikan tangannya saat Nenek Aros menggendongnya.

"Daaa Alba!" jawab Sahna kembali melajukan motornya menuju mansion sang Opa.

Tak lama ia sampai, karena ia melajukan motornya hanya melewari tiga perumahan mewah saja. Kemudian ia memarkirkan motornya di garasi. Langga yang melihat itu tersenyum tipis lalu melajukan mobilnya menuju rumah Almarhum sang Nenek dan Kakeknya.

"Assalammualaikum warohmatullah hiwabarokatuh!" salam Sahna saat memasuki Mansion.

"Waalaikumsalam, cantiknya Oma!" histeris Oma Iren dari lantai dua lalu berjalan cepat kearah Sahna yang merebahkan tubuhnya di karpet berbulu ruang tamu.

"Kok malah rebahan disini sih!?" ucap Oma Iren setelah Sahna menyalimi punggung tangannya.

"Males ke atas, Oma ... " rengeknya.

"Lah? Kan ada lift kalo nggak mau capek lewat tangga."

Sahna merubah posisinya menjadi duduk, "Oma? Kata Opa dulu Umi itu preman kampus, kerjaanya bolos, tawuran, berantem, temennya berandalan semua. Tapi, kok bisa nikah sama Abi?" heran Sahna.

Oma Iren tersenyum seraya mengusap puncak kepala Sahna, "Namanya juga jodoh, Dek. Awalnya tu Abi kamu dosen baru di kampusnya Umi waktu semester 7, terus lama-kelamaan Abi jatuh cinta sama Umi. Katanya sih, walaupun Umi tingkahnya seperti itu, Abi mu sering melihat Umi mu solat di Mushola kampus." jeda Oma Iren lalu menatap Sahna.

"Tiga bulan dari situ, Abi kamu datang ke mansion dengan niat mengkhitbah Umi mu. Di waktu bersamaan, Umi mu pulang dari tawuran bersama teman-teman berandalnya. Saat itu, penampilan Umi mu benar-benar Astagfirullah ... rambut yang acak-acakan, baju yang lecek di tambah kotor, persis seperti gembel lampu merah. Umi mu menolak keras saat tau niat Abimu. Umi mu pernah bilang gini."

Oma Iren berdehem, "Ekhem! 'Gue yang cantik bohai aduhai begini! Ya kali nikah ama lu Dosen alim. Yang ada bakal kena siraman rohani mulu gue setiap harinya, huh!' gitu kata Umi ku sambil ngibasin rambutnya sebelum ninggalin situasi waktu itu." lanjut Oma Iren di akhiri kekehan kala mengingat kejadian waktu itu.

Sahna tertawa renyah lalu mengulangi ucapan sang Oma, "Gue yang cantik bohai aduhai' hahaha! Kayaknya Umi dulu bandel banget ya, Oma?"

Oma Iren mengangguk antusias, "Pas jaman SMA, Umi kamu udah 5 kali dalam setahun pindah sekolah, itu pun waktu kelas tiga sih. Setiap harinya, Opa selalu mendapat surat panggilan dari pihak sekolah. Opa kamu sampe bener-bener gedhek sama Umi mu yang bandelnya na'uzubillah itu!"

"Berarti Umi pake kerudung selama udah bersama Abi ya, Oma?" tanya Sahna.

Oma Iren menggeleng, "Umi kamu pake kerudung dua minggu menjelang pernikahannya dengan Abi mu. Waktu itu Umi mu di paksa dateng ke sebuah kajian di kampus sama Abi mu, mau tak mau Umi mu nurut. Terus kamu tau nggak?" jeda Oma Iren.

Sahna menggeleng, "Terus apa, Oma?"

"Pulang-pulang Umi kamu nangis sesenggukan, sambil bawa tiga kantung plastik gede yang isi 16 pics gamis." kekeh Oma Iren di akhir kalimat.

"Daebak!" takjub Sahna menggelengkan kepalanya.

"Ekhem! Udah gibahin Uminya?" celetuk Opa Denan mengalihkan atensi keduanya.

"Kok Opa nggak ucap salam huh!?" tegur Oma Iren menatap tajam sang suami.

Opa Denan memutar bola matanya malas, "Gue udah ucap salam cuy! Tapi lo pade ni, kagak nyaut!" sewot Opa Denan lalu melempar jasnya ke wajah Oma Iren.

Sontak saja hal itu membuatnya naik darah, sedangkan Sahna sudah was-was menutup telinganya.

"DENAAAN!" pekik Oma Iren lalu menjewer telinga Opa Denan.

"BHAHAHA!" tawa Sahna pecah melihat ekspresi sang Opa.

"Cucu kampret binti bahlul! Malah ngetawain gue lo!" kesal Opa Denan di sele-sela ringisannya menahan sakit di telinganya yang masih di jewer Oma Iren.

"Kalo Sahna cucu kampret binti bahlul. Berarti Opa kakeknya si Kampret binti bahlul dong!?"

Sontak, Oma Iren melepas jewerannya lalu mengetuk dagunya dengan jari telunjuk. "Iya juga ya? Berarti gue Omanya si kampret binti bahlul itu dong!?" ringis Oma Iren di angguki polos Opa Denan.

o0o

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now