10

39.4K 2.8K 9
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo:)
*
*

Kriing! Kriing! Kriing!

Suara bel pertanda istirahat sudah berdentang. Kini Sahna dkk sedang bersiap menuju kantin.

"Cepetan, aelah!" dengus Sena tak sabaran menatap Diba yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Diba mendengus kesal, "Sabar, astagfirullah!" prustasinya.

Ara yang melihat kedua sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala, berbeda dengan Sahna yang duduk anteng menyaksikan keduanya.

"Tiada hari tanpa kalian bertengkar?" celetuk Isan teman sekelas mereka menatap jengah keduanya.

"Apaan sih lo!" sewot Diba menatap kesal Isan lalu menarik Sena. "Kuy lah ngantin!"

Ara menghela napas pelan. "Na? Malah duduk anteng di bangku? Ayuk ngantin," ajak Ara menatap Sahna.

Sahna mengangguk lalu berjalan beriringan dengan ketiga sahabatnya. Sesampainya di kantin, ketiganya langsung duduj di bangku kantin yang berada di dekat jendela yang mengarah langsung ke taman.

"Pesen apa?" tanya Sena.

"Mie ayam aja semuanya, minumannya jus mangga." sahut Ara di angguki Sena dan berlalu dari sana menuju stan makanan.

Di lain tempat, Langga sedang menatap Sahna yang sedang asik berbincang dengan Diba, sedangkan Ara, diam menatap kedua sahabatnya itu dengan sesekali menatap layar ponselnya.

"Lo masih belum bilang ke Sahna kalo dia itu-" ucap Rian terpotong.

"Belum," potong Langga di balas helaan napas pasrah dari Rian dan Gio.

Sebelumnya, kedua sahabat Langga sudah mengetahui statusnya tepat saat minggu lalu. Jelas saja, hal itu membuat kedua sahabatnya terkejut bukan main. Namun, Langga sudah mengatakan alasan pada keduanya dan tutup mulut.

"Gue saranin sih, cepetan kasih tau tuh ke dia. Takut ntar dia kepincut cowok lain!" celetuk Gio si balas tataoan tajam dari sang empu.

Rian menyikut lengan Gio, "Lambe lu, Yo!" peringat Rian di balas cengiran dari sang empu.

"Makan!" tegas Langga di angguki keduanya.

Kembali ke meja Sahna dkk yang sedang menyantap mie ayam mereka dengan keheningan.

Sahna melirik kearah Langga yang sedang memakan nasi gorengnya dengan tenang, lalu menatap Ara yang meminum jusnya.

"Kenapa, Na?" tanya Ara saat melihat Sahna yang menatapnya. Sontak, Diba dan Sena menatap Sahna penasaran.

Sahna menggeleng pelan lalu menatap serius Ara. "Ngomong aja kali, Na." ucapnya lalu melanjutkan makannya.

"Ra? Lo mau nggak jadi Kakak gue?" tanya Sahna dengan ekspresi tanpa dosa.

Ara mengerutkan keningnya, "Anggap aja gue sebagai Kakak lo, Na. Gue juga anggep lo dan yang lain sebagai Adek gue, kan di antara kita gue yang paling tua."

Bahu Sahna melemas, "Tapi, gue maunya lo jadi Kakak gue. Jadi istrinya Bang Ibran ... " ucap Sahna santai seraya memakan mie ayamnya.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Ara tersedak jus yang baru di minumnya karena terkejut dengan penuturan Sahna barusan. Diba dan Sena juga membulatkan mata terkejut menatap Sahna.

"Yang bener aja lo!" sentak Sena di angguki antusias Diba.

"Emang permintaan gue salah?" bingung Sahna lalu mencebikkan bibir kesal.

"Ya ... ya nggak salah sih and nggak bener juga!" kikuk Diba menggaruk pipinya.

"Ck. Ada-ada aja lo, Na. Mending lanjutin makannya, keburu bel." pungkas Ara di angguki yang lain.

Dari kejauhan Langga dkk di buat penasaran dengan ucapan Sahna yang membuat Ara terbatuk seperti itu.

"Sebenarnya Sahna bilang apa sih sama Ara sampe kesedak gitu?" heran Rian.

"Gue jadi penasaran nih!" timpal Gio yang sudah misuh-misuh karena penasaran.

Langga hanya diam menatap datar keduanya. Sejujurnya, ia juga Sama penasarannya dengan Rian dan Gio, namun apalah daya, mereka tidak dapat mendengar ucapan Sahna.

***

"Karena bulan depan kalian sudah ujian akhir, maka persiapkan semuanya dari sekarang! Jangan main terus!" peringat Buk Teti selaku guru biologi.

"Iya, Buk ... " jawab para siswa bersamaan.

Kriing! Kriing! Kriing!

Suara bel pertanda pulang. Sontak saja para siswa bersorak bahagia.

"Baiklah kalau begitu, Ibu akhiri Assalammualaikum warohmatullah hiwabarokatuh!" pungkas Buk Tita sebelum berlalu keluar kelas.

Sahna dkk berjalan beriringan menuju parkiran, sesekali mereka tertawa mendengar lelucon yang di lontarkan Diba.

"Guys! Guys!" sela Sahna.

"Kenape?" sahut Sena.

"Kalau Dokter gigi dapet cuan dari pasien yang giginya rusak, terus kenapa mereka sering ngasi saran dan rekomendasiin pasta gigi yang bagus?" bingung Sahna membuat ketiga sahabatnya berhenti melangkah dan seolah sedang berpikir.

"Malah berhenti!" dengus Sahna kemudian ketiganya melanjutkan langkah menuju parkiran yang sudah terlihat dekat di depan mata.

Sahna dkk menghentikan langkah mereka sesampainya di parkiran. Dan motornya tepat bersebelahan dengan mobil Ara dan Sena yang berada di parkiran khusus roda 4.

"Ada lagi nih!" seru Sahna membuat para siswa menoleh kearahnya. Bahkan Langga dkk yang tak jauh dari keduanya mengernyit heran menatap Sahna.

"Apa, Na?" desak Diba dan Sena.

"Kan anjing bisa ngerti beberapa bahasa manusia. Tapi, kok manusia sama sekali nggak ngerti bahasa anjing? Apa jangan-jangan anjing lebih pintar dari manusia?" heran Sahna menatap ketiganya sahabatnya yang sedang berpikir keras.

Sontak penuturan Sahna membuat para siswa di parkiran terdiam, mencerna setiap kata barusan Sahna lontarkan.

"Lah kok bener juga ya!?" celetuk Rian menyenggol lengan Langga yang juga sedang berpikir.

"Tu anak pikiran kok bisa sampe kesono ya?" takjub Gio menatap Sahna.

Kembali ke Sahna dkk yang mencubit pelan lengan para sahabatnya. "Kok malah pada diem sih!" dengus Sahna lalu memakai helm kesayangannya.

"Yang di bilang lo bener juga sih. Kayanya beneran anjing lebih pintar deh kebanding kita!" Sena seraya memundurkan langkahnya kala para siswa dengan motor mereka masing-masing hendak melewatinya, karena posisinya menghalang jalan keluar motor.

"Au ah, gue mau pulang. Daddy gue udah jemput di depan. Bye guys! Assalamualaikum!" pamit Diba.

"Waalaikumsalam ... " jawab mereka.

"Gue juga pulang deluan ya guys!? Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh!" salam Sahna dan berlalu dari parkiran setelah Ara menjawab salamnya.

o0o

Secret Imam (Lengkap/TERBIT) Where stories live. Discover now